Pakar Siber Sebut Serangan Conti Ransomware ke BI Valid!

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 January 2022 15:23
Ilustrasi peretasan jaringan internet
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) dikabarkan mengalami serangan ransomware dan datanya bocor. Kabar itu valid, ungkap pakar keamanan siber dari Cissrec, Pratama Persadha.

Sebagai informasi, akun Twitter @darktracer_int mengungkap BI jadi korban kebocoran data. Disebutkan pelakunya adalah kelompok bernama Conti ransomware.

Dia menyebutkan grup peretas yang diduga jadi pelaku, Ransomware memiliki reputasi baik. Jadi saat mempublikasikan sesuatu dipastikan sudah valid.

"Informasi bahwa Bank Indonesia diserang Ransomware dari salah satu akun Twitter "DarkTracer" adalah valid. Grup peretas Ransomware Conti merupakan salah satu grup peretas ransomware yang berbahaya di dunia, dan mempunyai reputasi yang bagus. Sehingga jika mempublish sesuatu, sudah pasti valid karena reputasinya dipertaruhkan," jelas Pratama kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/1/2022).

Terkait kasus BI, Pratama mengatakan serangan dipastikan dari Ransomware. Sumber malware tersebut bisa darimana saja dan menjadi risiko Work From Home (WFH).

Namun dia mengatakan perlu dilakukan digital forensic untuk mengetahui asal serangan. Salah satunya dari aktivitas phishing, credential login lemah, atau pegawai uang mengakses sistem kantor dengan jaringan dan peralatan tidak aman.

Pratama menjelaskan ransomware berbahaya, sebab bisa menginfeksi file dan dapat menyebar ke server yang terhubung, dengan begitu data lain dapat terdampak juga.

Menurutnya lembaga keuangan memang jadi target yang disasar. Sebab digitalisasi harus dilakukan lebih cepat dan membuat sasaran serangan siber cukup terbuka di tahun-tahun mendatang.

"Sehingga perbankan dan lembaga keuangan termasuk BI akan menjadi sasaran serangan siber yang cukup terbuka di tahun - tahun mendatang. Karena itu peningkatan keamanan siber harus dilakukan oleh negara maupun swasta," kata Pratama.

Dari serangan ini, risikonya adalah ada file disandera dan enkripsi. Selain itu korban dipaksa membayar untuk bisa mendapatkan kunci pembuka.

"Sehingga korban mau tidak mau harus membayarnya untuk mendapatkan kunci pembuka. Kalau korban tidak membayar uang tebusan yang diminta, maka data dan sistemnya akan dirusak dan sistem tidak bisa berjalan sehingga layanan organisasi tersebut akan berhenti," jelasnya.

BI sampai saat ini belum memberikan pernyataan terkait dengan serangan ransomware tersebut.


(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tambah Banyak! Conti Ransomware Serang 237 Komputer BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular