
Boeing Ingin Bikin Pesawat Baru Pakai 'Metaverse', Caranya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pabrik masa depan Boeing, desain teknik 3-D yang imersif (penggabungan antara dunia nyata dengan teknologi simulasi yang membuat penggunanya bisa merasakan suasana mirip dengan dunia nyata) akan digabungkan dengan robot yang dapat berbicara satu sama lain, sementara mekanik di seluruh dunia akan dihubungkan oleh headset HoloLens seharga US$3.500 buatan Microsoft Corp
Itulah gambaran dari yang terjadi di pabrik Boeing di masa depan. Yakni saat penggunaan teknologi untuk menghasilkan pesawat.
Ini jadi strategi perusahaan paling ambisius untuk menyatukan operasi, desain, produksi dan layanan penerbangan dalam satu ekosistem digital. Rencananya ini terjadi dalam waktu dua tahun.
Kritikus mengatakan Boeing berulang kali membuat janji serupa untuk revolusi digital. Namun hasil dari janji itu cukup beragam.
Tetapi menurut orang dalam perusahaan, tujuan menyeluruh untuk meningkatkan kualitas dan keamanan semakin mendesak dan signifikan. Sebab perusahaan menangani berbagai ancaman, seperti krisis Max 737.
Selain itu juga ingin mencegah masalah manufaktur di masa depan. Misalnya cacat struktural yang menghalangi 787 Dreamliner dalam satu tahun terakhir.
"Ini mengenai memperkuat rekayasa," ungkap Chief Engineer Boeing, Greg Hyslop. "Kita berbicara soal merubah cara bekerja di seluruh perusahaan".
Dia mengungkapkan lebih dari 70% masalah kualitas Boeing adalah masalah desain. Boeing meyakini dengan tools tersebut akan membawa pesawat baru dari awal ke pasar dalam empat atau lima tahun ke depan.
"Anda akan mendapatkan kecepatan, Anda akan meningkatkan kualitas, komunikasi lebih baik dan respon yang lebih baik saat masalah terjadi," ungkapnya, dikutip dari Reuters, Jumat (17/12/2021).
"Saat kualitas dari basis pasokan lebih baik, saat pembuatan pesawat berjalan bersama lebih lancar, saat Anda meminimalkan pengerjaan ulang, kinerja keuangan akan mengikuti".
Namun ada yang skeptis dengan transformasi digital itu. Misalnya masalah teknis pada jet pelatihan militer Boeing 777X mini jumbo dan T-7A RedHawk yang juga dikembangkan dengan alat digital.
Analis Teal Group, Richard Aboulafia mengatakan Boeing menekankan pada pengembalian pemegang saham, namun mengorbankan dominasi teknik serta terus memotong pengeluaran R&D. "Apakah itu layak dikejar? Dengan segala cara. Apakah itu akan menyelesaikan semua masalah mereka? Tidak," ungkapnya.
(npb/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Profesi Manusia yang Terancam Punah, Digantikan Robot