Terus Bermunculan Startup Online Food & Grocery

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Selasa, 23/11/2021 12:41 WIB
Ilustrasi Sayuran

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya aktivitas digital masyarakat di tengah pandemi COVID-19 turut mendorong bergairahnya pasar e-commerce.

Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporannya menyebutkan di Asia Tenggara pada masa pandemi ini semakin bermunculan berbagai jenis usaha yang memasarkan produknya melalui online.

Sementara itu, laporan Forrester Research menyatakan bisnis online yang mengalami peningkatan cukup besar pada 2020 di tengah pandemi adalah jenis usaha makanan dan bahan makanan (food & groceries) yang berkontribusi sebesar 11% dari total pasar e-commerce dunia, di mana pada 2015 kontribusi jenis usaha ini hanya 5%. Pada 2025, kontribusi food & groceries diperkirakan kembali meningkat menjadi 15%.

Satu perusahaan yang memanfaatkan peluang tumbuhnya bisnis online food & groceries ini adalah Fresh Factory, perusahaan rintisan (startup) di bidang sistem rantai dingin (cold chain) dengan layanan cold storage (manajemen penyimpanan makanan dan bahan makanan beku), serta layanan fulfillment (pemilihan produk, pengemasan produk, hingga pengiriman produk ke pelanggan via kurir).

Founder dan CEO Fresh Factory Larry Ridwan mengatakan Fresh Factory adalah pionir di dalam negeri untuk bisnis jasa cold storage dan fulfillment ini.

"Jasa yang kami berikan adalah cold storage dan fulfillment. Perusahaan termasuk UMKM sebagai produsen makanan atau bahan makanan beku cukup menyimpan stok produknya di cold storage Fresh Factory, dan produk itu dipasarkan mereka secara online antara lain melalui e-commerce, dan ketika ada pembeli yang memesan maka Fresh Factory akan mendapatkan notifikasi untuk kemudian kami akan memilih produk mana yang akan dikirim, lalu mengemas produk tersebut, serta berkoordinasi dengan kurir yang akan mengirim produk ke pelanggan," jelas Larry.

"Fresh Factory menawarkan kepraktisan bagi pelaku usaha termasuk UMKM. Mereka cukup menaruh stok produk di cold storage kami, sisanya kami yang kerjakan mulai dari manajemen penyimpanan, pengemasan, hingga produk dikirim ke pelanggan," ungkap Larry.

Bisnis yang dikenalkan Fresh Factory ini mendapat sambutan baik dari pelaku usaha. Pada awal berdiri tahun 2020 Fresh Factory baru memiliki 1 cold storage, dan selang 1 tahun kemudian kini telah memiliki 10 lokasi cold storage di Jabodetabek, lalu 5 gudang frozen cabang di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.

Larry mengatakan UMKM makanan beku sangat terbantu dengan adanya 15 lokasi cold storage dan gudang frozen Fresh Factory di kota-kota besar itu.

"Selain menawarkan kepraktisan, Fresh Factory juga membantu UMKM makanan dan bahan makanan beku memperluas pasar. Misalnya, ada UMKM daging beku yang bertahun-tahun merajai pasar Jawa Barat tapi susah memperluas pasar ke kota lain karena butuh berbagai infrastruktur. Sekarang, UMKM itu jadi tenant Fresh Factory dan punya pasar di Jakarta."

"Dia cuma stok daging di cold storage kami di Jakarta, sisanya kami yang kerjakan sampai pengiriman ke pelanggan. Melalui cold storage Fresh Factory, setiap produk UMKM makanan dan bahanan makanan beku itu dapat diantarkan 15 menit ke rumah pelanggan, masih dalam keadaan beku," Larry.

Perusahaan Pertama yang melakukan investasi di Fresh Factory adalah PT Prasetia Dwidharma. Adapun PT Prasetia Dwidharma saat ini telah mendukung sekitar 100 startup di Asia Tenggara dan Amerika Serikat.

Founder PT Prasetia Dwidharma, Arya Setiadharma, meyakini Fresh Factory akan menjadi motor penggerak di industri logistik apalagi belum ada perusahaan yang menjalani proses bisnis cold chain seperti yang dikenalkan Fresh Factory.

"Saya sudah melihat sistem operasi dari Fresh Factory dan apa yang mereka miliki akan sangat sulit ditiru. Sehingga dengan apa yang mereka miliki, saya yakin mereka mempunyai potensi untuk menjadi besar," ungkap Arya.

Perusahaan kedua adalah Number Capital yang juga berinvestasi di startup-startup sukses seperti Payfazz, Shipper, Pahamify, Verihubs, Titipku, dan Delos.

General Partner Number Capital, Hendra Kwik, mengatakan keputusan investasi ini karena perusahaan yakin atas potensi Fresh Factory.

Hendra mengatakan Fresh Factory dapat menjadi solusi terhadap masalah logistik yang dihadapi Indonesia khususnya untuk sektor rantai dingin (cold chain).

"Indonesia adalah negara Agrikultur dan Aquaculture yang besar. Kedua hasil bumi tersebut memerlukan logistik rantai dingin dari pusat produksi sampai ke tangan konsumen. Saya melihat adanya broken chain dimana supply rantai dingin di Indonesia hanya terpusat di central warehouse saja. Middle mile logistic untuk rantai dingin belum tersedia di Indonesia. Fresh Factory adalah solusi dari broken chain tersebut, dengan mempunyai banyak Gudang dingin tersebar dekat dengan konsumen".

Dia optimistis Fresh Factory mampu menekan biaya logistik guna meningkatkan pendapatan UMKM, serta kedepannya juga dapat menyediakan solusi cross border makanan beku di seluruh Indonesia.



(dru)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raih Cuan & Tak Bakar Uang, Kunci Startup Tarik Investasi 2025