Ada Varian Baru R.1, Apakah Lebih Bahaya?

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Jumat, 24/09/2021 13:50 WIB
Foto: Infografis/Mutasi Corona B117 Ditemukan di Karawang/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah varian Delta, kini semua mata tertuju pada varian R.1 yang baru saja ditemukan di Panti Jompo Kentucky, Amerika Serikat (AS). Varian ini bahkan sudah menyebar di 47 negara bagian Paman Sam. Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), ada sekitar 26 pasien dan 20 perawat yang positif terinfeksi Covid-19, di mana 28 spesimen yang diteliti terjangkit varian R.1.

Mengutip berbagai sumber, Varian R.1 adalah salah satu varian yang mengandung sejumlah mutasi, di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular. Artinya, diduga lebih menular dibanding varian lain, meski masih butuh penelitian untuk memastikannya.

Laporan Newsweek mengungkapkan dilihat dari mutasinya, varian R.1, yang pertama kali dideteksi di Jepang, mampu melewati perlindungan antibodi yang diciptkan vaksinasi penuh (dua suntikan vaksin Covid-19).


Lalu apakah varian terbaru ini lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya?

Dilansir dari Health, Jumat (24/9/2021) Sarjana Senior di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health's Center for Health Security, Amesh A. Adalja mengatakan varian R.1 merupakan versi virus SARS-CoV-2 yang mengalami mutasi terkait dengan perubahan fungsi dari virus. Dengan kata lain, seperti halnya strain baru, R.1 dapat mempengaruhi orang secara berbeda dari virus versi asli.

Amesh mengatakan, identifikasi strain baru tidak selalu menyebabkan kepanikan. Sementara varian baru apa pun dapat menimbulkan ancaman. Menurutnya kecil kemungkinan varian R.1 akan menyalip varian Delta sebagai mutasi virus SARS-Cov-2 yang paling parah atau dapat ditularkan.

"Saya tidak menduga itu akan menjadi masalah besar karena tidak memiliki kemampuan untuk menggantikan Delta," katanya. "Sangat sulit bagi jenis mutasi ini untuk mendapatkan pijakan di negara yang memiliki varian Delta."

Studi CDC menganalisis data dari wabah panti jompo Kentucky yang terjadi pada bulan Maret. Laporan itu menunjukkan bahwa, di antara 83 orang dan 116 petugas kesehatan, 26 orang dan 20 pekerja dinyatakan positif Covid-19. Dari pengujian genome ditemukan bahwa infeksi tersebut disebabkan oleh varian R.1.

Semua orang yang terinfeksi memiliki gejala dan salah satunya meninggal. Sekitar 90% penghuni panti jompo dan 52% staf telah divaksinasi lengkap, secara keseluruhan, 25,4% penghuni dan 7,1% staf terinfeksi.

Dikutip dari Prevention, CDC menunjukkan bahwa tingkat serangan varian R.1 3-4 kali lebih tinggi di antara penduduk yang tidak divaksinasi dan profesional kesehatan dibandingkan mereka yang divaksinasi. Organisasi tersebut juga mencatat bahwa data menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan kurang efektif terhadap R.1.

Di AS, kasus R.1 tercatat 2.259, sementara di Jepang sebanyak 7.519 kasus. Sejauh ini dua negara tersebut memimpin sebagai negara dengan kasus varian R.1 terbanyak. Dikutip dari Newsweek varian terbaru ini telah ditemukan di 31 negara termasuk China, India, dan Eropa bagian barat. Hingga 21 September ada 10.567 kasus R.1 yang dilaporkan terdeteksi di seluruh dunia.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center