Apa Kabar Matahari Buatan China yang Hebohkan Dunia?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
22 September 2021 06:44
In this photo released by China's official Xinhua news agency, a scientist debugs the Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) in the Institute of Plasma Physics of Chinese Academy of Sciences in Hefei, east China, on Thursday September 28, 2006. Scientists on Thursday carried out China's first successful test of an experimental fusion reactor, powered by the process that fuels the sun, a research institute spokeswoman said. China, the United States and other governments are pursuing fusion research in hopes that it could become a clean, potentially limitless energy source. Fusion produces little radioactive waste, unlike fission, which powers conventional nuclear reactors. (AP Photo/Xinhua, Cheng Li)
Foto: AP/CHENG LI

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu lalu teknologi bernama Experimental Advance Superconducting Tokamak (EAST) sempat bikin heboh karena disebut sebagai artifisial Matahari atau Matahari buatan. Lantas apa kabar pengembangan teknologi ini?

Pada Mei lalu ternyata Matahari buatan China menciptakan rekor baru. Suhu plasma EAST sudah berhasil mencapai 120 juta derajat Celcius selama 101 detik dan 160 juta Celcius selama 20 detik.

Perangkat Tokamak terletak di Hefei Institute of Physical Science of Chinese Academy of Sciences. Alat ini dirancang untuk meniru proses fusi nuklir yang terjadi secara alami di Matahari dan bintang-bintang untuk menyediakan energi bersih yang hampir tak terbatas melalui fusi nuklir terkontrol, yang sering dijuluki "Matahari buatan".

Pencapaian itu memecahkan rekor sebelumnya yang mampu mempertahankan suhu plasma pada 100 juta derajat Celcius selama 100 detik.

Menurut Li Miao, direktur departemen fisika Universitas Sains dan Teknologi Selatan di Shenzhen, ini adalah tonggak pencapaian tujuan menjaga suhu pada tingkat yang stabil untuk waktu yang lama.

"Terobosan ini adalah kemajuan yang signifikan, dan tujuan akhir harus menjaga suhu pada tingkat yang stabil untuk waktu yang lama," kata Li Miao dikutip dari Global Times, Rabu (21/9/2021). Ia menambahkan tonggak berikutnya mungkin untuk menjaga stabilitas selama seminggu atau lebih.

Mencapai suhu plasma di atas 100 juta derajat Celcius adalah salah satu tantangan utama untuk memanfaatkan fusi nuklir. Pada akhir tahun 2020, perangkat Korea Selatan mencapai 100 juta Celcius selama 20 detik. Suhu di inti matahari secara luas diyakini 15 juta Celcius, yang berarti bahwa plasma di inti perangkat akan tujuh kali lebih panas dari matahari.

Energi yang dihasilkan dari fusi nuklir adalah energi yang paling andal dan bersih, Lin Boqiang, direktur Pusat Penelitian Ekonomi Energi China di Universitas Xiamen, mengatakan jika teknologi itu dapat diterapkan secara komersial, itu akan memiliki manfaat ekonomi yang besar.

Namun, Lin Boqiang mengingatkan karena teknologi tersebut masih dalam tahap percobaan, setidaknya masih membutuhkan waktu 30 tahun bagi teknologi ini keluar dari laboratorium. "Ini lebih seperti teknologi masa depan yang sangat penting untuk dorongan pembangunan hijau China."

Eksperimen EAST adalah bagian dari fasilitas Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), sebuah proyek sains besar global kedua setelah Stasiun Luar Angkasa Internasional dalam ukuran, dan sedang dibangun bersama oleh China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan AS. Keberhasilannya penting bagi pemanfaatan fusi aman internasional di masa depan.

Fasilitas Matahari Buatan ini dikerjakan oleh 400 ilmuwan dan insinyur. Di dalamnya juga terdapat sistem vakum, sistem gelombang RF, sistem hamburan laser dan sistem microwave.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Mau Kalah dari China, Inggris Garap 'Matahari Buatan'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular