Tetap Waspada! RI Dihantui Gelombang Ketiga Covid-19

Andi Shalini, CNBC Indonesia
20 September 2021 14:55
Petugas pemakaman saat melakukan perawatan tanah makam yang ambles akibat hujan di Taman Pemakaman Umum Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (1/9/2021). Kini, setelah kasus Covid-19 mulai menurun jenazah yang datang tidak banyak. Pantauan CNBC Indonesia hingga pukul sejak pukul 13.00 hingga 16.00 tidak ada prosesi pemakaman Covid-19. Salah satu petugas Kepala  Pelaksana Taman Pemakaman Umum (TPU)  mengatakan, dalam dua hari terakhir jenazah yang dimakamkan di TPU Rorotan kurang dari 10. Untuk hari ini hanya 4 jenazah yang dimakamkan di TPU Rorotan.  Selama tidak ada proses pemakaman, petugas pemakaman melalukan perawatan makam. Banyak tanah makan yang ambles akibat hujan dan jenis kayu peti yang mudah hancur. 
TPU Rorotan memiliki luas 3 hektar yang dapat menampung sekitar 7.200 petak makam baru khusus jenazah Covid-19.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Saki)
Foto: Suasana Pemakaman Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Muhammad Saki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus infeksi Covid-19 di Indonesia cenderung menurun tetapi ini tidak jadi alasan untuk melakukan euforia berlebihan. Pasalnya, Indonesia masih memiliki potensi diterjang gelombang ketiga.

Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV yang dipandu oleh Andi Shalini, Senin (20/9/2021).

Menurut Dicky Budiman, Indonesia belum lepas dari Covid-19 bahkan Indonesia masih memiliki potensi infeksi Covid-19 gelombang ketiga meski PPKM diperpanjang.

"Tetap ada potensi kemungkinan gelombang ketiga di Indonesia namun kemungkinan itu makin menurun dengan leveling PPKM yang tetap dijaga konsistensinya. Tapinya saya prediksi Oktober tetapi sekarang mundur ke Desember meski potensi itu bisa saja menurun," jelasnya.

Dicky Budiman mengungkapkan ada dua alasan Indonesia berpotensi mengalami infeksi Covid-19 gelombang ketiga. Pertama, kapasitas 3T (pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan) masih rendah.

"Genomic surveillance juga masih lemah karena idealnya mereka yang sudah divaksin dua kali tetapi terinfeksi Covid-19 harus dilakukan pemeriksaan whole genome sequencing. Di kita ini sudah dilakukan tetapi minim. Peta pemahaman situasi belum komprehensif," jelasnya.

Kedua vaksinasi. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah divaksin penuh (dua kali suntikan) masih sekitar 16% terpaut sedikit dari Filipina tetapi kalah jauh dibandingkan Singapura, Kamboja, dan Malaysia.

"Ini menempatkan 80% penduduk Indonesia sangat rawan. Ini membuka kemungkinan gelombang ketiga selain angkat kematian Covid-19 di Indonesia di atas 3% yang menunjukkan adanya potensi masalah di hulu hingga hilir," terangnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegenpressing ala Menkes Halau RI dari Gelombang 3 Covid-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular