Studi Vaksin Pfizer dan AstraZeneca di Dunia Nyata, Hasilnya?

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 August 2021 12:10
Sejumlah supir dan kernet bus mengantre untuk pendaftaran penyuntikan Vaksin Covid-19 di Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta, Kamis (10/6/2021). Presiden Jokowi menjelaskan ada kurang lebih 1.000 dosis vaksin yang diberikan untuk supir, kernet dan pelaku usaha kecil di Terminal Kampung Rambutan. Dengan harapan vaksinasi bisa memberikan perlindungan bagi supir, kernet dan pelaku usaha kecil di Terminal Kampung Rambutan. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Vaksinasi Pelaku Transportasi dan Masyarakat Terminal di Terimanl Kp. Rambutan (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi terbaru menunjukkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap Covid-19 menurun lebih cepat daripada vaksin AstraZeneca. Efektivitas adalah kemampuan vaksin untuk dalam menurunkan kejadian penyakit di dunia nyata.

"Dua dosis [vaksin] Pfizer-BioNtech memiliki efektivitas awal yang lebih besar terhadap infeksi Covid-19 baru, tetapi vaksin itu menurun lebih cepat dibandingkan dua dosis vaksin AstraZeneca," tuli peneliti dari Universitas Oxford, seperti dikutip dari AFP, Jumat (20/8/2021).

Studi ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Office for National Statistics Inggris menggunakan tes PCR dari Desember tahun lalu hingga bulan ini yang dipilih secara acak. Studi ini belum ditinjau oleh rekan sejawat ahli kesehatan.

Studi ini meneliti dua kelompok dengan jumlah lebih dari 300.000 orang berusia di atas 18 tahun. Periode pertama didominasi varian Alpha, yang muncul di Kent Inggris Tenggara dan kedua dari Mei 2021 yang didominasi varian Delta.

Dalam studi tersebut ditemukan keefektifan awal vaksin Pfizer yang lebih besar ketimbang vaksin lainnya tetapi terjadi penurunan perlindungan yang lebih cepat atas infeksi simtomatik bebrapa bulan setelah vaksinasi penuh.

"Hasil menunjukkan bahwa setelah empat hingga lima bulan, efektivitas kedua vaksin ini akan serupa," ujar penelitian yang juga melibatkan Departemen Kedokteran Universitas Nuffield ini.

Selain itu penelitian Oxford juga menemukan perlindungan lebih tinggi didapatkan pada mereka yang sudah terinfeksi virus.

Penelitian ini hadir saat sejumlah negara memberikan suntikan booster pada masyarakatnya. Misalnya Israel yang memberikan suntikan booster saat 58% populasi telah mendapatkan dua suntikan Pfizer.

Amerika Serikat juga bersiap memberikan dosis ketiga pada September mendatang. Kebijakan ini datang karena kekhawatiran penurunan efektivitas pada vaksin Pfizer dan Moderna.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular