Pfizer: Antibodi Turun 6 Bulan Usai Vaksin, Bisa Kena Delta

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
09 July 2021 10:35
A member of staff administers the Pfizer-BioNtech COVID-19 vaccine to a member of the public at Hyde Leisure Centre near, England, Friday Jan. 8, 2021. Mass vaccination hubs in London, Newcastle, Manchester, Birmingham, Bristol, Surrey and Stevenage are due to begin operations next week. ( AP Photo/Jon Super)
Foto: AP/Jon Super

Jakarta, CNBC Indonesia - Pfizer akhirnya merespons hasil penelitian awal Israel yang menyebutkan kemanjuran vaksin perusahaan turun lawan Covid-19 varian Delta yang pertama kali ditemukan di India.

Dalam studi awal itu disebutkan bahwa vaksin Pfizer cuma efektif 64% lawan Covid-19 varian Delta. Sebelumnya vaksin Pfizer efektif 95% lawan Covid asli. Vaksin itu efektif 93% melawan penyakit serius dan rawat inap.

Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten mengatakan penurunan efektivitas vaksin yang baru-baru ini dilaporkan di Israel sebagian besar disebabkan oleh infeksi pada orang yang telah divaksinasi pada Januari atau Februari.

"Ini kumpulan data kecil, tapi saya pikir trennya akurat. Enam bulan keluar, mengingat Delta adalah varian paling menular yang pernah kita lihat, itu dapat menyebabkan infeksi dan penyakit ringan," ujar Mikael Dolsten

"Vaksin Pfizer sangat aktif melawan varian Delta," kata Mikael Dolsten seperti dikutip dari Reuters Jumat (9/7/2021). "Tetapi setelah enam bulan, kemungkinan ada risiko infeksi ulang karena antibodi berkurang."

Mikael Dolsten menambahkan meski data Inggris dan Israel menunjukkan adanya penurunan tingkat antibodi, vaksin Pfizer masih tetap efektif melawan Covid varian Delta. Vaksin Pfizer juga 95% ampuh melawan gejala yang parah.

Atas kondisi tersebut Prizer sedang mengajukan permohonan penyuntikan vaksin dosis ketiga kepada Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat. Ini sebagai booster dalam melawan varian Delta yang menyebar dengan cepat.

Mikael Dolsten menyebut data awal dari studi perusahaannya menunjukkan bahwa dosis penguat ketiga menghasilkan tingkat antibodi lima sampai 10 kali lipat lebih tinggi daripada setelah dosis kedua. Nantinya hasil penelitian ini akan diuji lebih jauh kepada 10 ribu relawan selama musim gugur.

Meski penelitian belum sepenuhnya rampung, ia menyebut bahwa beberapa negara di dunia telah mendekati Pfizer untuk membahas dosis booster. Salah satunya Eropa.

"Beberapa negara di Eropa dan di tempat lain telah mendekati Pfizer untuk membahas dosis booster, dan beberapa mungkin mulai memberikannya sebelum otorisasi potensial AS," tambahnya.

Hal ini pun menjadi pertanyaan bagi beberapa peneliti di AS. Dr. William Schaffner, seorang ahli vaksin di Pusat Medis Universitas Vanderbilt. Ia mengatakan bahkan jika Pfizer berhasil mendapatkan boosternya yang disetujui untuk digunakan oleh FDA, itu hanyalah langkah pertama.

Ia menyebut bahwa efektivitas booster masih perlu ditinjau lagi oleh penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC. Setelahnya baru muncul rekomendasi.

"Ini tidak otomatis dengan cara apapun," katanya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular