Fakta-fakta Varian Corona Delta, Apa Benar Lebih Berbahaya?

Tech - Lynda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
18 June 2021 16:02
Infografis: Sederet Fakta Covid Varian Delta 'India' yang Sudah Masuk RI Foto: Infografis/Sederet Fakta Covid Varian Delta 'India' yang Sudah Masuk RI/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona varian Delta telah ditemukan di sejumlah negara termasuk Indonesia. Varian ini pertama kali menyebar di Kudus, Jawa Tengah, dan mendominasi penularan virus corona di daerah itu.

Gejala infeksi varian ini pada dasarnya mirip dengan infeksi virus asalnya.

Akan tetapi, Varian Delta membuat gejala-gejala tersebut menjadi lebih parah dan lebih sulit ditangani oleh tim medis.

Lantas apakah benar varian Delta ini lebih menular atau bahkan lebih berbahaya? Berikut adalah fakta-fakta dari varian Corona delta.

Penularannya 3 kali lebih cepat

Kandidat PhD di bidang kedokteran Kobe University dr. Adam Prabata menyebut dalam akun Instagramnya bahwa varian delta atau B.1.617.2 memiliki mutasi yang menyebabkan peningkatan penularan.

Menurut laporan Public Health England (PHE), penularan itu 3 kali lebih menular dibandingkan varian pertama virus penyebab Covid-19.

Risiko rawat inap

Karakteristik delta yang cukup berbahaya, salah satunya yaitu menyebabkan banyak pasien harus dirawat di rumah sakit.

Delta menyebabkan peningkatan risiko rawat inap 2,61 kali lebih tinggi. Varian yang pertama kali ditemukan di India ini perlu diwaspadai karena juga telah ditemukan di Indonesia.

Bahkan, risiko rawat inap yang lebih tinggi ini juga memungkinkan peningkatan risiko sakit berat yang membutuhkan alat bantu napas atau ventilator sebanyak 1,67 kali lebih tinggi. Itu artinya juga bisa meningkatkan kemungkinan angka kematian yang lebih tinggi.

Varian delta bisa terdeteksi oleh PCR

Walau sebelumnya ada informasi yang menyebut bahwa varian delta tidak bisa terdeteksi PCR, ternyata menurut dr.Adam, varian delta masih bisa terdeteksi dengan pemeriksaan PCR.

Memiliki gejala berbeda

Hingga saat ini, dr.Adam mengatakan bahwa belum ada hasil penelitian atau laporan terpublikasi terkait varian delta yang memiliki gejala berbeda. Bukti yang ada saat ini mengenai varian delta berbeda baru dalam bentuk data yang disampaikan media, seperti sakit kepala, sakit tenggorokan dan pilek.

Berisiko Reinfeksi

Dalam paparannya, dr.Adam menyebut bahwa varian delta terbukti menurunkan kemampuan penetralisir antibodi. Itu artinya ada kemungkinan orang yang pernah terinfeksi varian delta sebelumnya bisa terinfeksi kembali. Varian delta berpotensi meningkatkan risiko reinfeksi.

Berpotensi menurunkan efektivitas vaksin

Varian delta terbukti menurunkan kemampuan penetralisir beberapa vaksin Covid-19. Mengutip WHO, varian baru ini baik menggunakan vaksin Pfizer dan AstraZeneca akan berkurang efektivitas bila hanya 1 dosis dan efektivitas terjaga setelah 2 dosis.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

87% Kasus di DKI Varian Delta, Banyak Menginfeksi Anak-anak


(dru)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading