
Ini Dia 'Sang Pahlawan' yang Menyulap Kebiasaan Manual

Jakarta, CNBC Indonesia - Berkenaan dengan Hari Pahlawan yang jatuh tiap tanggal 10 November 2020, KPCPEN (Komite Pemulihan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional) menggelar dialog produktif dengan tema "Pahlawan Digital Pendukung UMKM".
Dialog ini menghadirkan Pemenang Pertama Pahlawan Digital UMKM 2020, CEO Credibook Gabriel Frans, dan disiarkan secara langsung melalui Kanal YouTube FMB9, Rabu, 11 Nopember 2020. Selain Gabriel, hadir pula Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Fiki Satari, dan Penggagas Pahlawan Digital UMKM Putri Tanjung.
Dalam kesempatan tersebut Gabriel mengungkapkan tentang keterlibatannya dalam program Pahlawan Digital UMKM. Ia mengaku pertama kali mengetahui tentang Pahlawan Digital UMKM melalui media sosial. Ia lantas mencari informasi lebih dalam lagi dengan mengecek situs Kemenkop UKM. Tak dinyana, program Pahlawan Digital ini sesuai dengan visi yang diusung Credibook.
Credibook adalah aplikasi pencatat keuangan digital untuk UMKM. Menggantikan buku atau kertas yang biasa digunakan untuk mencatat transaksi keuangan maupun kas bon. "Karena visi kita adalah membantu UMKM dan ekosistemnya untuk menerapkan proses digital, maka program Pahlawan Digital UMKM ini cocok dengan visi Credibook," tutur Gabriel, Kamis (12/11/2020).
Inspirasi awal Gabriel membangun Credibook bermula dari warnet atau warung internet. Ketika masih bocah, ia kerap mampir ke warnet. Dan yang selalu membayar adalah ayahnya. Si petugas warnet lantas mencatat pembayaran di atas kertas yang nantinya akan ditagihkan pada ayah Gabriel. "Ketika sudah kuliah dan bekerja, saya masih menemukan pola serupa. Orang masih menggunakan kertas atau buku untuk mencatat transaksi," ungkapnya.
Di satu sisi, ia juga sering berbincang dengan pemilik toko atau warung yang kerap kehilangan catatan transaksinya. Ada pula catatan yang basah terkena cairan. Menurut Gabriel, masalah-masalah seperti ini harus dibereskan. Dari situlah ia menemukan ide untuk memindahkan transaksi di atas kertas dan buku ke aplikasi digital.
Kini aplikasi Credibook telah diunduh oleh lebih dari 200 ribu pengguna, yang sebagian besar adalah pelaku UMKM. Seiring dengan banyaknya masukan yang diterima Credibook, Gabriel akan merilis tambahan layanan seperti pembayaran digital dan penyediaan modal.
Walau termasuk platform besar, Gabriel tak menampik jika tantangan yang dihadapi dalam pemberdayaan UMKM tersebut cukup berat. Terutama terkait dengan edukasi finansial dan teknologi. "Saat ini kami sedang mencari cara terbaik bagaimana agar produk digital ini mudah digunakan warga," harapnya.
Keunikan dan keunggulan aplikasi Credibook berhasil memikat dewan juri Pahlawan Digital UMKM 2020 untuk menabalkannya sebagai pemenang. "Credibook itu sudah utuh dan komprehensif. Timnya kuat dan solid. Dan terbukti sudah banyak membantu UMKM. Selain itu, business plan-nya bagus. Menurut kami, inilah contoh Pahlawan Digital," puji Putri Tanjung, yang juga bertindak selaku anggota dewan juri.
Putri menambahkan, Pahlawan Digital memang mencari para inovator yang bisa menyelesaikan permasalahan yang dirasakan UMKM. Saat ini, kata dia, baru 10 atau 11 juta UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Masih banyak pelaku UMKM yang belum melek digital dan perlu dibantu untuk go digital. "Program Pahlawan Digital ini dapat menginspirasi anak-anak muda untuk membantu UMKM," tegasnya.
Putri berencana akan kembali menggelar Pahlawan Digital UMKM tahun depan. Ia juga berharap Pahlawan Digital UMKM dapat menjadi program tahunan dalam upaya mencari para inovator yang dapat membantu lebih banyak lagi UMKM.
Dampak Pandemi
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Fiki Satari mengungkapkan, struktur populasi usaha di Indonesia itu besar di bawah atau didominasi usaha mikro. Sekitar 98 persen dari 99,9 persen adalah pelaku UMKM, dan hanya 0,1 persen pengusaha besar. "Pendekatan kita pada usaha mikro sangat penting, dan perlu diintervensi dengan literasi keuangan. Dari sisi model bisnis, Credibook menjadi solusi yang sangat signifikan untuk diimplementasikan pada usaha mikro," ujarnya.
Saat ini, sambung Fiki, kondisi UMKM cukup "menantang". Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) per 2020, hampir 45 persen pelaku UMKM hanya dapat bertahan maksimal tiga bulan jika pandemi Covid-19 terus berlanjut. Sementara data rapid survey ADB (Asian Development Bank) terkait dengan dampak pandemi untuk UMKM di Indonesia, menyebut hampir 88 persen usaha mikro tak lagi memiliki kas atau tabungan. Dan lebih dari 60 persen telah mengurangi tenaga kerjanya.
Walau begitu, Indonesia memiliki ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pada 2025, ekonomi digital ini diprediksi akan menyentuh angka 2.000 triliun. Di sisi lain, negara ini memiliki bonus demografi yang cukup besar. "Oleh sebab itu, sangat relevan bagaimana kita memobilisasi pelaku UMKM agar beralih ke platform digital," kata Fiki.
Ia lantas menyebutkan sejumlah tahapan yang dilakukan Kemenkop UKM dan pemerintah dalam upaya pengembangan digitalisasi UMKM di Tanah Air. Pertama, pemerintah akan mengintervensi kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) pelaku UMKM. Sebab, isu yang menghambat pelaku UMKM go digital adalah kesiapan pelakunya sendiri. Kemenkop UKM akan menyediakan sejumlah edukasi dan pelatihan secara daring dan bisa diakses oleh para pelaku UMKM.
Kedua, pemerintah akan mengintervensi perbaikan proses bisnis lewat sejumlah inisiatif program. Misalnya, lewat gerakan belanja di warung tetangga. Harapannya, warung kelontong di sekitar rumah warga bisa diintervensi lewat suplai bahan pokok. Kemenkop UKM bekerja sama dengan Kementerian BUMN untuk memuluskan program ini.
Ketiga, perluasan akses pasar. Kemenkop UKM telah bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar UMKM bisa menjadi vendor bagi pengadaan barang pemerintah.
Keempat, menemukan local heroes (pahlawan lokal). Local heroes ini adalah pemantik, pemberdaya, sekaligus aggregator. Ia semacam kapal tongkong yang mengkonsolidasikan sekoci-sekoci (UMKM) agar bersama-sama berlayar ke lautan usaha untuk kemudian bisa di-docking (dilabuhkan) ke kapal induk.
"Kapal induknya itu e-commerce, LKPP, pasar digital UMKM, dan pasar ekspor," kata Fiki. "Dan Pahlawan Digital ini adalah peta jalan (road map) bagaimana kita ingin memobilisasi para pelaku UMKM ke platform atau ekosistem digital."
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Ternyata Serang Otak, Mata, hingga Ginjal Manusia