Peniliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Edi Kurniawan menunjukkan pelanggaran kerumunan orang yang terekam dari pesawat nirawak pendeteksi pelanggaran 'physical distancing' hasil pengembangannya di Lab Fisika, Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (3/11/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pesawat nirawak tersebut nantinya akan mendeteksi kerumunan orang yang menghiraukan jaga jarak dari ketinggian dan dapat mencari korban bencana alam dari ketinggian. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Tahun lalu, penelitian Fisika LIPI ini mengembangkan drone yang awalnya memenuhi kebutuhan pengawasan bencana. Rencana itu berubah seketika setelah Covid-19 melanda disemua negara khususnya Indonesia sejak bulan Maret lalu. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Edi menetapkan drone berjenis quadcopter atau memiliki empat baling- baling. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Drone komersial biasanya dikontrol oleh kendali jarak atau remote control sehingga kontrolnya menggunakan penglihatan dan ketinggian terbangnya tidak diketahui pasti. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Sedangkan drone yang dibuat oleh Edi Kurniawan berbasis sensor dan dikendalikan dengan alat kendali darat atau ground contol unit (GCU). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Alat ini memberi perintah untuk misi terbang kepada drone juga menerima vidionya. Vidionya kemudian indikator GCU dengan kecerdasan buatan (arificial intelligence /AI) didalam alat tersebut, Alat ini bisa menangkap banyak orang dan jarak tersebut dalam kamera, Jelasnya Edi kepada CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)