Pandemi Covid-19 Bikin Ekonomi Digital China Makin 'Ngegas'!

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
17 August 2020 18:00
A heart-shaped Chinese flag installation ahead of the 70th founding anniversary of People's Republic of China is seen on a street in Shanghai, China, September 26, 2019. REUTERS/Aly Song
Foto: Ilustrasi bendera China (REUTERS / Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 telah menghadirkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian China. Salah satu indikasi adalah semakin banyak orang di Negeri Tirai Bambu yang beralih pekerjaan ke ranah digital.

CNBC International menulis, pada Senin (17/8/2020), tingkat pengangguran China per Juli berada di level 5,7%. Ini merupakan rekor tertinggi setelah data Februari lalu yang mencapai 6,2%.

"Seiring dengan pulihnya situasi ekonomi, permintaan lapangan kerja justru meningkat. Beberapa pekerjaan fleksibel meningkat dan secara keseluruhan telah memainkan peran penting dalam menstabilkan pekerjaan," ujar juru bicara di Biro Statistik Nasional Fu Linghui pada konferensi pers, Jumat (14/8/2020).

Dia mencontohkan, pulihnya situasi ekonomi berimbas kepada sejumlah aktivitas seperti live streaming, e-commerce dan perjalanan berbasis smartphone, seperti ride-hailing.

Gao Lei yang berasal dari Qizhi Future Technology mengungkapkan ada lonjakan permintaan kursus online, baik untuk anak-anak usia sekolah maupun untuk orang dewasa.

Para orang tua di China memprioritaskan pendidikan untuk anak-anak mereka dan mencoba kelas online selama pandemi. Hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan jangka panjang.

Gao Lei juga mengatakan, sejak pandemi, perseroan menggandakan jumlah staf pengajar. Walaupun pandemi Covid-19 sedikit mereda dan sebagian besar kursus offline telah dilanjutkan, Gao Lei berencana untuk tetap menawarkan kelas online sebagai persiapan untuk ujian regional.


Menurut dia, kursus tersebut umumnya memasangkan satu guru lokal dengan salah seorang instruktur dari kota besar seperti Beijing. Hal itu dilakukan untuk mengimbangi kenaikan biaya karena mempekerjakan lebih banyak guru. Bahkan, Gao Lei juga akan memperluas tim pemasaran.

Kemajuan teknologi dan pembatasan aktivitas bisnis menuntut setiap orang untuk mempelajari keterampilan teknis yang baru agar tetap bisa bersaing.

"Tahun ini adalah tahun terobosan untuk pendidikan online," kata CEO Edge Fashion, Austin Li.

Menurut Austin Li, setengah dari pendapatan perusahaan berasal dari kursus online. Dia juga mencatat strategi penjualan live streaming dan e-commerce naik dari sekitar 20% di tahun 2017.

"Dalam beberapa tahun ke depan, (saya) berharap itu akan menjadi lebih besar dan lebih besar," kata Li.

Dahulu, perusahaannya menjual layanan konsultasi dan strategi pemasaran. Tetapi sekarang dia melihat peluang pertumbuhan dalam pendidikan online. Dia mencatat banyak orang di industri fashion yang kehilangan pekerjaan mencari jenis pekerjaan baru.

Kursus berlangsung sekitar 7 hingga 10 hari, kata Li, dan biayanya sekitar US$ 1.500 untuk versi online, setengah dari biaya offline. Dia mengatakan siswa yang mengikuti kursus berasal dari Los Angeles (AS), Vancouver (Kanada), Boston (AS), dan China.

Sejak pandemi Covid-19 memaksa jutaan orang untuk tinggal di rumah dan membatasi operasi toko fisik, penjualan langsung ke konsumen melalui streaming video meningkat di China.

Persaingan sengit
Aplikasi video dan streaming China, Kuaishou melaporkan pada 22 Juli, pengguna aktif harian streaming langsung naik 70 juta dari akhir 2019 menjadi 170 juta dalam kurun enam bulan.


Selanjutnya, platform rekrutmen China, Qingtuanshe mengatakan beberapa lowongan pekerjaan yang tumbuh paling cepat yang terlihat adalah yang dapat dilakukan di rumah, seperti pekerjaan paruh waktu online yang mencakup pengeditan video pendek dan siaran langsung.



Qingtuanshe, yang dapat diakses melalui aplikasi Alipay yang dijalankan oleh afiliasi Alibaba Ant, membanderol tarif 4.000 yuan per bulan (sekitar US$ 575) untuk streaming langsung di Douyin.

Posting lain mengiklankan pekerjaan yang membayar 5.000 yuan sebulan sedang mencari penyiar khusus suara. Qingtuanshe mengatakan memiliki lebih dari 410.000 pedagang terdaftar dan telah memproses lebih dari 100 juta aplikasi dalam setengah tahun.

Meskipun pekerjaan pada akhirnya dilakukan secara online, lokasi calon karyawan juga dapat menjadi faktor dalam proses perekrutan untuk bisnis.


Chris Sun, pendiri dan CEO Read Abroad, yang menciptakan kursus untuk wealth management di China, mengatakan perusahaan itu beralih ke video pendek tahun ini, untuk menumbuhkan basis pelanggan. Dia berencana menambahkan sekitar 10 orang staf dari 50 menjadi 60 orang.


"Kota (juga) menjadi pertimbangan penting," katanya, mencatat biaya tenaga kerja di Chengdu, sebuah kota di barat daya China, bisa setengah atau sepertiga dari biaya tenaga kerja di Beijing.


Tidak jelas apakah model online, terutama live streaming atau siaran langsung, memiliki potensi jangka panjang untuk mendorong penjualan.

Saat ditanya tentang laporan penurunan penjualan dari streaming langsung, Fu tidak menjawabnya secara langsung. Tetapi secara umum dia mengatakan penjualan yang didorong streaming langsung dan bentuk penjualan baru lainnya masih memiliki efek positif pada promosi penjualan secara keseluruhan.

Secara keseluruhan penjualan ritel di China turun 1,1% pada Juli dari tahun lalu, tetapi naik 0,85% dari Juni, menurut data resmi yang dirilis Jumat. Penjualan ritel online naik 9% selama tujuh bulan pertama tahun ini dibandingkan dari tahun lalu.

Para analis telah mencatat live streaming seringkali dapat mendorong pembelian sekaligus menghasilkan tingkat keuntungan produk yang lebih tinggi
.
Di lain waktu, pembawa acara dan influencer atau dikenal sebagai KOLs, atau "key opinion leader" mungkin kurang memiliki pengetahuan spesifik tentang banyak produk yang mereka jual setiap hari. Hal itu diungkapkan oleh Xin Yi Lim, direktur eksekutif lembaga yang concern pada keberlanjutan dan dampak pertanian di situs e-commerce perdagangan China Panduoduo.

"Terkadang orang melakukan pembelian ini karena mereka didukung oleh ini dan itu," kata Lim.

"Di platform kami, kami memiliki lebih sedikit masalah tersebut karena sebagian besar pedagang kami melakukan live streaming itu sendiri atau menyewa staf penjualan khusus, yang terkait dengan toko itu," imbuhnya.


Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, China mencoba menavigasi dunia yang masih berjuang dengan efek pandemi Covid-19. Jalan menuju pertumbuhan masih menantang. Pemerintah pusat mengatakan pada pertemuan penting awal tahun ini kalau pekerjaan tetap menjadi prioritas nasional dengan tingkat target pengangguran 6% dan lebih dari 9 juta pekerjaan baru.


Angka ini lebih rendah dari target tahun lalu yaitu 11 juta pekerjaan baru dan tingkat pengangguran 5,5%.


"Saat ini, tekanan terhadap lapangan kerja masih ada," kata Fu dari Badan Pusat Statistik, Jumat.


Dia menunjukkan pada bulan Juli, tingkat pengangguran untuk mereka yang berusia 20 tahun hingga 24 tahun yang memegang setidaknya gelar sarjana, terutama angkatan lulusan baru adalah 3,3% lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu. Adapun rekor tertinggi adalah 8,74 juta siswa di China yang lulus dari universitas tahun ini, menurut angka resmi.

"(Mengurangi) tekanan terhadap kelompok-kelompok kunci ini masih harus mendapat prioritas tinggi, terutama karena beberapa wiraswasta serta produksi dan operasi usaha kecil dan mikro masih menghadapi banyak kesulitan," ujar Fu.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid Ternyata Serang Otak, Mata, hingga Ginjal Manusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular