Pada Jumat (3/1/2020), dunia dihebohkan serangan militer Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad. Serangan ini membuat pemimpin militer Iran Jenderal Qasem Soleimani terbunuh. (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
Jenderal Karismatik ini terbunuh dalam sebuah serangan menggunakan drone MQ-9 Reaper. Drone ini terbang nyaris tanpa suara dan meluncurkan misil Hellfire yang menghancurkan konvoi mobil Soleimani. (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
Drone ini diterbangkan dari markas US Central Command yang berlokasi di Qatar. Pesawat tanpa awal ini memiliki daya jelajah 1.150 mil dengan kemampuan terbang di ketinggian 50.000 kaki. (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
MQ-9 Reaper disebut sebagai drone "bersenjata, multi misi, daya terbang menengah dan tahan lama", seperti dikutip dari New York. (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
Drone ini juga disebut sebagaia alat pengintai terhadap target berprofil tinggi, sensitif terhadap waktu, bisa membantu untuk mencari target dan digunakan untuk operasi perang yang tidak teratur. (Malaury Buis/EMA/DICOD via AP)
Drone ini memiliki kecepatan jelajah sekitar 230 mph ini dikendalikan oleh dua tentara dari jarak jauh. Drone ini berharga US$64,2 juta per unit (Rp 898,9 miliar) yang dapat membawa 4 misil Hellfire berdaya ledak cukup dasyat dan mampu menghancurkan tank (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
Drone mematikan ini mulai dioperasikan sebagai senjata oleh AS pada 2007 silam. Pada September 2015, angkatan udara AS memiliki 93 drone MQ-9 Reaper di gudang senjatanya. (Dok. General Atomics Aeronautical Systems)
"[Penerbangan drone ini] hampir hening," ujar perusahaan pembuat drone ini dalam situsnya. "Drone ini merupakan pengakuan signifikan terhadap atas peran dalam perang jarak jauh di Angkatan Udara AS." (Malaury Buis/EMA/DICOD via AP)