Tanaman Ini Dicari Dunia karena Disebut Al-Quran, Ternyata Ada di RI

Elga Nurmutia,  CNBC Indonesia
09 November 2025 17:30
Daun pohon Kamper. (Dok. Lindungihutan)
Foto: Daun pohon Kamper. (Dok. Lindungihutan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Air dari tanaman kamper atau kapur barus disebut-sebut sebagai salah salah satu air yang dimaksud dalam Surat Al-Insan ayat ke-5. Berdasarkan ayat tersebut, Allah memberikan janji terhadap "orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur".

Kendati begitu, kamper yang dimaksud bukanlah pewangi kecil yang biasa dikenal sekarang. Benda yang saat ini dikenal adalah hasil sintesis kimia dari Naphtalene (C10H8). Sementara itu, kamper yang dimaksud dalam Al-Quran adalah tanaman populer di Arab bernama Latin Dryobalanops aromatica. Ciri khas dari tanaman tersebut begitu wangi dan bisa diminum lantaran dapat menyehatkan tubuh.

Namun, kala itu masyarakat Arab tidak mudah mendapatkan kamper, karena bukan tanaman asli di sana. Pada akhirnya, mereka harus mencari pusat tanaman kamper dan singkat cerita membawa para pedagang ke wilayah antah berantah di bumi bagian Timur. Kini, wilayah tidak dikenal itu disebut sebagai Indonesia.

Para pedagang Arab berulangkali menceritakan Barus sebagai pelabuhan penting yang mengangkut komoditas, salah satunya, adalah kamper. Pedagang Arab, Ibn Al-Faqih, misalnya, pada tahun 902 sudah menyebut Fansur sebagai wilayah penghasil kapur barus, cengkih, pala, dan kayu cendana.

Di sisi lain, ahli geografi Ibn Sa'id al Magribi yang hidup di abad ke-13 juga menjabarkan secara spesifik terkait Fansur penghasil kamper berasal dari Pulau Sumatera. Tak hanya itu, jika ditarik mundur lebih jauh, ahli Romawi, Ptolemy, sudah menyebut nama Barus pada abad ke-1 Masehi.

Atas dasar ini, banyak warga Arab, khususnya para pedagang, berbondong-bondong ke Sumatera. Mereka rela melakukan pelayaran jauh dari Arab untuk mendapatkan kamper. Sejarawan Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008) menyebut, orang Arab tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), lalu tiba di Pantai Barat Sumatera.

Batang kayu pohon Kamper. (Dok. lindungihutan)Foto: Batang kayu pohon Kamper. (Dok. lindungihutan)
Batang kayu pohon Kamper. (Dok. lindungihutan)

Mereka biasa membawa kapal besar untuk mengangkut banyak kapur barus yang akan dijual tinggi di pasar internasional. Perlahan, kedatangan orang Arab ke Sumatera makin tinggi usai kamper asal Barus jadi yang bermutu tinggi mengalahkan kamper asal Malaya dan Kalimantan.

Pada titik inilah, Barus terbukti sebagai daerah penghasil kamper dan sudah berkembang jadi pelabuhan penting di Sumatera.

Muncul Agama Islam

Terungkapnya lokasi kapur barus pun di Indonesia membuat segelitir pedagang Arab mengunjungi Barus untuk singgah hingga menetap. Jika mereka pergi ke China, maka pasti akan singgah dulu di Barus. Hanya saja, kedatangan mereka tak cuma bermotif perdagangan, tetapi juga turut menyebarkan agama Islam.

Alhasil, terjadi Islamisasi terhadap penduduk lokal di tempat-tempat kedatangan kapal Arab, yakni Barus (Fansur), Thobri (Lamri), dan Haru. Jejak awal Islam sudah masuk Barus diduga kuat tercatat pada abad ke-7 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan kompleks makam kuno Mahligai di Barus. Di sana tertera nisan yang berasal dari abad ke-7 M.

Dari sini, muncul satu teori kedatangan Islam di Indonesia, yang tentu masih menimbulkan perdebatan. Namun, tak melupakan fakta bahwa lambat laun terjadi proses penyebaran Islam di sana.

Terlepas dari kebenaran teori tersebut, pedagang-pedagang Muslim di Barus berhasil membentuk jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Indonesia dan membuat Tanah Air sudah terkenal sejak dahulu kala.


(mfa/wur)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular