
Jurus Masyarakat Inklusi Agar Maju dan Bebas dari Jerat Utang

Kendari, CNBC Indonesia - Akses terhadap permodalan atau layanan Lembaga keuangan tidak bisa dimungkiri menjadi salah satu cara keluar dari jerat kemiskinan. Modal yang diperoleh dan dikelola lewat usaha yang baik sudah barang tentu mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lalu apakah semua lapisan masyarakat sudah menerima akses tersebut?
Nurhaeni harus pusing tujuh keliling mencari pinjaman untuk uang bensin tiga anak laki-lakinya. Bukan itu saja, biaya untuk kehidupan sehari-hari saja pun terasa pas-pasan. Belum lagi bila anaknya mulai masuk tahun ajaran baru kuliah. Sedangkan penghasilan dari berjualan di kantin SD masih jauh dari cukup.
Ke mana perempuan yang akrab disapa Neni ini harus mencari?
Kadang koperasi simpan pinjam menjadi pilihan. Namun, tak jarang juga dirinya bingung harus mencari pinjaman ke mana lagi? Saban bulan punya utang, usaha kurang menghasilkan.
Untungnya, layanan perbankan untuk memberikan modal usaha terhadap masyarakat inklusi mulai bermunculan di Tanah Air. Sehingga jerat utang pun perlahan mulai mengurai.
Itulah yang dirasakan Neni setelah menerima layanan Bank BTPN Syariah (BTPS). "Kemarin (sebelum menerima modal dari BTPS) masih pinjam-pinjam, sebulan ada utang memenuhi kebutuhan keluarga," ucap ibu empat anak ini.
"Alhamdulillah kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi, sebelumnya untuk keuangan sehari-hari saja sulit," katanya kepada awak media di Kendari, Kamis (25/5/2023).
Begitu bergabung dengan Sentra Sakura, nasabah binaan BTPS, di Desa Onewila, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara pada 2015, Neni merasa usaha makanan di kantin SD semakin berkembang. Dirinya pun tidak perlu lagi berutang ke sana ke mari.
![]() |
"Dengan ada modal ini warung di kantin diperbaiki. Dengan adanya Bank BTPN Syariah bisa terlepas dari utang-utang. Dengan adanya kantin, alhamdulillah istilahnya bebas sudah tidak kekurangan lagi," tutur perempuan berkacamata itu.
Lain lagi cerita Samsidar Rasyid. Perempuan paruh baya tersebut menceritakan kisahnya berjualan manisan di pinggir jalan dengan suara bergetar. Penghasilan jualan yang cuma Rp 50 ribu per hari harus bisa dikelolanya untuk membantu ekonomi keluarga.
Hingga pada 2018, kala community officer Bank BTPN Syariah mulai datang ke lapaknya berjualan manisan. Lewat upaya akuisisi nasabah ini, Samsidar tidak hanya diberikan modal tapi juga diperkenalkan dengan pengetahuan mengelola keuangan. Ilmu yang diandalkannya hingga sekarang. Kendati usahanya sudah semakin berkembang dengan omzet harian sudah mencapai Rp 8 juta dan pegawai sebanyak 11 orang.
"Awalnya (dapat pembiayaan) Rp 3 juta di tahun 2018. Dari pembiayaan pertama dari manisan dikembangkan ke jualan kue. Dengan penambahan plafon pembiayaan akhirnya menjual makanan prasmanan dan kemudian ke ayam geprek," tutur perempuan yang punya cita-cita melebarkan usahanya ke bisnis katering.
Bagi masyarakat prasejahtera, keberhasilan dan kesuksesan serta kemampuan untuk maju tidak bisa dilakukan sendiri. Mereka tidak hanya perlu dukungan akses permodalan namun juga pendampingan agar usaha yang mereka jalankan bisa terus produktif. Terlebih bagi para perempuan yang tidak hanya menjadi tiang keluarga tapi juga bangsa ini. Peningkatan kapasitas para ibu di tiap keluarga, menjadi kunci meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Seperti yang terlihat dalam pertemuan sentra nasabah Bank BTPN Syariah di Desa Onewila. Di mana petugas bank bukan hanya sibuk mengurusi administrasi dan penyetoran iuran pembiayaan. Dalam sesi yang dilakukan pada Kamis (25/5), para nasabah dengan penuh perhatian menyimak penjelasan modul kanker payudara oleh community officer.
"Kenapa BTPN Syariah ajarkan modul ini? Agar ibu-ibu tetap bisa menjalankan tugasnya di dalam rumah. Karena kalau si ibu sakit seisi rumah langsung terpengaruh. Kalau ibu-ibu berdaya, lingkungan juga ikut berdaya," ujar Corporate and Marketing Communication Head BTPN Syariah, Ainul Yaqin.
Dia menambahkan, bahwa fokus Bank BTPN Syariah adalah memberdayakan perempuan. Di mana hingga kini nasabah bank yang melayani masyarakat inklusi ini 100% perempuan.
Adapun jumlah nasabah BTPN Syariah sejak menyambangi Sulawesi Tenggara pada 2014 mencapai 28.400 perempuan yang tersebar di 1.780 sentra. Nasabah-nasabah ini dibimbing dan dilayani oleh 106 community officer sebagai ujung tombak perseroan dalam menjangkau masyarakat inklusi. Dari sisi pembiayaan tercatat sudah mencapai Rp 78 miliar.
Kepala Pembiayaan BTPN Syariah untuk Wilayah Sulawesi Tenggara Sanowati Samosir menyebut, bahwa pihaknya akan terus berupaya menjangkau masyarakat inklusi. Seperti yang akan dilakukan dalam waktu dekat ke Pulau Muna.
Menurutnya, perseroan membidik daerah-daerah dengan karakteristik memiliki kepadatan penduduk dengan jumlah keluarga miskin yang cukup signifikan berdasarkan data BPS.
"Selain itu juga kami lihat karakteristik usaha (di daerah tersebut), bisa menghasilkan setiap hari atau tidak. Lalu tentunya usaha sesuai berdasarkan prinsip syariah," jelasnya.
Sedangkan secara nasional jumlah nasabah BTPN Syariah mencapai 6 juta orang dengan total nasabah aktif mencapai 4,25 juta per Maret 2023. Total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 11,83 triliun, tumbuh 11% dalam setahunan dari Rp 10,65 triliun. Bank yang sudah mejeng di Bursa Efek Indonesia ini mampu menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp 425 miliar pada kuartal I-2023.
(bul/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BTPN Syariah Ajak 320 Nasabah Umroh Bareng Satu Pesawat