BSI Terapkan Single System, Targetkan Pertumbuhan Kinerja
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) resmi melayani nasabah dengan single system per 1 November 2021. Hal ini menandai tahap akhir dari proses migrasi nasabah serta awal baru bagi dunia perbankan syariah di Indonesia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan perusahaan telah menyelesaikan seluruh proses migrasi nasabah pada Juli lalu. Dalam layanan ini, seluruh produk yang ada di 3 bank legacy dapat dilayani seluruhnya dalam satu sistem BSI.
Selain itu, dengan single system BSI memiliki satu core banking system, satu enterprise data, satu sandi kode bank di 451, dan satu pelaporan keuangan dengan nama Bank Syariah Indonesia.
"Artinya BSI single system betul-betul bank hasil merger dengan single system, dan sudah running mulai tanggal 1 November. Pencapaian yang dilakukan dalam beberapa waktu ini sangat bagus sehingga kita juga bisa me-manage BSI dengan sangat baik. Dengan adanya single system ini, kami yakin BSI akan semakin besar baik dari sisi aset, laba, pembiayaan, dan pengguna mobile banking," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (1/11/2021).
Ia juga menjelaskan, transformasi menjadi nilai yang dipegang BSI. BRIS terus bertransformasi untuk melakukan perbaikan dan mencoba hal-hal baru yang memang bisa memberikan trajektori perubahan bisnis yang bagus dan solid. Selain transformasi, kata dia, menemukan perubahan bisnis model yang optimal.
"Sejak melakukan merger, bisnis model yang dimiliki oleh 3 bank legacy belum tentu sesuai dengan tuntutan nasabah saat ini," lanjutnya.
Untuk itu, menurutnya, BSI melakukan tuning untuk memperbaiki serta mengimprove bisnis model yang ada di BSI saat ini, baik segmen bisnis, teknologi, dan delivery channel.
"Terakhir adalah value creation, baik dari aspek bisnis maupun operation dan juga perubahan bisnis model. Tujuan akhirnya adalah menuju kepada satu value creation yang optimal," ungkapnya.
Lebih lanjut, Hery memaparkan kinerja BSI pada kuartal III-2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun atau naik 37,01 % secara year on year (YoY). Perolehan laba bersih didukung kinerja berbagai sektor, seperti perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 219,19 triliun.
Adapun Hery menegaskan, pihaknya meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI mengalami pertumbuhan sebesar 16,22% yoy atau mencapai Rp 30,35 triliun. Sementara secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57% yoy dengan angka mencapai Rp 91,43 triliun pada kurun waktu yang sama.
"Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini sekitar 2,10%. Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67%," kata Hery.
Dari segi pembiayaan, BSI mengalami pertumbuhan sekitar 7,38% yoy, yakni mencapai Rp 163,32 triliun. BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) nett sebesar 1,02%.
Hery menjelaskan, pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp 77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43% yoy dari Rp 64,14 triliun. Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58% yoy dengan penyaluran mencapai Rp 4 ,42 triliun dari sebelumnya Rp 3,82 triliun.
Realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari-September 2021 mencapai Rp 10,58 triliun atau tumbuh sekitar 7,29% yoy dari sebelumnya sebesar Rp 9,86 triliun. Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74%.
Hery mengungkapkan, BSI mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93% atau meningkat dari posisi Desember 2020 sekitar 22,40%. Dengan sinergi dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp 251,05 triliun atau naik sekitar 10,15% yoy dari Rp 227,92 triliun.
Di samping itu, transaksi kumulatif BSI Mobile mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133% yoy. Sedangkan kenaikan transaksi melalui e-channel per September 2021 mencapai 162,40 juta transaksi atau 95% transaksi di BSI sudah menggunakan e-Channel.
(rah/rah)