MARKET DATA

Siapa Sebenarnya Penguasa Bursa Saham Dunia di 2025?

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
31 December 2025 11:55
A man in a business building is reflected on an electronic stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 11, 2018.  REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi periode yang monumental bagi pasar ekuitas global. Di tengah dinamika suku bunga dan pergeseran geopolitik, mayoritas indeks saham utama dunia berhasil mencatatkan kinerja positif.

Fenomena menarik terjadi di pasar domestik, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak hanya mencatatkan pertumbuhan double digit, tetapi juga berhasil mengungguli kinerja indeks acuan Amerika Serikat (Wall Street) dan China.

Berdasarkan data perdagangan akhir tahun yang dihimpun per 30 Desember 2025, IHSG menutup tahun dengan apresiasi sebesar 22,13% sepanjang tahun ini (year to date/ytd). Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat keempat dalam daftar indeks dengan kinerja terbaik di antara bursa-bursa utama dunia yang diamati.

Kinerja IHSG ini terbilang impresif karena mampu melampaui indeks teknologi Amerika Serikat, Nasdaq 100, yang mencatatkan kenaikan 20,98%, serta S&P 500 yang tumbuh 17,22%.

Hal ini mengindikasikan bahwa di tahun 2025, foreign inflow tidak hanya terpusat pada sektor teknologi di negara maju, melainkan beralih secara signifikan ke pasar emerging market dengan fundamental makroekonomi yang solid seperti Indonesia.

Berikut adalah ringkasan kinerja indeks saham global utama sepanjang tahun 2025:

Dominasi Negara Maju dan Pemulihan Asia

Secara global, indeks Nikkei 225 Jepang memimpin reli pasar saham dunia dengan lonjakan 26,18%. Kenaikan ini didorong oleh reformasi tata kelola perusahaan corporate governance di Jepang yang terus menarik minat investor institusi global, serta kebijakan moneter yang masih relatif akomodatif dibandingkan negara maju lainnya, walaupun ada sedikit keretakan pada ekonomi dalam negeri.

Di posisi kedua, indeks DAX Jerman mencatatkan kenaikan 23,01%, mencerminkan ketahanan ekonomi terbesar di Eropa tersebut meskipun dihadapkan pada tantangan sektor manufaktur.

Sementara itu, China menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang nyata. Indeks Shanghai Composite berhasil bangkit dengan kenaikan 18,29%. Stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah Tiongkok tampaknya mulai memberikan dampak positif terhadap kepercayaan investor, setelah sempat mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.

Divergensi Ekstrem di Kawasan ASEAN

Sorotan khusus perlu diberikan pada kawasan Asia Tenggara, di mana terjadi divergensi kinerja yang sangat tajam. Singapura dan Indonesia muncul sebagai outperformer dibandingkan dengan index negara tetangga yang cukup tertinggal.

Indeks Straits Times (STI) Singapura memimpin ASEAN dengan kenaikan 22,71%, hanya unggul tipis dari IHSG. Kinerja Singapura dan Indonesia ini sangat kontras jika dibandingkan dengan Malaysia (KLCI) yang bergerak stagnan dengan pertumbuhan 2,05%, dan Thailand (SET 50) yang justru terkontraksi atau minus 7,79%.

Sebaliknya, Indonesia diuntungkan oleh stabilitas politik pasca-transisi pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga di atas level 5%, menjadikannya destinasi investasi favorit di kawasan emerging market dan terbaik di antara seluruh G20.

Prospek dan Kesimpulan

Kinerja pasar saham tahun 2025 mengonfirmasi sentimen risk-on yang kuat di kalangan investor global. Fakta bahwa IHSG mampu bersaing di papan atas bersama Jepang dan Jerman, serta mengalahkan Wall Street, merupakan sinyal positif bagi iklim investasi nasional.

Namun, investor perlu tetap mencermati potensi volatilitas di tahun mendatang, mengingat tingginya valuasi yang telah terbentuk akibat reli panjang tahun ini. Ditambah dengan index di Amerika yang kian ditopang oleh beberapa perusahaan besar yang didominasi oleh perusahaan AI pada tahun 2025 ini.

-

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)



Most Popular