MARKET DATA

Kilau Perak Curi Perhatian, Begini Kinerja & Proyeksi Harga di 2026

Gelson Kurniawan,  CNBC Indonesia
28 December 2025 15:15
silver perak
Foto: silver perak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja logam mulia perak (silver) sukses mencuri panggung sepanjang tahun 2025. Tak kalah berkilau dari emas, perak mencatatkan reli harga yang fenomenal, membuatnya dilirik oleh investor kawakan maupun pendatang baru yang mencari alternatif aset safe haven.

Meski harganya tidak setinggi emas, persentase kenaikan perak tercatat luar biasa. Logam ini mengawali tahun 2025 di kisaran US$ 30 per troy ons dan meroket hingga menyentuh level US$ 70 per troy ons pada akhir Desember. Artinya, nilainya naik lebih dari dua kali lipat atau bagger dalam setahun terakhir.

Lonjakan harga ini bukan sekadar euforia sesaat. Sederet sentimen global menjadi bahan bakar utamanya, mulai dari tekanan inflasi, keterbatasan pasokan (supply constraints), ketidakpastian geopolitik, hingga lonjakan permintaan industri.

Tak hanya itu, pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) di akhir 2025 turut memberikan angin segar bagi aset fisik (hard assets).

Dengan harga yang kini bertengger di rekor tertingginya, pertanyaan besar pun muncul di benak investor yaitu apakah perak masih punya tenaga untuk "terbang" lebih tinggi di 2026, atau justru rentan terkoreksi?

Berikut adalah proyeksi para ahli komoditas dunia mengenai nasib perak di tahun 2026.

Skenario Bearish: Risiko Koreksi Harga

Namun, investor perlu waspada. Para ahli memperingatkan bahwa jika The Fed kembali mengubah haluan dengan menaikkan suku bunga di 2026, harga perak kemungkinan besar akan tertekan.

Dalam lingkungan suku bunga tinggi, imbal hasil (yield) pada instrumen lain seperti obligasi atau deposito akan menjadi lebih menarik. Investor cenderung akan beralih mengejar likuiditas dan yield pasti ketimbang memegang aset volatil tanpa bunga seperti perak.

Henry Yoshida, CEO Rocket Dollar, menambahkan bahwa perlambatan ekonomi AS dan manufaktur global juga bisa menjadi sentimen negatif.

"Investor harus memantau tiga metrik utama yang memengaruhi harga perak yaitu suku bunga riil, aktivitas manufaktur global, dan laju ekspansi energi terbarukan," kata Yoshida. "Jika inflasi mereda dan suku bunga tetap tinggi terlalu lama, harga perak akan tertinggal."

Penerapan tarif dagang yang membatasi impor dan menaikkan harga barang juga bisa menekan permintaan industri, yang merupakan salah satu pilar utama harga perak.

Skenario Bullish: Apa Syarat Harga Perak Lanjut Naik?

Peter Reagan, Strategist Pasar Keuangan dari Birch Gold Group, menyebut bahwa inflasi yang tinggi atau meningkat umumnya berbanding lurus dengan kenaikan harga perak.

Meskipun inflasi global sempat membaik, angkanya masih "lengket" di atas target 2%, yang berarti ketidakpastian ekonomi masih membayangi tahun 2026.

"Tekanan inflasi kemungkinan akan terus meningkat, membuat perencanaan pensiun menjadi lebih sulit bagi masyarakat," ujar Reagan. "Khusus untuk perak, ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang persisten menunjukkan potensi harga yang lebih tinggi dan permintaan yang lebih kuat di tahun baru."

Senada, Joshua D. Glawson dari Money Metals Exchange memprediksi tren kenaikan masih akan berlanjut. Sorotan utamanya adalah lonjakan permintaan pada instrumen derivatif seperti Exchange-Traded Funds (ETF) perak.

"ETF menciptakan 'permintaan' yang lebih besar daripada ketersediaan fisik logam di atas tanah. Beberapa pemerintah negara kini mempromosikan ETF perak ini, yang pada gilirannya mengerek harga futures dan harga spot perak," jelas Glawson.

Skenario Stabil: Kapan Harga Mendatar?

Skenario ketiga adalah stabilisasi harga. Jika The Fed menahan suku bunga di level netral dan permintaan industri melambat secara moderat, harga perak diprediksi akan bergerak sideways atau mendatar.

"Jika permintaan industri melambat dan imbal hasil riil (real yields) naik kembali, perak bisa stabil atau sedikit terkoreksi dari level harganya saat ini," tambah Yoshida.

Analisis Bagi Investor

Secara konsensus, para ahli memproyeksikan harga perak masih memiliki ruang pertumbuhan di 2026. Dengan posisi harga yang terus memecahkan rekor, perak kian dianggap sebagai alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan emas.

Meski demikian, Yoshida mengingatkan agar investor memahami profil risiko logam ini. "Jika Anda adalah investor jangka panjang, perak sebaiknya dilihat sebagai diversifikasi portofolio, bukan sebagai taruhan arah harga jangka pendek (short-term directional bet)," tutupnya.

Kinerja Perak

Harga perak ditutup di posisi US$ 79,15 per troy ons pada perdagangan Jumat. Harganya terbang 10,01% sehari. Kenaikan dalam sehari ini adalah yang tertinggi sejak 17 September 2008 atau 17 tahun lalu Harga kemarin juga menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Harga perak sudah menguat lima hari beruntun dengan penguatan 20%.

Dalam sepekan harganya sudah terbang 17% dan melesat 174,1% sepanjang tahun ini.

Lonjakan harga perak ditopang oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve serta meningkatnya ketegangan geopolitik yang mendorong.

"Ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed lebih lanjut pada 2026, pelemahan dolar AS, serta meningkatnya ketegangan geopolitik mendorong volatilitas di pasar yang likuiditasnya tipis. Meski ada risiko aksi ambil untung menjelang akhir tahun, tren kenaikan tetap kuat," kata Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.

Pasar memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga pada 2026, dengan pemangkasan pertama kemungkinan terjadi di pertengahan tahun. Spekulasi bahwa Presiden AS Donald Trump dapat menunjuk Ketua The Fed yang lebih dovish turut memperkuat ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

"Level US$80 untuk perak sangat mungkin tercapai sebelum akhir tahun. Untuk emas, target berikutnya adalah US$4.686,61, dengan US$5.000 berpeluang tercapai pada paruh pertama tahun depan," tambah Grant.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls)



Most Popular