Mati Suri 3 Hari, Harga Batu Bara Bangkit Jelang Natal
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya bangkit setelah ambruk tiga hari.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada penutupan perdagangan Selasa (23/12/2025) ada di psisi US$ 105,9 atau menguat 0,33%.
Penguatan ini memutus tren negatif batu bara yang sudah turun 0,52% pada tiga hari beruntun sebelumnya.
Pasar batu bara termal domestik China menunjukkan sedikit pelonggaran dari sentimen bearish meskipun permintaan masih lemah.
Laporan dari SXCoal mencatat bahwa pada tanggal 23 Desember, permintaan yang lemah masih menekan harga batu bara termal di wilayah tambang utama di China. Namun, muncul tanda-tanda sentimen negatif mereda sedikit seiring dengan indikasi perbaikan kecil di pasar.
Permintaan batu bara tetap tipis, yang sebelumnya menciptakan tekanan jual kuat, tetapi kondisi pasar menunjukkan perubahan secara hati-hati di mana pelaku pasar mulai menyikapi harga kurang pesimis dibanding sebelumnya.
Secara umum, pasar masih diwarnai oleh kelemahan permintaan domestik tetapi momentum bearish tidak sekuat sebelumnya, menunjukkan kemungkinan stabilisasi harga jika kondisi permintaan sedikit membaik atau stok tidak bertambah terlalu cepat.
Laporan dari SX Coal juga menunjukkan bahwa harga batu bara termal global terus menurun minggu lalu karena permintaan dari pembeli utama tetap lemah dan tidak banyak faktor pendukung untuk mengangkat harga. Aktivitas pasar juga melambat menjelang libur Natal.
Permintaan dari China dan India menurun sehingga tekanan jual meningkat. Inventaris di pelabuhan juga mengalami akumulasi karena pembelian baru lebih sedikit. Kedua negara adalah importir terbesar.
Di Eropa, meskipun ada sedikit peningkatan konsumsi karena cuaca dingin, keseluruhan pasar masih berada di bawah tekanan harga dan permintaan tidak kuat.
Oversupply di beberapa wilayah, stok yang tinggi, serta sikap menunggu dari para pembeli membuat pasar tidak bergerak signifikan.
Secara keseluruhan, pasar batu bara termal global masih dalam tren turun dengan permintaan yang relatif lemah, terutama menjelang akhir tahun dan kondisi pasar yang berhati-hati.
Yuan yang menguat terhadap dolar juga mengurangi biaya efektif impor, memberikan tekanan tambahan pada harga batu bara impor di pasar tender utilitas.
Situasi ini mencerminkan permintaan yang relatif lemah dari pembangkit listrik utama di Tiongkok dan tingginya stok yang tersedia, memperkuat tren penurunan harga di pasar impor batu bara termal.
Sebaliknya, harga batu bara kokas di pasar domestik China tampak menemukan keseimbangan setelah tiga kali penurunan harga sejak awal bulan ini.
Implementasi penurunan harga ini menunjukkan upaya produsen baja untuk menekan biaya bahan baku di tengah permintaan yang lemah.
Produksi kokas tetap relatif stabil setelah penurunan harga, sehingga pasar menunjukkan tanda-tanda bahwa tekanan penurunan harga tidak langsung berlanjut drastis.
Namun, risiko tetap mengancam sisi bawah pasar, terutama karena permintaan dari industri hilir (seperti pabrik baja) masih lesu dan belum benar-benar pulih, memperlemah sentimen pasar.
Sentimen pasar yang rapuh dapat memicu penurunan harga lebih lanjut jika permintaan rendah berlanjut atau jika pabrik baja kembali menekan harga pembelian.
Meskipun harga kokas erlihat stabil setelah putaran penurunan ketiga, risiko tekanan harga di sisi bawah masih tertanam kuat karena permintaan masih kurang kuat dan kondisi pasar yang hati-hati.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]