Ditinggal Kedip, Harga Emas Tahu-Tahu Tembus Level Bersejarah US$4.500
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dan perak lagi-lagi mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah. Faktor geopolitik hingga makro menjadi salah satu alasan kenaikan rekor-rekor baru tersebut.
Pada perdagangan Selasa (23/12/2025), harga emas dunia ditutup menguat 0,95% di level US$4.487,81 per troy ons. Penutupan perdagangan tersebut memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Sementara pada perdagangan intraday, harga emas sempat menyentuh level US$4.499,57 per troy ons.
Pada perdagangan hari ini Rabu (24/12/2025) hingga pukul 06.44 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,40% di posisi US$4.505,59 per troy ons.
Ini adalah jali pertama harga emas menyentuh level US$ 4.500 dalam sejarah dunia. Harga emas dengan cepat berganti level dalam tiga hari terakhir. Pada Jumat (19/12/2025), harga emas masih di level US$ 4.300 kemudian Senin sudah berada d level US$ 4.400 dan hari ini sudah menembus US$ 4.500.Â
Emas melonjak sementara perak berhasil menembus level psikologis baru US$71 per troy ons, karena ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang memanas mendorong kedua logam mulia tersebut menuju rekor tertinggi.
"Dengan logam mulia mencapai harga rekor di akhir tahun, ketika biasanya orang mungkin punya waktu untuk menulis satu atau dua kartu Natal, mungkin kesimpulan terbesarnya adalah bahwa investor tidak memperlakukan liburan Natal sebagai kesempatan untuk mengambil keuntungan," menurut analis Mitsubishi.
Harga emas batangan telah melonjak sekitar 70% tahun ini, didorong oleh ketegangan geopolitik, pemotongan suku bunga AS, pembelian yang kuat oleh bank sentral, dan permintaan investasi yang kuat.
"Kami terus melihat tema jangka panjang diversifikasi cadangan devisa bank sentral sebagai pendorong utama harga emas hingga akhir dekade ini," menurut analis di SP Angel dalam sebuah catatan.
"Kami memperkirakan harga emas akan naik menuju US$5.000 per troy ons tahun depan," menurut catatan tersebut.
Selain itu, para analis memperkirakan kenaikan lebih lanjut hingga tahun depan, dengan Goldman Sachs memperkirakan harga emas mencapai US$4.900 per troy ons pada Desember 2026.
Dolar telah merosot hampir 10% pada tahun 2025, menempatkannya pada jalur untuk tahun terburuknya dalam delapan tahun terakhir. Banyak investor memperkirakan penurunan mata uang akan berlanjut pada tahun 2026 seiring dengan meningkatnya pertumbuhan global dan pelonggaran kebijakan Federal Reserve lebih lanjut.
"Taruhan penurunan suku bunga telah meningkat setelah data inflasi dan tenaga kerja terbaru di AS, yang membantu mendorong permintaan logam mulia," ujar Zain Vawda, analis di MarketPulse by OANDA.
Permintaan aset safe-haven juga diperkirakan akan tetap kuat di tengah ketegangan di Timur Tengah, ketidakpastian mengenai kesepakatan perdamaian Rusia-Ukraina dan, baru-baru ini, tindakan AS terhadap kapal tanker Venezuela.
Sementara itu, permintaan bank sentral terhadap emas telah meningkat selama empat tahun dan kemungkinan akan berlanjut hingga 2026, seiring dengan permintaan investasi yang kuat, menurut para analis.
Bank sentral berada di jalur yang tepat untuk membeli 850 ton emas pada tahun 2025, turun dari 1.089 ton pada tahun 2024, kata Philip Newman, direktur pelaksana di perusahaan konsultan Metals Focus. "Angka tersebut masih sangat sehat dalam hal absolut," tambahnya.
Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas fisik berada di jalur untuk arus masuk terbesar sejak tahun 2020, menarik US$82 miliar, setara dengan 749 ton, sejauh tahun ini, menurut World Gold Council.
Permintaan perhiasan berada di bawah tekanan karena harga yang tinggi, sebagian diimbangi oleh investasi ritel yang kuat pada batangan dan koin emas. Konsumsi perhiasan di India turun 26% secara tahunan menjadi 291 ton pada Januari-September, dengan kuartal keempat juga terlihat lemah, kata Metals Focus, menambahkan bahwa pelemahan ini akan berlanjut hingga tahun 2026.
Investasi ritel dalam batangan dan koin di India naik 13% menjadi 198 ton pada periode yang sama, didorong oleh harga rekor dan ekspektasi bullish, menurut Metals Focus.
"Pada dasarnya, hal ini dipengaruhi oleh realitas penawaran dan permintaan di pasar yang telah mengalami defisit selama lima tahun, bersamaan dengan meningkatnya permintaan industri. Aspek safe-haven, ekspektasi dolar yang lebih lemah, dan imbal hasil yang lebih rendah juga berkontribusi pada penawaran," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Di sisi lain, harga perak lagi-lagi menembus level tertinggi sepanjang sejarah.
Harga perak (XAG) di pasar spot pada penutupan perdagangan Selasa (23/12/2025), naik 3,48% di level US$71,42 per troy ons. Level ini menjadi penutupan tertinggi perak sepanjang sejarah. Pada perdagangan intraday, harga perak sempat menyentuh level tertinggi di US$71,57 per troy ons.
Sementara pada perdagangan hari ini Rabu (24/12/2025) hingga pukul 06.44 WIB, harga perak di pasar spot menguat 0,46% di level US$71,75 per troy ons.
Harga perak spot telah melonjak lebih dari 140% tahun ini, melampaui kenaikan emas lebih dari 70%, didukung oleh permintaan investasi yang kuat, dimasukkannya perak dalam daftar mineral penting AS, dan pembelian momentum.
Arus masuk produk perak yang diperdagangkan di bursa (ETP) telah melampaui 4.000 ton, menurut analis Standard Chartered, Suki Cooper.
"Momentum dan fundamental mendukung kenaikan lebih lanjut, meskipun posisi yang terlalu tegang dan likuiditas akhir tahun yang rendah dapat menyebabkan volatilitas, dengan para pedagang membeli saat harga turun sementara imbal hasil riil tetap rendah dan pasokan fisik ketat," ujar analis Mitsubishi.
Menurut analis, perak secara teknis sudah mengalami overbought (harga sudah terlalu tinggi), karena sekarang hanya dibutuhkan 64 ons perak untuk membeli satu ons emas (XAU-XAG), turun dari 105 ons pada bulan April.
"Pasti akan ada orang yang memperdagangkan rasio emas-perak, tetapi selain itu, ketika suasana yang penuh gejolak ini mereda, mereka akan memisahkan diri dan perak hampir pasti akan menjadi aset yang berkinerja buruk," ujar analis StoneX, Rhona O'Connell.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw) Next Article May Day! May Day! Harga Emas Terjun 3%, Tenggelam ke Level US$3.900