MARKET DATA

Punya Aset Logistik Raksasa, Titan Infra Siap Melantai di Bursa?

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
17 December 2025 08:10
Titan Infra Sejahtera
Foto: Titan Infra Sejahtera

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilik jalur logistik batu bara terpanjang di Sumatera, PT Titan Infra Sejahtera (TIS), makin terang mengisyaratkan langkah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu dekat.

Sebagai informasi dulu, Titan Infra ini sudah mengungkap rencana IPO sejak 2024 silam dengan target pelepasan saham baru sekitar 10%.

Di tengah persiapan Initial Public Offering (IPO), perusahaan infrastruktur logistik batu bara tersebut memperlihatkan penguatan fundamental bisnis, salah satunya melalui anak usaha-nya PT Servo Lintas Raya (SLR).

Perkuat Bisnis Logistik Batu bara di Sumatera

PT Servo Lintas Raya (SLR) merupakan anak usaha Titan Infra yang mengoperasikan jalan angkut batu bara sepanjang 118 kilometer yang menghubungkan kawasan tambang utama di Lahat, Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Jalur ini memiliki kapasitas angkut hingga 50 juta ton per tahun, menjadikannya salah satu tulang punggung logistik batu bara di Sumatera Selatan.

Jaringan jalan tersebut terintegrasi dengan fasilitas pelabuhan milik anak usaha lainnya, PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ). Saat ini, pelabuhan SDJ mampu melayani pengapalan sekitar 34 juta ton batu bara per tahun, dengan rencana ekspansi kapasitas menjadi 45 juta ton per tahun.

Sejalan dengan potensi pertumbuhan produksi di wilayah Sumatera Selatan, Titan Infra terus memperkuat infrastruktur logistiknya, termasuk peningkatan kualitas jalan hauling dari gravel menjadi chipseal secara bertahap.

Direktur Utama Titan Infra Sejahtera, Suryo Suwignjo, mengungkapkan peningkatan kualitas jalan tersebut berdampak signifikan terhadap efisiensi operasional. Waktu tempuh yang sebelumnya mencapai 7-8 jam kini dapat dipangkas menjadi sekitar 3-4 jam per perjalanan. Efisiensi ini, menurutnya, berkontribusi pada penurunan konsumsi bahan bakar serta biaya perawatan kendaraan angkut.

"Waktu tempuh lebih cepat berarti lebih hemat BBM, kualitas jalan lebih mulus juga mengurangi biaya pemeliharaan truk," terang Suryo dalam keterangannya pada Selasa (9/12/2025).

Tak hanya fokus pada jalan utama, Titan Infra juga menyiapkan jalan pengumpan (feeder road) untuk membuka akses ke area tambang yang belum terhubung dengan jaringan utama SLR. Strategi ini dirancang untuk mendukung peningkatan volume angkutan dalam jangka menengah hingga panjang.

Pelanggan Utama Titan Infra dan Prospeknya

Saat ini, layanan logistik dan infrastruktur Titan Infra telah digunakan oleh sejumlah pemain besar di industri batu bara, antara lain PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mustika Indah Permai, anak usaha PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Manambang Muara Enim, serta PT Duta Bara Utama.

Dari sisi potensi wilayah, Sumatera Selatan tercatat memiliki cadangan batu bara sekitar 9,3 miliar ton. Namun, realisasi produksinya hingga kini masih berada di kisaran 100 juta ton per tahun.

Aktivitas pertambangan di provinsi ini terkonsentrasi di wilayah Muara Enim, Lahat, dan Penukal Abab Lematang Ilir, dengan puluhan izin usaha pertambangan yang telah diterbitkan pemerintah daerah. Sejalan dengan itu, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) provinsi Sumatera Selatan menargetkan produksi batu bara mencapai sekitar 131 juta ton pada tahun ini.

Meski demikian, volume produksi tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan yang secara agregat mencatatkan produksi sekitar 687 juta ton pada 2024. Keterbatasan infrastruktur logistik selama ini menjadi salah satu faktor utama yang membatasi optimalisasi produksi batu bara di Sumatera.

Oleh karena itu, Direktur Titan Infra Sejahtera Victor B Tanuadji menilai posisi perseroan saat ini sangat strategis sebagai penyedia infrastruktur logistik batu bara terbesar di Sumatera Selatan.

Ia juga menambahkan, perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang solid dalam lima tahun ke depan, seiring dengan besarnya cadangan batu bara dan rencana ekspansi yang agresif. Titan Infra, menurutnya, siap mendukung peningkatan produksi tambang melalui penyediaan layanan logistik yang terintegrasi.

Penguatan fundamental juga tercermin dari kinerja keuangan

Menurut Presiden Direktur PT Servo Lintas Raya sekaligus PT Swarnadwipa Dermaga Jaya, Victor B. Tanuadji, sepanjang 2024 kinerja Titan Infra mencatat EBITDA pada tahun lalu tercatat sekitar US$ 100 juta.

Presiden Komisaris PT Titan Infra Sejahtera, Suryo Suwignjo juga menyampaikan optimisme bahwa angka tersebut berpeluang meningkat sepanjang tahun berjalan, seiring bertambahnya volume angkutan dan pengapalan batu bara melalui jaringan logistik perseroan.

Lebih lanjut, Suryo menjelaskan bahwa pendapatan Titan Infra memiliki korelasi langsung dengan volume komoditas yang melintas di jalan hauling PT Servo Lintas Raya serta yang dikapalkan melalui fasilitas pelabuhan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya. Dengan kata lain, peningkatan aktivitas angkutan akan berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan.

Dari sisi volume, sepanjang 2024 Titan Infra mencatat angkutan dan pengapalan sekitar 21 juta ton batu bara, meningkat sekitar 15% dibandingkan realisasi 2023 yang berada di kisaran 18 juta ton. Manajemen memperkirakan volume tersebut masih berpotensi naik hingga sekitar 27 juta ton pada tahun depan, sejalan dengan bertambahnya basis pelanggan dan kapasitas infrastruktur.

Salah satu katalis penting datang dari kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Victor mengungkapkan bahwa sejak 2024, PTBA mulai mengalirkan sebagian produksi batu baranya melalui jalur hauling dan pelabuhan milik Titan Infra. Masuknya emiten tambang pelat merah tersebut dinilai menjadi tambahan volume yang signifikan dan berpotensi berkelanjutan.

Ia meyakini, kontribusi angkutan batu bara PTBA akan terus meningkat dari tahun ke tahun, terlebih dengan kondisi harga batu bara yang relatif stabil di kisaran US$ 125 per ton. Stabilitas harga ini dinilai memberikan ruang bagi produsen untuk menjaga volume produksi.

Deretan angka tersebut menjadi landasan optimisme Titan Infra dalam memperkuat perannya sebagai penyedia infrastruktur logistik batu bara di Sumatera Selatan, terutama ketika pusat produksi di Kalimantan menghadapi tekanan biaya yang semakin besar.

Kondisi ini sekaligus memperkuat argumen bahwa fundamental bisnis Titan Infra kian matang menjelang rencana pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)



Most Popular