MARKET DATA

Gara-gara Mau Right Issue, 6 Saham Ini Terbang ke Angkasa

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia
05 December 2025 09:58
right issue
Foto: right issue

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada sekitar enam perusahaan yang kami pantau harga saham-nya terbang ratusan sampai ribuan persen dari awal tahun karena mau right issue.

Mereka adalah PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), PT PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), PT Garuda Maintenance Facility Tbk (GMFI), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Folago Global Nusantara Tbk (IRSX), dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE).

Sejak awal tahun, CBRE, IRSX, dan INET terpantau bergerak paling moncer sampai empat digit alias ribuan persen. Diiikuti CSIS melonjak 467%, sisanya ada NINE dan GMFI yang naik kisaran 100%. Berikut rinciannya :

Dari enam emiten itu, ada dua saham NINE dan INET yang diketahui masuk suspensi, karena pergerakan dianggap tidak wajar atau menunggu kejelasan aksi korporasi.

Dari rumor right issue sampai yang sudah ada prospektus-nya menjadi satu faktor yang membuat tujuh saham itu terbang.

Mulai dari CBRE yang masuk spotlight karena sebentar lagi akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 18 Desember 2025 mendatang untuk meminta persetujuan penerbitan hingga 48 miliar saham baru.

Dana rights issue ini direncanakan untuk pembelian kapal offshore besar (Hai Long 106), penguatan modal kerja, pembayaran utang, serta ekspansi armada.

Selain itu, CBRE baru saja mendapatkan kontrak sewa kapal jangka panjang bernilai triliunan dari kontraktor EPCI, sehingga kebutuhan pendanaan untuk mendukung proyek tersebut sangat besar.

Sementara itu, ada INET yang sudah melalui RUPS pada 20 Agustus 2025 lalu telah menyetujui rights issue hingga 12,8 miliar saham baru dan penerbitan waran Seri II.

Langkah ini dilakukan untuk ekspansi jaringan internet FTTH dan penguatan modal kerja.

Setelah rights issue, perusahaan juga menyiapkan penerbitan obligasi Rp1 triliun untuk mendanai ekspansi lanjutan. Saham sempat disuspensi, tetapi manajemen terlihat agresif untuk memperbesar bisnis.

Setelah itu, ada IRSX yang sudah mendapat restu right issue melalui RUPSLB yang digelar pada 25 September 2025. Hasilnya, mereka akan menerbitkan 12,3 miliar saham baru, plus ada waran seri II yang bisa dinanti sebagai pemanis dan bisa dikonversi sebagai saham biasa.

Namun, sampai saat ini belum ada tanggal resmi terkait pelaksanaan right issue tersebut, sehingga tanggal efektif dan cum-date HMETD masih menunggu pengumuman perusahaan.
Adapun, penggunaan dana akan difokuskan pada belanja modal dan modal kerja, termasuk ekspansi melalui entitas anak, untuk mengejar peluang di sektor teknologi yang kompetitif.

GMFI juga sudah mendapatkan persetujuan rights issue melalui RUPSLB pada 24 Oktober 2025 untuk menerbitkan lebih dari 124 miliar saham. Selain itu, GMFI menerima inbreng aset lahan strategis yang sangat besar nilainya dari Angkasa Pura, yang akan memperkuat ekuitas dan mendukung ekspansi fasilitas MRO. Aksi ini juga merupakan bagian dari upaya GMFI memperbaiki struktur keuangan pasca tekanan pandemi. Update right issue GMFI sudah keluar cum date-nya akan dilaksanakan pada 16 Desember 2025 mendatang.

Ada juga NINE yang saham-nya terbang gara-gara mau right issue dan isu backdoor listing. Sayangnya, saham-nya kini disuspensi karena rencana aksi korporasi masih jelas dan kabarnya masih dalam diskusi internal.

Namun, jika melihat rencana sebelumnya, NINE bersiap right issue tahap pertama untuk galang dana senilai Rp80 miliar, lalu akan right issue lagi untuk menggaet dana Rp3,24 triliun, setelah dikumpulkan NINE berencana untuk melunasi utang bridging loan dan mengakuisisi Poh Resources Pte. Ltd, anak usaha secara tidak langsung dari Grup Poh.

Terakhir, ada CSIS yang sebenarnya sudah menyiapkan jadwal rights issue dengan rencana mendapatkan tanggal efektif pada 17 November 2025, disusul cum date HMETD di pasar reguler dan negosiasi pada 25 November 2025. Sayangnya, proses tersebut tertunda karena kendala administrasi sehingga pelaksanaannya mundur dari rencana awal.

Kemungkinan, kalau bisa segera dapat tanggal efektif dari OJK tahun ini, proses right issue akan lanjut pada tahun depan.

Sebagai catatan, CSIS merencanakan right issue dengan menawarkan 522,8 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp380 per saham, sehingga dana yang ditargetkan terkumpul mencapai sekitar Rp198 miliar.

Rasio right issue juga tergolong moderat, yakni 10 saham lama untuk 4 saham baru, dan pemegang saham pengendali, PT Andalan Utama Bintara, telah menyatakan siap mengeksekusi seluruh haknya.

Selain itu, perseroan juga menambahkan insentif berupa Waran Seri I, di mana pemegang 1.000 saham baru berhak memperoleh 100 waran, yang nantinya dapat dikonversi menjadi saham biasa pada harga Rp512 mulai Mei 2026.

Secara umum, right issue memang bisa memberikan peluang, terutama jika dana yang dihimpun digunakan untuk memperkuat bisnis, restrukturisasi utang, atau ekspansi strategis.

Namun, kita juga patut memahami bahwa dengan valuasi yang sudah melonjak sangat tinggi, risiko koreksi setelah cum date atau setelah HMETD listing menjadi sangat besar. Jadi, meskipun prospek dan sentimen pasar terlihat menarik, investor tetap perlu mempertimbangkan timing masuk, memeriksa teknikal, serta membaca detail prospektus right issue masing-masing perusahaan.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)



Most Popular