Jakarta, CNBC Indonesia - Hujan deras di sebagian wilayah Sumatra memicu banjir hingga memakan korban jiwa. Banjir di Sumatra menambah deretan panjang bencana hidrometeorologi basah yang terjadi sepanjang tahun ini.
Musim hujan di Indonesia pada tahun ini mulai lebih awal. Pada September lalu, sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan telah masuk musim hujan.
Puncak musim hujan tahun ini diprediksi banyak terjadi pada bulan November hingga Desember 2025 untuk wilayah Indonesia bagian Barat.
Wilayah yang saat ini tengah diguyur hujan deras adalah Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Aceh. Intensitas hujan juga diprediksi meningkat di sejumlah wilayah seperti Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, hingga Jakarta. Hujan akan berlangsung hingga Senin (1/12/2025).
 Foto: Potret banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. (Tangkapan Layar Video Instagram/masinton)Potret banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. (Tangkapan Layar Video Instagram/masinton) |
Curah hujan yang tinggi dapat memicu terjadinya bencana banjir. Hal ini dipicu karena cuaca yang ekstrem dan aliran sungai yang tidak dapat menampung banyaknya debit air. Selain itu, kurangnya daerah resapan juga menjadi pemicu terjadinya banjir.
Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah kejadian banjir di Indonesia mencapai 1.481 dari awal tahun hingga hari ini, Sabtu (29/11/2025).
Jumlah ini sudah melewati kejadian banjir sepanjang 2024 lalu.
Beberapa provinsi di pulau Jawa menempati tiga peringkat teratas dalam daftar provinsi paling mengalami banjir di 2025 dengan frekuensi banjir lebih dari 100 kali.
Jawa Barat menjadi provinsi yang paling sering dilanda banjir, yakni sebanyak 168 kali. Salah satu bencana banjir di Jawa Barat melanda Depok pada Maret-April 2025.
Di bawah Jawa Barat ada Jawa Timur dengan jumlah kejadian sebanyak 154 kali, dan Jawa Tengah di posisi ketiga sebanyak 132 kali.
Banjir besar yang tengah terjadi dan memakan korban jiwa dalam jumlah besar adalah Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Aceh.
Kepala BNPB Suharyanto menyampaikan sebanyak 174 jiwa meninggal dunia, 79 hilang dan 12 luka-luka akibat bencana ini.