Newsletter

Too Much Risk! Awas, Guncangan Voting Shutdown-Ambruknya Harga Minyak

Emanuella Bungasmara Ega Tirta,  CNBC Indonesia
13 November 2025 06:20
Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Alex Brandon)
Foto: Trump menyambut Presiden Suriah al-Sharaa di Gedung Putih, AS, Senin (10/11/2025). (REUTERS)
  • Pasar keuangan Tanah Air ditutup beragam kemarin. Pasar saham menguat sementara rupiah melemah.
  • Wall Street bergerak beragam, Dow Jones pesta dan rekor
  • Voting shutdown, data inflasi AS dan harga minyak akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Tanah Air ditutup beragam kemarin. Pasar saham menguat sementara rupiah melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bangkit pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan kemarin Rabu (12/11/2025). Indeks ditutup naik 0,26% atau 22,06 poin ke level 8.388,57. Sebanyak 343 saham naik, 323 turun, dan 147 tidak bergerak.


Nilai transaksi mencapai Rp 22,3 triliun, melibatkan 51,3 miliar dalam 2,6 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun naik menjadi Rp 15.303 triliun.

Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 1,23 triliun. 



Mengutip Refinitiv, konsumer non-primer naik paling kencang, yakni 1,41%. Kemudian diikuti oleh teknologi (1,32%) dan properti (0,85%).

Saham yang menjadi penopang utama adalah emiten Prajogo Pangestu, yaitu Barito Pacific (BRPT) yang berkontribusi 15,61 indeks poin. BRPT pada perdagangan kemarin naik 7,08% ke level 3.780.

Beralih ke pasar valuta asing, nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan  Rabu (12/11/2025).

Melansir Refintiv, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup di zona merah dengan pelemahan sebesar 0,09% ke level Rp16.695/US$. Rupiah bergerak di rentang level Rp16.680 - Rp16.725/US$ pada perdagangan hari ini.



Pelemahan rupiah ini terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS (DXY). Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia tersebut pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat walau hanya tipis 0,06% di posisi 99.505.

Tekanan terhadap rupiah terjadi di tengah kehati-hatian pelaku pasar global menjelang pemungutan suara di DPR AS (House of Representatives) yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu (12/11/2025) sore waktu AS.

Voting tersebut akan menentukan apakah government shutdown terpanjang dalam sejarah AS yang telah berlangsung sejak 1 Oktober 2025 akhirnya berakhir atau justru berlanjut.

Ketidakpastian ini membuat investor cenderung menahan posisi di aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah, dan memperkuat permintaan terhadap dolar AS sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menegaskan akan terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) melandai tipis ke 6,15% pada perdagangan kemarin, dari 6,16% pada hari sebelumnya. Melandainya imbal hasil menandai harga SBN tengah naik karena diburu investor.

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street pesta pada perdagangan Rabu atau Kamis dini hari nanti. Wall Street optimistis menjelang kemungkinan berakhirnya shutdown pemerintahan AS yang memecahkan rekor terpanjang dalam sejarah.

Indeks Dow Jones Industrial Average mencatat penutupan rekor pertamanya di atas level 48.000 melanjutkan reli dari sesi sebelumnya.

Indeks Dow Jones yang berisi 30 saham unggulan naik 326,86 poin atau 0,68% menjadi 48.254,82, sekaligus mencetak rekor tertinggi intraday baru.

Sementara itu, S&P 500 nyaris tak bergerak dan ditutup naik tipis 0,06% ke 6.850,92, sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,26% menjadi 23.406,46.

Investor memantau perkembangan di Washington, karena pemerintah federal tampak siap dibuka kembali pada akhir pekan ini.

Senat AS pada Senin malam telah meloloskan rancangan undang-undang pendanaan (spending bill) yang kini diteruskan ke Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives) untuk pemungutan suara final.
Pemimpin Mayoritas DPR AS Steve Scalise (R-Louisiana) mengatakan kepada CNBC pada Rabu bahwa voting kemungkinan dilakukan sekitar pukul 7 malam waktu Washington D.C. (07.00 WIB Kamis pagi).

"Kita sedang berada dalam penutupan terpanjang sepanjang sejarah. Fokus saat ini adalah mengakhiri shutdown secepatnya. Setelah ketentuan pembukaan kembali ditetapkan, barulah mungkin kita perlu khawatir soal perpanjangan pendanaan hingga Januari," ujar Josh Chastant, manajer portofolio investasi publik di GuideStone Funds, kepada CNBC International.

Dia menambahkan bahwa pelaku pasar akan menyambut baik kembalinya rilis data ekonomi, mengingat ada tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.

Menurut Chastant, pasar kini memperlihatkan reaksi "terbelah" seiring investor bersiap menyambut berakhirnya shutdown yang telah memasuki hari ke-43. Optimisme terhadap pembukaan kembali pemerintahan terlihat dari penguatan saham-saham sektor keuangan.

Kinerja Dow Jones didukung oleh saham-saham perbankan besar seperti Goldman Sachs, JPMorgan Chase, dan American Express, yang semuanya mencetak rekor tertinggi baru. Saham Caterpillar, yang sensitif terhadap kondisi ekonomi riil, juga menguat.

Saham bank lainnya seperti Morgan Stanley, Wells Fargo, dan Bank of America turut mencetak level tertinggi baru. Indeks Financial Select SPDR Fund (XLF), yang melacak sektor keuangan di S&P 500, naik hampir 1%.

Di luar sektor keuangan, saham-saham terkait kecerdasan buatan (AI) kembali menunjukkan volatilitas tinggi bulan ini.

Investor masih berhati-hati karena valuasi sektor teknologi dinilai sudah sangat mahal setelah lonjakan besar baru-baru ini. Saham Advanced Micro Devices (AMD) melonjak 9%, namun Oracle dan Palantir Technologies justru melemah.

"Permintaan dan penerapan AI nyata adanya. Laporan laba perusahaan teknologi sejauh ini cukup kuat, jadi kami tidak melihat adanya gelembung, hanya saja valuasinya memang sudah tinggi," ujar Chastant kepada CNBC.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang diperkirakan menggerakkan saham, rupiah, hingga SBN. Dari luar negeri, sentimen terbesar akan datang dari voting shutdown dan inflasi AS.
Dari dalam negeri, sejumlah isu di DPR bisa menjadi sentimen pasar hari ini.

Voting Shutdown

DPR Amerika Serikat berencana memulai pemungutan suara pada Rabu untuk membahas rancangan undang-undang yang telah disetujui Senat guna membuka kembali pemerintahan federal, menurut pemberitahuan dari Majority Whip Tom Emmer.

Pemungutan suara tersebut dijadwalkan sekitar pukul 7 sore waktu Washington D.C. (ET) atau 07.00 Waktu Indonesia Barat (WB). Diperkirakan akan ada beberapa sesi voting pada hari yang sama.

Voting tersebut nantinya akan menentukan apakah penutupan terpanjang sejarah AS, yang telah berlangsung sejak 1 Oktober 2025 akhirnya berakhir atau justru masih akan berlanjut.

Penutupan pemerintahan AS ini yang telah berlangsung selama lebih dari 43 hari telah menimbulkan dampak yang luas khususnya bagi perekonomian AS. Mulai dari gaji pegawai pemerintahan yang belum terbayarkan, gangguan penerbangan, hingga tidak terbitnya data-data indikator ekonomi vital.


Seluruh mata penjuru dunia akan menanti hasil dari voting tersebut yang pada akhirnya akan ada dua skenario.

Skenario pertama adalah voting berhasil menyetujui pendanaan untuk pemerintahan bisa berjalan lagi setidaknya hingga 30 Januari 2026. Kemudian, ada skenario kedua yakni apabila voting untuk pendanaan ini masih gagal otomatis, pemerintahan AS ini akan kembali melanjutkan penutupannya hingga waktu yang tidak diketahui.

Penutupan pemerintahan AS selama lebih dari enam minggu membuat publikasi data ekonomi penting seperti inflasi, tenaga kerja, dan penjualan ritel terhenti total. Kondisi ini membuat The Federal Reserve (The Fed) kehilangan panduan utama untuk membaca kondisi ekonomi terkini menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 9-10 Desember 2025.

Ketua The Fed Jerome Powell bahkan mengibaratkan situasi ini seperti "driving in the fog," menandakan bahwa bank sentral harus berhati-hati dalam mengambil keputusan di tengah kabut ketidakpastian.

Shutdown juga memukul sektor layanan publik. Lebih dari 5.500 penerbangan telah dibatalkan karena kekurangan petugas pengatur lalu lintas udara yang disebabkan oleh gaji yang belum diterima.

Menurut Tourism Economics, penutupan selama enam minggu berpotensi mengurangi belanja perjalanan sebesar US$2,6 miliar, dengan dampak lanjutan terhadap hotel, restoran, dan transportasi darat.

Tekanan terhadap ekonomi riil makin terasa menjelang akhir shutdown. Sentimen konsumen AS anjlok ke titik terendah dalam 3,5 tahun pada awal November, mencerminkan penurunan keyakinan rumah tangga menjelang musim liburan. Para ekonom turut memperingatkan, semakin lama shutdown berlangsung, semakin besar risiko pelemahan konsumsi dan PDB kuartal IV-2025.

Program bantuan sosial seperti Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP) yangn mana memberikan bantuan pangan bagi keluarga berpendapatan rendah di seluruh AS dan program sosial Women Infant and Children (WIC) yang menyediakan bantuan nutrisi khusus bagi ibu hamil, hingg anak-anak di bawah usia lima tahun juga terdampak.

 

DPR dan Pemerintah Bahas Ulang 29 Isu Krusial dalam RKUHAP

 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah kembali membedah 29 isu penting dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP). Langkah ini dilakukan untuk menyesuaikan draf aturan dengan berbagai masukan masyarakat yang dinilai perlu diakomodasi dalam sistem hukum pidana Indonesia.

Pembahasan RKUHAP berlangsung dalam rapat Panitia Kerja (Panja) Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/11/2025). Rapat tersebut dipimpin oleh Ketua Komisi III DPR Habiburokhman dan dihadiri oleh Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej bersama jajaran pemerintah.

Agenda pembahasan akan berlanjut pada Kamis (13/11/2025) dengan fokus pada sejumlah materi yang masih terbuka, seperti ketentuan penyitaan, mekanisme bantuan hukum, serta ganti kerugian bagi pihak yang dirugikan dalam proses hukum. Pemerintah menilai beberapa aspek tersebut perlu dijabarkan lebih rinci agar memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diterapkan secara konsisten.

 

Secara keseluruhan, DPR dan pemerintah telah menghimpun lebih dari 40 masukan publik yang kemudian dikelompokkan dalam beberapa klaster.

Isu yang paling banyak disorot mencakup perlindungan terhadap penyandang disabilitas dan kelompok rentan, termasuk anak, perempuan, dan ibu hamil. Dalam draf yang dibahas, posisi dan hak kelompok tersebut akan dijamin setara, baik dalam proses pemeriksaan maupun pembuktian di pengadilan.

Panja juga menyepakati pentingnya keterbukaan dalam proses penyidikan. Seluruh tahapan pemeriksaan nantinya wajib terekam melalui kamera pengawas, sementara tersangka berhak didampingi advokat sejak awal pemeriksaan. Pendekatan ini diharapkan meningkatkan transparansi dan mencegah potensi pelanggaran hukum dalam proses penyelidikan.

Selain itu, mekanisme keadilan restoratif (restorative justice) menjadi salah satu fokus utama. Prinsip ini diusulkan untuk diterapkan di setiap tahap proses hukum guna menyeimbangkan kepentingan hukum dengan pemulihan hubungan sosial antara pelaku dan korban. Pemerintah dan DPR masih menyempurnakan rumusan final agar implementasinya memiliki dasar hukum yang kuat.

Dalam pembahasan lain, DPR dan pemerintah juga telah menyepakati posisi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai penyidik utama.

Ketentuan ini mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XXI/2023, yang menegaskan bahwa Polri memegang fungsi koordinasi dan pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Meski sejumlah isu telah disepakati, pembahasan mengenai pelaksanaan penyitaan masih berlanjut dan dijadwalkan dibahas kembali dalam rapat berikutnya. DPR memastikan bahwa seluruh klaster masalah akan dibahas secara menyeluruh sebelum RKUHAP dibawa ke tahap pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil kajian sementara, terdapat 29 klaster utama yang menjadi fokus pembahasan, mulai dari perlindungan kelompok rentan, hak bantuan hukum, mekanisme penyitaan, pemblokiran aset, hingga pelaksanaan keadilan restoratif.

DPR menilai seluruh isu ini perlu difinalisasi dengan melibatkan pandangan masyarakat agar RKUHAP yang baru benar-benar mencerminkan prinsip keadilan dan transparansi dalam hukum acara pidana Indonesia.

Inflasi AS

Pada Kamis malam waktu Indonesia, seluruh pasar keuangan global akan menahan napas menanti angka Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) untuk Oktober. Angka ini akan menjadi kunci arah kebijakan The Federal Reserve (The Fed), pergerakan Dolar AS, Rupiah, IHSG, SBN, hingga harga emas dan Bitcoin.

Pada September lalu, inflasi AS mendingin lebih cepat dari ekspektasi. Inflasi inti (Core CPI) melandai ke 3,0% (yoy), dan inflasi utama (Headline CPI) juga di 3,0%. Untuk Oktober, konsensus pasar memperkirakan inflasi tetap stabil di 3,0% untuk kedua indikator tersebut.

Pasar kini menanti dua kemungkinan besar yang akan menentukan arah pergerakan aset global

Jika CPI Oktober berada di 3,0% atau bahkan turun ke 2,9%, terutama pada inflasi inti, pasar akan merespons dengan euforia.

Ini menegaskan bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed telah selesai. Jerome Powell akan mendapat "lampu hijau" untuk mulai bersikap dovish.

Dampaknya: indeks Dolar AS (DXY) kemungkinan melemah tajam, imbal hasil (yield) US Treasury turun, dan selera risiko (risk-on sentiment) meningkat. Aset berisiko seperti saham (termasuk IHSG), mata uang emerging market seperti Rupiah, serta komoditas seperti emas berpotensi menguat signifikan.

Sebaliknya, jika inflasi justru naik misalnya core CPI menanjak ke 3,1% atau 3,2% yoy - pasar akan langsung panik.

Narasi pivot The Fed akan runtuh. Ekspektasi akan beralih ke potensi kenaikan suku bunga tambahan pada Desember. Imbasnya: Dolar AS menguat tajam, yield Treasury naik, dan Rupiah berpotensi kembali tertekan ke kisaran Rp16.500-17.000 per dolar AS. IHSG dan pasar obligasi pemerintah (SBN) bisa terpuruk.



SRBI Terus Dikurangi

Bank Indonesia (BI) terus menurunkan volume penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas di sistem perekonomian Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penurunan volume penerbitan SRBI itu telah turun dari awal 2025 mencapai kisaran Rp 916,9 triliun, menjadi tersisa Rp 705,8 triliun saat ini.

"Sehingga kami telah memberikan ekspansi likuiditas dari sisi moneter dengan penurunan SRBI sebesar Rp211,2 triliun," ucap Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (12/11/2025).

Meski penerbitan SRBI terus dikurangi untuk menjaga likuditas sistem perekonomian domestik, BI tetap memastikan instrumen kebijakan moneter itu ke depannya akan terus dipertahankan.

"SRBI ini adalah instrumen moneter yang tentunya masih akan terus diperlukan. Operasi moneter itu kan menarik likuiditas dari sistem apabila diperlukan, dan melakukan tambahan likuiditas ke sistem apabila kebijakan kita ekspansif," ucap Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya saat di Bukittinggi pada akhir Oktober 2025.

Namun, saat ini, posisi instrumen moneter SRBI terus diturunkan BI untuk mengimbangi aksi ekspansi likuiditas yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Harga Minyak Ambruk 

Harga minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) berjangka turun lebih dari 4% ke sekitar US$58,49 per barel pada Rabu, menyentuh level terendah dalam tiga minggu setelah sebelumnya mencatat kenaikan tiga sesi berturut-turut. Penurunan tajam ini terjadi setelah OPEC merevisi proyeksi pasokan globalnya dan kini memperkirakan akan terjadi surplus pasokan pada kuartal III.

Sepanjang tahun ini, harga minyak sudah jeblok 18%.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kini memperkirakan pasokan global melebihi permintaan sekitar 500.000 barel per hari, berbalik arah dari perkiraan sebelumnya yang menunjukkan defisit pasokan. Revisi ini mencerminkan produksi AS yang lebih kuat dari perkiraan serta kenaikan output di negara-negara OPEC sendiri.

Badan Informasi Energi AS (U.S. Energy Information Administration - EIA) dijadwalkan merilis laporan bulanan pada Rabu malam waktu setempat, disusul oleh laporan prospek energi dari Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis. IEA baru-baru ini melunakkan pandangannya terhadap puncak permintaan minyak, dan kini memperkirakan bahwa konsumsi global bisa terus meningkat hingga tahun 2050.

Harga minyak dunia memang melemah sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan, seiring OPEC mulai memulihkan kapasitas produksinya dan produsen non-anggota meningkatkan aktivitas pengeboran.

Namun demikian, sanksi AS terhadap perusahaan minyak besar Rusia yang terlibat dalam konflik Ukraina mulai menunjukkan dampak nyata. Salah satunya, Lukoil dilaporkan menyatakan force majeure (keadaan kahar) pada salah satu ladang minyaknya di Irak.

Di satu sisi, ambruknya harga minyak bisa menjadi kabar baik karena bisa menekan impor BBM. Namun, jatuhnya harga minyak juga akan berdampak besar terhadap sejumlah emiten minyak di Tanah Air seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa Tbk (ELSA), hingga PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).

 

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • US Inflation Rate / Inflasi AS YoY
  • Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian dan asosiasi-asosiasi di ruang rapat Komisi VII DPR, Senayan, Kota Jakarta Pusat

  • Rapat Dengar Pendapat Komisi V DPR dengan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman di ruang rapat Komisi V DPR, Senayan, Kota Jakarta Pusat

  • Rapat Kerja Komisi IX DPR dengan antara lain Menteri Kesehatan dan Direktur Utama BPJS Kesehatan di ruang rapat Komisi IX DPR, Senayan, Kota Jakarta Pusat

  • Pemaparan laporan e-Conomy SEA 2025 yang akan digelar di kantor Google Indonesia, Gedung Pacific Century Place Lantai 43, Kota Jakarta Selatan.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Tanggal ex Dividen Saham Asuransi Ramayana Tbk

    RUPS PT Nanotech Indonesia Global Tbk

    RUPS PT Lovina Beach Brewery Tbk.

    Tanggal DPS Dividen Tunai Interim PT Avia Avian Tbk

    Tanggal ex Dividen Tunai Interim Baramulti Suksessarana Tbk

    Tanggal ex Dividen Tunai Interim Indo Tambangraya Megah Tbk

    Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Tera Data Indonusa Tbk

    Tanggal cum Dividen Tunai Interim Adi Sarana Armada Tbk

    Tanggal ex Dividen Saham Asuransi Ramayana Tbk

    Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Prima Globalindo Logistik Tbk.

    Tanggal ex Dividen Saham Asuransi Ramayana Tbk

    Tanggal akhir perdagangan hmetd PT PT Bukit Uluwatu Villa Tbk

    Tanggal akhir perdagangan hmetd PT PT Bukit Uluwatu Villa Tbk

    Tanggal cum Dividen Tunai PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk.



Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:




CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(emb/emb) Next Article Kabar Baik dari Trump & Pemerintah, Bisakah Jadi Booster IHSG-Rupiah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular