Asing Kabur Lagi dari RI: Cuma Doyan Beli Saham

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
10 November 2025 10:47
Inflasi 2024 cetak rekor Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia
Foto: Infografis/Inflasi 2024 cetak rekor Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal asing kembali keluar dari pasar keuangan Tanah Air pada pekan pertama November 2025. Setelah sempat mencatatkan pembelian bersih (net buy) di akhir Oktober.

Berdasarkan data transaksi Bank Indonesia (BI) periode 3-6 November 2025, investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp4,58 triliun. Berbalik arah dari periode pekan sebelumnya yang masih mencatatkan inflow sebesar Rp1,0 triliun.

Tekanan terbesar berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai jual bersih Rp4,42 triliun, diikuti oleh Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp2,69 triliun. Adapun pasar saham masih menjadi satu-satunya penopang dengan net buy asing mencapai Rp2,54 triliun.

Selama 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 6 November 2025, investor asing masih mencatatkan posisi jual bersih di seluruh pasar keuangan Tanah Air.

Total penjualan asing di pasar saham mencapai Rp39,13 triliun, diikuti dengan Rp0,91 triliun di pasar SBN, serta Rp137,71 triliun di instrumen SRBI. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat arus masuk sesaat pada akhir Oktober, tren aliran modal asing secara kumulatif sepanjang tahun masih berada di zona negatif.

Seiring dengan tekanan di pasar keuangan, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik ke level 75,49 basis poin (bps) per 6 November 2025, dari 73,03 bps pada 31 Oktober 2025.

Kenaikan CDS ini mencerminkan meningkatnya persepsi risiko terhadap surat utang Indonesia di mata investor global, sejalan dengan penguatan kembali dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury).

CDS sendiri merupakan instrumen derivatif yang mencerminkan biaya perlindungan terhadap risiko gagal bayar suatu negara. Semakin tinggi nilai CDS, semakin besar pula premi risiko yang harus dibayar oleh investor.

Artinya, peningkatan CDS menandakan investor menilai risiko investasi di Indonesia sedikit meningkat, meski masih dalam level yang relatif aman.

Kembalinya arus keluar dana asing pada awal November tidak lepas dari penguatan dolar AS setelah rilis data tenaga kerja yang tetap solid, serta spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) belum akan memangkas suku bunganya kembali di pertemuan Desember mendatang.

Imbal hasil US Treasury yang kembali naik turut mendorong investor global melakukan rotasi portofolio dari aset berisiko ke aset aman (safe haven).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation