Harga Emas Macet: Hidup Segan Mati Tak Mau, Investor Mulai Frustrasi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas kini cenderung stabil dan tengah berada dalam fase sideaway. Harga emas bahkan nyaris tak bergerak pada perdagangan kemarin.
Pada perdagangan Senin (3/10/2025), harga emas dunia melemah tipis 0,01% di level US$4.001,42 per troy ons. Kini harga emas tengah berkonsolidasi usai penurunan tajam dari rekor tertingginya yang telah dicapai pada 20 Oktober 2025 di level tertinggi US$4.381,21 per troy ons.
Pada perdagangan hari ini Selasa (4/11/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,25% di posisi US$3.991,47 per troy ons.
.
Harga emas stabil pada perdagangan Senin, berada di kisaran US$4.000 per troy ons, karena investor menunggu data penggajian swasta AS yang akan dirilis minggu ini untuk menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve AS berikutnya tahun ini.
"Emas sedang dalam proses membentuk rentang perdagangan, mungkin di kisaran 3000-an hingga pertengahan 4000-an, ini adalah semacam konsolidasi yang diharapkan setelah pergerakan yang begitu besar," ujar analis Marex, Edward Meir.
Logam mulia, yang telah menguat 53% tahun ini, telah turun lebih dari 8% dari rekor tertinggi yang dicapai pada 20 Oktober.
Investor sedang menunggu rilis data ketenagakerjaan ADP AS yang akan dirilis pada hari Rabu dan PMI ISM minggu ini, untuk mendapatkan petunjuk tentang arah kebijakan The Fed. Penutupan pemerintah AS telah menghentikan rilis data ekonomi utama, termasuk dari Biro Statistik Tenaga Kerja.
Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu memangkas suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini, tetapi Ketua Jerome Powell mengatakan pemangkasan suku bunga lagi tahun ini bukanlah sesuatu yang pasti.
Saat ini para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 65,3% pada bulan Desember, turun dari perkiraan yang hampir pasti minggu lalu sebelum pertemuan The Fed.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil (non-yield) tumbuh subur ketika suku bunga rendah dan di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Jeda harga emas masih terlihat seperti jeda, bukan penurunan. Pelemahan musiman, kebisingan kebijakan China sementara, dan penguatan dolar menjelaskan kemunduran jangka pendek, tetapi tidak mengubah narasi jangka panjang," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dalam sebuah catatan.
Sementara itu, China mengakhiri kebijakan pembebasan pajak yang telah lama berlaku untuk beberapa pengecer emas pada hari Sabtu, yang berpotensi menghambat aksi beli logam mulia di pasar konsumen terbesar di dunia.
Di sisi lain, harga perak justru cenderung melemah.
Harga perak (XAG) di pasar spot pada penutupan perdagangan Senin (3/10/2025), terdepresiasi 1,12% di level US$48,11 per troy ons. Penurunan ini menjadi pelemahan harga perak selama dua hari beruntun, usai penguatan yang terjadi tiga hari beruntun pada perdagangan sebelumnya.
Dan pada perdagangan hari ini Selasa (4/11/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga perak di pasar spot melemah 0,45% di level US$47,85 per troy ons.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw) Next Article Harga Emas Melesat Lagi, Seberapa Cepat Bisa Tembus US$4.000?