Harga Emas Kian Ambles, Tapi Tunggu Dulu... Ada Sinyal Kebangkitan
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali merosot tajam setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) mengatakan belum ada ketidakpastian pemangkasan suku bunga di Desember.
Pada perdagangan Rabu (29/10/2025), harga emas dunia anjlok 0,56% ke US$ 3929,36 per troy ons. Penurunan ini memperpanjang kejatuhan harga emas selama empat hari beruntun dengan melemah 4,74%.
Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 3 Oktober 2025.
Namun, emas mulai bangkit hari ini. Pada perdagangan hari ini Kamis (30/10/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga emas dunia di pasar spot melonjak 0,47% di posisi US$3945,99 per troy ons.
Ketua Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers, mengatakan The Fed belum bersuara bulat mengenai pemangkasan di pertemuan berikutnya yakni pada 9-10 Desember2025.
Ada pandangan yang sangat berbeda di antara para pembuat kebijakan mengenai langkah selanjutnya. Pemotongan suku bunga lebih lanjut pun "tidak bisa dianggap pasti."
Powell mengatakan ada keinginan semakin kuat di kalangan pembuat kebijakan bahwa mungkin sudah saatnya pemangkasan berhenti sejenak dan mengevaluasi dampak dua pemotongan Fed tahun ini sebelum mengambil langkah berikutnya.
"Saat ini kita telah memotong dua kali ... kita 150 basis poin lebih dekat ke netral dibanding setahun lalu. Ada semakin banyak suara yang merasa mungkin ini saatnya untuk setidaknya menunggu satu siklus," kata Powell di konferensi pers, dikutip dari CNBC International.
Dia menambahkan dalam diskusi FOMC pada rapat bulan ini terdapat perbedaan pandangan yang sangat kuat mengenai bagaimana melanjutkan di Desember.
"Pemotongan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Desember tidak bisa dianggap pasti. Jauh dari itu." Imbuhnya.
Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, mengatakan pernyataan Powell mengecewakan pelaku pasar emas.
"Emas bereaksi secara logis terhadap upaya Powell untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada Desember. Kita sudah melihat Fed funds futures memangkas ekspektasi, yang akan berdampak positif terhadap dolar dan negatif terhadap emas," ujar Peter Grant, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) melanjutkan penguatan, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Indeks dolar AS terbang ke 99,2 pada perdagangan kemarin atau rekor tertinggi sejak 14 Oktober 2025. Dolar kembali diburu setelah Ketua The Fed Jerome Powell mulai ragu jika The Fed akan memangkas suku bunga di Desember.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury juga melesat ke 4,06% pada perdagangan kemarin, atau tertinggi sejak 9 Oktober 2025.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah dan selama masa ketidakpastian ekonomi.
"Fakta bahwa penurunan suku bunga pada Desember sekarang dipertanyakan akan melemahkan pemulihan logam mulia," ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
Di sisi perdagangan, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Korea Selatan dan menyatakan optimisme tentang gencatan senjata serupa dengan Xi Jinping dari Tiongkok, menjelang perundingan yang dijadwalkan pada hari Kamis.
Emas telah menguat 51% sejak awal tahun, dan mencapai rekor tertinggi US$4.381,21 per troy ons pada 20 Oktober, tetapi telah turun lebih dari 3% sejauh minggu ini, sebagian karena meredanya ketegangan perdagangan.
(saw/saw)