59 Negara Terlibat Konflik di 2025, Terbanyak Sejak Perang Dunia II

mae, CNBC Indonesia
28 October 2025 12:30
People pray in front of the cenotaph for the victims of the 1945 atomic bombing, at the Peace Memorial Park in Hiroshima on the 80th Atomic Bombing Day anniversary in Hiroshima, western Japan, August 6, 2025. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan Institute for Economics and Peace (IEP) tentang Global Peace Index menunjukkan kondisi perdamaian di seluruh dunia.

Indeks Perdamaian Global atau Global Peace Index 2025 menunjukkan bahwa tingkat perdamaian global terus mengalami penurunan akibat eskalasi konflik di berbagai penjuru dunia. Nilai rata-rata Indeks Perdamaian Global menurun hingga 5,4% sejak 2008. Ini menjadi indikasi semakin memburuknya stabilitas dan perdamaian dunia dalam 17 tahun terakhir.

Indeks Perdamaian Global sendiri terdiri dari 23 indikator yang mengukur ketiadaan kekerasan di suatu wilayah. Beberapa indikator diantaranya adalah kematian akibat konflik internal dan eksternal, kejahatan kekerasan, dampak terorisme, demonstrasi yang penuh kekerasan, hingga anggaran belanja untuk militer.

Saat ini, IEP mencatat sebanyak 59 negara terlibat konflik. Jumlah ini adalah yang terbanyak sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sebanyak 78 negara bahkan terlibat konflik di luar perbatasan mereka, membuat konflik menjadi semakin sulit diatasi. Hal ini membuat tingkat penyelesaian konflik mencapai titik terendah dalam 50 tahun terakhir.

Meningkatnya tensi geopolitik juga mendorong berbagai negara untuk memperkuat militernya. Tren militerisasi telah meningkat di 106 negara, setelah sebelumnya tren ini sempat mengalami penurunan selama 2 dekade terakhir. Kondisi ini dicerminkan dari meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan militer di berbagai negara.

Kawasan mana yang paling rawan konflik?

Data IEP mencatat Rusia dan Ukraina sebagai negara dengan indeks perdamaian terendah, akibat konflik berkelanjutan yang melibatkan keduanya.

Kawasan lain dengan indeks perdamaian rendah adalah Timur Tengah. Konflik berkelanjutan yang berlangsung di Palestina, Suriah, Sudan, serta peningkatan kerusuhan di tingkat regional telah memicu merosotnya skor indeks perdamaian di wilayah ini.

Penurunan indeks perdamaian ini diiringi dengan meningkatnya angka kematian akibat konflik internal maupun eksternal. Kemerosotan indeks perdamaian paling signifikan diakibatkan oleh terjadinya genosida di Gaza, yang menewaskan lebih dari 68 ribu jiwa.

Kematian bukan hanya disebabkan oleh serangan militer, tetapi juga kelaparan akibat blokade yang dilakukan Israel. Pada awal Maret 2025, semua bantuan kemanusiaan diblokir untuk memasuki Gaza, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan. Gencatan senjata yang baru saja disepakati bahkan tidak menghentikan Israel untuk melakukan serangan ke Gaza.

Masih di Timur Tengah, Suriah mencatatkan kemerosotan indeks perdamaian paling besar. Transisi pemerintahan setelah digulingkannya rezim Bashar al-Assad semakin meningkatkan ketegangan politik di negara tersebut.

Sementara itu, perang sipil antara Sudanese Armed Forces (SAF) dan organisasi paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah memicu kekerasan yang semakin meluas di Sudan. Akibatnya, indeks perdamaian Sudan merosot 0,54% dari tahun sebelumnya.

Gejolak konflik juga melanda kawasan Afrika tengah, menjadikannya sebagai kawasan dengan indeks perdamaian rendah.

Salah satu tren paling mencolok di Afrika adalah gelombang kudeta militer dalam lima tahun terakhir di sejumlah negara seperti Mali, Guinea, Burkina Faso, Niger, dan Gabon. Gelombang konflik di Afrika tidak hanya berdampak pada merosotnya indeks perdamaian, tapi juga menghambat pembangunan ekonomi yang semakin menyengsarakan rakyatnya.

 

Di kawasan Asia, Myanmar menjadi negara yang paling "tidak aman" dan mencatat kemerosotan indeks perdamaian terburuk pada tahun 2025.

Kondisi ini terus memburuk seiring berkuasanya junta militer di pemerintahan. Kekerasan terus meluas akibat kerusuhan sipil dan konflik bersenjata. Kudeta yang terjadi di negara tersebut sejak 2021 bahkan telah menewaskan lebih dari 5 ribu warga sipil.

Indeks perdamaian rendah juga tercatat di sejumlah negara barat seperti Amerika Serikat. Meskipun wilayahnya tidak dilanda konflik secara langsung, peran negara ini sebagai aktor utama di balik meletusnya berbagai konflik di belahan bumi lain menjadi pemicu merosotnya skor indeks perdamaian. Selain keterlibatan dalam konflik eksternal, meningkatnya anggaran belanja militer juga berkontribusi dalam penurunan indeks perdamaian di negara tersebut.

Lalu, dimana kawasan yang paling damai?

Berdasarkan laporan IEP, kawasan paling damai di dunia saat ini adalah Eropa Barat dan Tengah. Secara keseluruhan, hanya ada 12 negara yang masuk dalam kategori tingkat perdamaian "sangat tinggi", dan sembilan di antaranya berada di Eropa Barat dan Tengah. Stabilitas perdamaian di wilayah ini berkorelasi kuat dengan pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Namun, laporan IEP juga menegaskan bahwa indeks perdamaian di Eropa juga terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak negara di Eropa telah meningkatkan anggaran belanja militer mereka akibat potensi meluasnya konflik antara Rusia dan Ukraina. Pengeluaran besar di bidang militer ini menggeser anggaran di sektor produktif lainnya seperti pendidikan, kesehatan, pengembangan bisnis. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan menurun dan ketegangan sosial meningkat.

Bergeser ke kawasan Asia-Pasifik, New Zealand menjadi negara paling damai di kawasan ini. Indeks perdamaian New Zealand bahkan mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya, yakni sekitar 3,1%. Selain itu, Australia dan Jepang juga termasuk dalam kategori tingkat perdamaian "sangat tinggi".

Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara, predikat negara paling damai disandang oleh Singapura. Negara-negara lain di Asia Tenggara juga relatif berada dalam kategori tingkat perdamaian "tinggi" dan "sedang", kecuali Myanmar.



(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation