Harga Emas Makin Babak Belur, Terancam Jatuh ke Level US$ 3.900
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kembali merana, bahkan sudah meninggalkan level psikologis US$4.100 per troy ons. Harga emas melanjutkan penurunan usai investor membukukan keuntungan menjelang data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan pada akhir pekan.
Pada perdagangan Rabu (22/10/2025), harga emas dunia turun 0,73% di level US$4.093,77 per troy ons. Penurunan tersebut memperpanjang tren pelemahan emas selama dua hari beruntun dengan ambruk hampir 6%. Pelemahan juga memaksa emas meninggalkan level psikologis US$4.100 per troy ons
Pada perdagangan hari ini Kamis (23/10/2025) hingga pukul 06.21 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,12% di posisi US$4.088,95 per troy ons.
Jika harga emas semakin turun maka tidak menutup kemungkinan harga emas akan kembali ke level US$ 3.900.
Harga emas jatuh pada perdagangan Rabu ke level terendah hampir dua minggu, menyusul penurunan satu hari tertajam dalam lima tahun pada sesi sebelumnya. Penurunan terjadi karena investor membukukan keuntungan menjelang data inflasi utama AS yang akan dirilis minggu ini.
Harga emas telah mencapai beberapa rekor tertinggi dan naik 57% tahun ini, didorong oleh ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi, ekspektasi penurunan suku bunga AS, dan arus masuk yang kuat ke ETF. Harga emas turun 5,3% pada perdagangan Selasa, setelah mencapai rekor tertinggi US$4.381,21 pada sesi sebelumnya.
"Mengingat pergerakan agresif ke arah atas selama beberapa minggu terakhir, tidak sepenuhnya mengejutkan bagi kami untuk melihat sedikit aksi ambil untung menjelang laporan inflasi pada hari Jumat," ujar David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Dari sisi teknis, emas didukung oleh rata-rata pergerakan 21 hari di US$4.005 per troy ons.
Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada hari Jumat, yang tertunda karena penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung, diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi inti bertahan di 3,1% pada bulan September.
Investor hampir sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Federal Reserve AS minggu depan.
Emas, aset yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah.
Sementara itu, Rusia mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka masih mempersiapkan potensi pertemuan puncak antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump.
Investor juga menunggu kejelasan mengenai potensi pertemuan minggu depan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping.
"Kami mempertahankan prospek bullish untuk emas dan perak hingga tahun 2026, dan setelah koreksi dan konsolidasi yang sangat dibutuhkan, para pelaku pasar kemungkinan akan berpikir sejenak sebelum menyimpulkan bahwa perkembangan yang mendorong reli bersejarah tahun ini belum berakhir," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dalam sebuah catatan.
(saw/saw)