
Ini 5 Racun Mematikan yang Tanpa Sadar Kita Hirup Setiap Hari

Jakarta, CNBC Indonesia- Udara bersih kini menjadi kemewahan yang sulit dijangkau di banyak wilayah dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), sembilan dari sepuluh orang di planet ini menghirup udara yang kadar polutannya melebihi ambang batas aman.
Akibatnya, sekitar 7 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan polusi udara angka ini lebih tinggi dari total korban kecelakaan lalu lintas maupun pandemi Covid 19 beberapa tahun lalu.
Polusi udara juga berkelindan dengan krisis iklim.
Sebab, banyak polutan yang bersifat short-lived climate pollutants (SLCP) seperti metana, karbon hitam, dan ozon permukaan mempunyai efek pemanasan global yang sangat kuat dalam jangka pendek.
Penurunan emisi jenis ini bahkan bisa memangkas laju pemanasan global hingga setengahnya.
Valentin Foltescu, pejabat senior di United Nations Environment Programme (UNEP), menegaskan bahwa perbaikan kualitas udara membawa dampak ganda memperpanjang umur manusia sekaligus menekan ketimpangan global.
Negara berkembang yang saat ini paling terpapar justru memiliki potensi keuntungan terbesar bila berhasil mengendalikan polusi udara.
1. PM2.5, Pembunuh Halus dalam Udara
PM2.5 adalah partikel halus berukuran 2,5 mikron atau lebih kecil terlalu kecil untuk dilihat mata, namun cukup berbahaya untuk menembus paru-paru hingga aliran darah.
Sumbernya berasal dari pembakaran bahan bakar kotor untuk memasak, industri, kendaraan bermotor, hingga debu yang tertiup angin. PM2.5 terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan kematian dini.
2. Ozon Permukaan, Racun dari Sinar Matahari
Ozon permukaan (tropospheric ozone) terbentuk ketika emisi dari kendaraan, industri, dan pembakaran sampah bereaksi dengan sinar matahari.
Meskipun hidup hanya beberapa minggu, zat ini merupakan gas rumah kaca kuat yang menyebabkan sesak napas, memperparah asma, dan menurunkan produktivitas tanaman. Setiap tahun, paparan ozon diperkirakan menewaskan 472 ribu orang di seluruh dunia.
Ozon memicu asma, memperburuk bronkitis & emfisema, merusak jaringan paru, menurunkan produktivitas tanaman, menyebabkan ±472.000 kematian dini per tahun.
3. Nitrogen Dioksida, Polutan dari Mesin dan Pabrik
Nitrogen dioksida (NO₂) dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan dan kegiatan industri. Gas ini menurunkan jarak pandang di atmosfer dan memperparah penyakit pernapasan serta jantung.
Lebih buruk lagi, NO₂ juga menjadi prekursor utama pembentukan ozon permukaan, menjadikannya ancaman ganda bagi manusia dan ekosistem.
Nitrogen merusak jantung & paru, menurunkan kualitas udara, dan menjadi prekursor penting pembentuk ozon permukaan
4. Karbon Hitam, Abu dari Api dan Mesin
Karbon hitam, atau black carbon, merupakan komponen dari PM2.5 yang banyak dihasilkan dari pembakaran terbuka, kendaraan diesel, dan tungku biomassa.
Polutan ini menyebabkan kematian dini dan risiko demensia, juga berperan besar dalam pemanasan global. Menurut UNEP, Asia, Afrika, dan Amerika Latin menyumbang sekitar 88% emisi karbon hitam dunia akibat lemahnya regulasi kualitas udara.
5. Metana, Gas dari Peternakan dan Limbah
Metana adalah polutan utama yang berasal dari sektor pertanian, terutama peternakan, serta dari limbah dan produksi minyak-gas.
Meski berumur pendek di atmosfer, metana bertanggung jawab atas sekitar seperempat dari pemanasan global saat ini.
Lebih dari separuh emisi metana bersumber dari aktivitas manusia, sehingga pengurangannya menjadi strategi efektif untuk memperlambat perubahan iklim.
Metana menyebabkan gangguan pernapasan kronis, kematian dini, dan menyumbang ≥25% pemanasan global saat ini; pengurangan emisi metana manusia adalah cara paling efektif
Polusi udara adalah ancaman sistemik yang menekan produktivitas manusia dan daya dukung bumi.
Kuncinya kini ada pada kebijakan lintas sektor mengatur emisi industri, meningkatkan efisiensi energi, serta memperluas akses bahan bakar bersih di negara berkembang.
Dalam konteks Indonesia, upaya seperti pengurangan pembakaran terbuka, transisi ke energi bersih, serta pengendalian emisi transportasi perkotaan menjadi bagian penting dari agenda pembangunan berkelanjutan.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)