Deretan Kelapa Premium RI: Pohon "Emas" Bisa Jadi Mesin Uang

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
13 October 2025 18:40
Kelapa Wulung. (Istimewa)
Foto: Kelapa Wulung. (Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia tumbuh dari pohon kelapa ,sebagai penghasil minyak atau sabut, juga sebagai gudang varietas lokal yang kadang tampak seperti sulap botani, Terdapat juga yang berdaging kopyor, ada yang berwarna merah di bagian mayangnya, ada pula yang kulit dan dagingnya menyimpan warna serta mitos tersendiri.

Kelapa standar yang biasa kita temui di pasar dan pekarangan umumnya merujuk pada Kelapa Dalam (pohon tinggi) atau pada kategori luas Cocos nucifera L. sebagai spesies.

Ciri klasik "kelapa dalam" pohon tinggi (sering 15-20 m), masa berbuah relatif lambat (umumnya 6-8 tahun), serta dipakai sebagai sumber kopra, minyak, dan batok , ini yang kerap dianggap sebagai acuan "kelapa biasa".

Di ujung lain spektrum ada kelompok Kelapa Genjah , varietas dwarf yang banyak dilepas dan dikembangkan untuk mempercepat produksi, panen lebih muda (3-4 tahun untuk beberapa klon) dan cocok ditanam di pekarangan maupun kawasan pesisir. Direktorat Jenderal Perkebunan mencatat beberapa varietas genjah yang telah dilepas dan direkomendasikan untuk pengembangan lokal.

Kelapa GenjahFoto: Kementerian Pertanian
Kelapa Genjah

 

Salah satu superstar varietas kopyor terbaru adalah Kelapa Kopyor Cungap Merah (KCM) dari Purbalingga.

Setelah proses penelitian panjang, KCM ditetapkan sebagai varietas unggul, ciri khasnya kecambah merah, ujung akar merah, bunga betina berwarna merah keunguan, dan pada bagian cungap (mayang) tampak keunguan/merah saat buah muda dikuliti.

Potensi produksinya juga menonjol (laporan lapangan menyebut potensi ~170 buah/pohon/tahun) serta kandungan asam laurat pada daging/air kopyornya dilaporkan jauh lebih tinggi dibanding kelapa normal, menjadikannya menarik untuk produk premium dan pengolahan.

KopyorFoto: Kementerian Pertanian
Kopyor

 

Kelapa Wulung sering kali disebut juga kelapa merah dalam penuturan lokal tampil sebagai varietas pendek dengan kulit agak kemerahan dan daging/air yang menurut literatur tradisional memiliki citarasa dan nilai terapeutik tersendiri .

Kandungan nutrisi yang mendukung klaim manfaat kesehatan (antioksidan, elektrolit) sehingga jenis ini mulai mendapat perhatian untuk konsumsi segar dan pemanfaatan tradisional.

Beberapa rujukan menggolongkan wulung ke kelompok Cocos nucifera var. rubescens (varietas berwarna kemerahan), meski tetap sebagai kultivar lokal, bukan spesies berbeda.


Perbedaan teknis antara kopyor dan kelapa "biasa" terletak pada kondisi endosperma.

Kelapa kopyor memiliki daging yang terlepas (cottony/endosperm abnormal) sehingga teksturnya lembut, sering bernilai kuliner premium; air buahnya relatif sedikit pada beberapa klon kopyor sehingga lebih bernilai untuk daging/produk gourmet. Sementara wulung/kelapa merah lebih didorong oleh warna, rasa, dan klaim khasiat berpotensi untuk pasar niche (obat tradisional, minuman kesehatan, wisata kuliner).

Dari sisi budidaya, beberapa varietas genjah kopyor (misal Genjah Cokelat/Hijau/Kuning Kopyor) menunjukkan toleransi tertentu terhadap kekeringan.

Kelapa mereka juga memiliki varietas unik , entah karena warna, rasa, atau tekstur mudah menciptakan ceruk harga. Kelapa kopyor premium (daging lembut, aroma khas) dan kelapa berwarna/berkhasiat dapat dijual di pasar wisata, F&B kelas atas, atau untuk bahan baku kosmetik/terapeutik bila ada bukti komposisi kimia yang menguntungkan.

Namun skala pasar masih relatif kecil dan perlu dukungan supply chain (kebun induk, pascapanen, pengolahan) agar petani mendapat nilai tambah.

Varietas unik kelapa di Indonesia adalah aset biodiversitas dan ekonomi, dari Kelapa Kopyor Cungap Merah yang produktif dan bermutu, Kelapa Wulung yang membawa nilai tradisi dan potensi nutraseutikal.

Mereka semua masih bagian dari Cocos nucifera (kultivar/varietas), bukan spesies terpisah; peluang komersial ada, namun butuh riset lanjutan, sertifikasi benih, dan pengaturan pasca-panen agar nilai tambah benar-benar jatuh ke pekebun.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation