Emas Menggila! Siapa Tertawa Paling Keras di Balik Kenaikan Harga Ini?

Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
03 October 2025 14:35
Ekspor Koin Emas RI Terbang 57.000%, Ini Pemborongnya
Foto: Infografis/Ekspor Koin Emas RI Terbang 57.000%, Ini Pemborongnya/Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menunjukkan kekuatannya dengan menembus level psikologis baru, mendekati US$ 3.900 per troy ons. Kenaikan signifikan ini, bersamaan dengan harga perak yang melampaui US$ 47 per troy ounce, dipicu oleh gelombang permintaan investasi yang masif di tengah meningkatnya kekacauan ekonomi dan geopolitik global.

Namun, di balik narasi kenaikan harga yang didorong oleh sentimen safe haven, analisis mendalam menunjukkan bahwa pihak yang paling diuntungkan dari volatilitas dan kenaikan harga ini justru adalah bank-bank investasi besar (bullion banks), entitas yang seringkali dituduh menekan harga logam mulia.



Sentimen Global Jadi Bahan Bakar Utama

Pendorong utama dari tren bullish ini adalah tingkat ketidakpastian dan risiko global yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II. Kecemasan investor, korporasi, dan konsumen di seluruh dunia-mulai dari Amerika Utara, Eropa, hingga pasar kunci seperti Tiongkok dan India-mendorong aliran modal yang signifikan ke emas dan perak.

Meskipun pasar logam mulia relatif kecil dibandingkan pasar saham atau obligasi, derasnya arus modal ini cukup untuk mendorong harga ke level rekor. Fenomena menarik lainnya adalah keengganan investor untuk merealisasikan keuntungan (profit taking).

Dengan jumlah uang tunai di sistem keuangan yang sudah berada di level tertinggi dalam sejarah, investor dihadapkan pada pertanyaan sulit "ke mana dana akan dipindahkan jika posisi emas dilikuidasi?" Hal ini menciptakan fundamental yang kuat bagi harga untuk bertahan di level tinggi.

Membongkar Mitos 'Lease Rate' Logam Mulia

Salah satu area yang sering disalahpahami di pasar logam mulia adalah suku bunga pinjaman atau lease rate. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada yang namanya "satu" suku bunga pinjaman tunggal untuk emas atau perak.

Faktanya, lease rate sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor krusial berikut:

  • Kredibilitas Peminjam. Bank sentral akan mendapatkan suku bunga yang jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan tambang, penyuling (smelter), atau produsen perhiasan.

  • Jangka Waktu Pinjaman. Suku bunga untuk pinjaman satu bulan akan berbeda dengan pinjaman dengan durasi satu tahun.

  • Kondisi Pasar Saat Ini. Suku bunga pinjaman yang "nyata" (transaksi aktual) seringkali berbeda dengan suku bunga "implisit" atau "indikatif" yang tidak memperhitungkan risiko kredit.

Kesalahpahaman mengenai lease rate ini seringkali dimanfaatkan untuk menciptakan narasi kelangkaan ekstrem yang tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya.

Paradoks Bank Bullion: Profit di Tengah Kenaikan Harga

Bertentangan dengan teori konspirasi populer yang menuduh bank-bank besar sengaja menekan harga emas, riset kami menunjukkan bahwa mereka memiliki insentif ekonomi yang kuat untuk harga logam mulia yang lebih tinggi. Bank bullion menghasilkan lebih banyak pendapatan dari aktivitas peminjaman dan perdagangan logam ketika harga aset acuannya meningkat.

Data dari Coalition Greenwich yang dikutip oleh International Financial Review mengonfirmasi hal ini.

Operasi perdagangan logam mulia di 12 bank investasi teratas dunia sedang menuju tahun terbaik mereka dalam lebih dari satu dekade. Pendapatan mereka melonjak lebih dari 60% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.



Ini bukanlah fenomena baru. Pada periode 2008-2012, ketika sebuah kampanye masif mengajak investor untuk membeli perak guna "membangkrutkan JP Morgan", yang terjadi justru sebaliknya. JP Morgan dan bank bullion lainnya mencatatkan rekor keuntungan dari aktivitas perdagangan logam mulia mereka.

Hal yang sama terjadi saat ini dimana kenaikan harga emas dan perak tidak akan membangkrutkan bank bullion, melainkan akan mengisi pundi-pundi keuntungan mereka di masa sekarang dan yang akan datang.

Prospek ke Depan: Tetap Bullish dengan Catatan Kewaspadaan

Melihat ke depan, prospek jangka panjang untuk emas dan perak tetap sangat positif (bullish). Namun, disarankan adanya catatan kewaspadaan terhadap potensi koreksi harga dalam jangka pendek. Semakin tinggi harga naik, semakin besar pula potensi penurunannya jika terjadi perbaikan harga pasar mendadak pada kondisi ekonomi dan politik global.

Pakar keuangan Robert. T Kiyosaki juga menjelaskan bahwa dirinya memprediksi potensi harga Perak (XAGUSD) bisa mencapai all time high-nya sebesar 5x lipat dari harga saat ini dalam waktu hanya dalam satu tahun ke depan.

Namun, selama ketidakpastian global masih menjadi tema utama, harga logam mulia diproyeksikan akan terus melanjutkan tren kenaikannya. Bagi investor, kunci utamanya adalah membedakan antara fundamental pasar yang solid dengan narasi spekulatif dan misinformasi yang dapat mengaburkan pengambilan keputusan yang rasional.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/gls)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation