Duel Sengit: RI vs Malaysia Saling Tikung Akuisisi Emiten Raksasa

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
30 September 2025 10:40
Koalse foto bendera Indonesia dan bendera Malaysia. (AP Photo)
Foto: Koalse foto bendera Indonesia dan bendera Malaysia. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Malaysia gencar melakukan akuisisi perusahaan terbuka di Indonesia. Faktor-faktor ini berkaitan dengan peluang bisnis, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah di kedua negara.

Populasi 280 juta lebih menjadikan Indonesia pasar konsumen terbesar di ASEAN. Daya beli kelas menengah terus meningkat, menciptakan demand tinggi untuk sektor-sektor seperti makanan & minuman, ritel, keuangan, energi, telekomunikasi, dan kesehatan.

Bagi perusahaan Malaysia, mengakuisisi perusahaan terbuka adalah jalan pintas untuk masuk ke pasar besar ini dibanding membangun bisnis dari nol. Beberapa perusahaan Tbk di Indonesia memiliki valuasi relatif lebih murah dibanding potensi pertumbuhan jangka panjangnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5% per tahun, lebih stabil dibanding Malaysia.

Perusahaan Malaysia, terutama yang sudah mapan di dalam negeri, membutuhkan diversifikasi geografis untuk mengurangi ketergantungan pada pasar domestik yang relatif kecil. Bagi perusahaan Malaysia, Indonesia adalah mitra dagang terbesar Malaysia di ASEAN, sehingga ekspansi ke sini logis dan sinergis.

CNBC Indonesia Research mencatat beberapa emiten berhasil dicaplok dan mencaplok perusahaan asal Malaysia.

1. BKSL

Genting Plantations Bhd (GenP) asal Malaysia, perusahaan yang 55% sahamnya dipegang Genting Bhd, membeli dua bidang tanah seluas total 152 hektare (ha) di Sentul City, Bogor, Jawa Barat senilai 593 juta ringgit Malaysia atau setara Rp 2,05 triliun.

Berdasarkan keterbukaan informasi Genting Plantations ke Bursa Efek Malaysia, Jumat (19/7/2024), perseroan melalui unit usahanya telah meneken perjanjian penjualan dan pembelian dengan tiga pemilik

lahan, yakni PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Aftanesia Raya, dan PT Primatama Cahaya Sentosa.

GENP membeli lahan pertama seluas 80 ha dengan PT Aftanesia Raya dan PT Primatama Cahaya Sentosa di wilayah Kotapraja, Sentul City senilai Rp1,76 triliun atau RM509,8 juta.

Kemudian, pembelian lahan seluas 72 ha yang berdekatan dengan lokasi lahan pertama senilai Rp288 miliar atau setara RM83,2 juta.

Pertimbangan pembelian agregat nilai untuk lahan 1 dan 2 berjumlah Rp2,05 triliun.

Genting akan mendanai transaksi itu dari kas internal dan pinjaman bank. Meski rasio utang meningkat, perseroan menilai ini tak akan berimbas ke proyeksi laba bersih tahun buku 2024.

Per Maret 2024, kas dan setara kas Genting Plantations mencapai 944 juta ringgit atau Rp 3,2 triliun dengan utang 2,16 juta ringgit.

Akuisisi ini tuntas pada kuartal I-2024 dan bertujuan memperluas kehadiran perseroan di Indonesia. Perusahaan telah masuk dalam sawit di Indonesia sejak 2005. Kemudian, perusahaan melakukan diversifikasi ke pengembangan properti melalui Genting Property Sdn Bhd.

GENP merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang sawit hingga properti. Mayoritas sahamnya dimiliki oleh Genting Bhd sekitar 54,6% saham, yang dimiliki oleh taipan dan pengusaha resor judi asal Malaysia, Lim Kok Thay.

Diketahui, BKSL merupakan perusahaan pengembangan kawasan properti di Bogor, dengan luas 3.100 ha. Sentul City merupakan kota mandiri hijau terencana yang terintegrasi secara menyeluruh dan dekat dengan Jakarta.

Permintaan properti di sekitar kota mandiri Sentul City (BKSL) terus meningkat, terutama dari residensial.

2. SMSM

Pada 29 Juni 2015, PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) telah mengakuisisi 100% saham Bradke Synergies Sdn. Bhd., perusahaan manufaktur asal Malaysia, dengan nilai transaksi IDR 220 miliar.

Akuisisi ini bertujuan untuk memperluas bisnis SMSM dan menjadikan Bradke Synergies sebagai entitas anak. Serta sebagai strategi ekspansi SMSM ke pasar internasional, khususnya di sektor distribusi komponen otomotif.

SMSM yang merupakan bagian dari ADR Group dikenal sebagai produsen filter dan radiator terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan terus memperkuat fundamental bisnisnya melalui integrasi anak usaha dan penguatan kontribusi entitas anak terhadap laba bersih perseroan.

3. TLKM

Pada November 2017, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) melalui anak usahanya PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin) menyepakati pembelian mayoritas saham TS Global Network Sdn Bhd (TSGN), perusahaan Malaysia penyedia dominan layanan komunikasi satelit.

Total nilai akuisisi adalah maksimal sebesar RM108,5 juta yang akan dibayarkan dalam dua tahap.

Pemindahan kepemilikan mayoritas TSGN kepada Telin ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual beli saham bersyarat yang dilakukan oleh Direktur Utama Telin Faizal R. Djoemadi, CEO TSGN Kent Ho, dan para pemegang saham TSGN, disaksikan oleh Direktur Wholesale & International Service Telkom Abdus Somad Arief dan Chairman ofd TSGN Datuk Hod Parman, di Cyberjaya, Malaysia, Jumat (24/11/2017).

TSGN merupakan perusahaan penyedia layanan VSAT terbesar di Malaysia yang memiliki pelanggan korporasi dari berbagai industri seperti perkebunan, pertambangan, pemerintahan dan perbankan, disamping juga TSGN memiliki perusahaan afiliasi di Brunei dan Myanmar.

Direktur Utama Telin Faizal R. Djoemadi mengatakan, dalam bisnis satelit yang tak mengenal batas negara, Telin membutuhkan mitra yang berpengalaman dan telah existing di pasar regional. Oleh karena itu, bersama TSGN peluang memperluas pasar satelit komunikasi akan terbuka lebar, baik di Malaysia maupun kawasan regional lainnya.

"Akuisisi TSGN juga sejalan dengan visi Telin untuk menjadi Global Digital Hub. Aksi korporasi ini juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi Telin dalam hal akses ke enterprise market regional, khususnya Malaysia, Brunei dan Myanmar," ujar Faizal usai melakukan penandatanganan.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Wholesale & International Service Telkom Abdus Somad Arief menegaskan, sinergi dengan TSGN adalah sebuah langkah strategis untuk pengembangan pasar satelit di kawasan Asia Pasifik.

Sinergi ini akan semakin membuka peluang bagi Telkom Group untuk mewujudkan cita-cita menjadi pemain utama dalam bisnis satelit, sejalan dengan tujuan strategis perusahaan untuk menjadi top 3 penyelenggara layanan satelit di Asia.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation