
Emas Makin Kencang, Terbang 2% Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas sepanjang ini cerah bergairah hingga melesat lebih dari 2%, di mana investor cenderung merespons positif dari data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS).
Merujuk Refinitiv, harga emas di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (26/9/2025) ditutup di posisi US$ 3.759,64 per troy ons. Harganya menguat 0,29%. Dalam sepekan terakhir, emas justru melonjak 2,06% secara point-to-point.
Departemen Perdagangan AS melaporkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 2,7% secara tahunan pada Agustus, sesuai dengan perkiraan ekonom. Sementara itu, PCE inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, naik 2,9%, juga sejalan dengan ekspektasi.
Data tersebut memberi kepastian bagi pasar setelah pekan yang diwarnai perdebatan internal bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengenai arah kebijakan suku bunga. Sejumlah pejabat mendorong penurunan agresif, sementara lainnya menilai pendekatan hati-hati lebih tepat.
"Data PCE bulanan sudah sesuai, meskipun pendapatan dan pengeluaran pribadi sepersepuluh lebih tinggi dari ekspektasi. Data ini tidak akan menghalangi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga secara hati-hati pada pertemuan Oktober mendatang," ujar Tai Wong, seorang trader komoditas logam independen, dikutip dari Reuters.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor kini melihat kemungkinan 88% penurunan suku bunga The Fed pada Oktober dan kemungkinan 65% penurunan suku bunga pada Desember.
Di lain sisi, jumlah warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu, tetapi pasar tenaga kerja telah kehilangan daya tariknya di tengah lesunya laju perekrutan. Sementara itu, ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya pada kuartal kedua.
"Klaim pengangguran mencapai 218.000, berbanding ekspektasi 235.000, angka yang sedikit hawkish yang mungkin meredam beberapa ekspektasi pelonggaran suku bunga, tetapi itu tidak cukup untuk mengubah tren secara keseluruhan," ujar Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Kombinasi data inflasi dan klaim pengangguran mingguan yang lebih rendah dari perkiraan, membuat pelaku pasar berhati-hati. Investor menilai kondisi ekonomi yang masih solid bisa membuat The Fed lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Pasar juga akan memperhatikan pernyataan dari Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin dan Wakil Ketua The Fed Michelle Bowman di kemudian hari untuk mendapatkan petunjuk mengenai sikap The Fed.
Emas yang merupakan salah satu aset safe haven, biasanya mendapat keuntungan dari suku bunga yang lebih rendah.
Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor baru, antara lain bea masuk 100% untuk produk farmasi bermerek, 25% untuk truk berat, 50% untuk lemari dapur dan meja rias, serta 30% untuk furnitur berlapis kain.
Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan munculnya perang dagang baru dengan mitra utama di Asia dan Eropa.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)