
Inggris Terjebak dalam Lingkaran Setan, Ekonomi Menuju Jurang Bahaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 30 tahun terbang ke level tertinggi dalam 27 tahun. Lonjakan imbal hasil ini menambah tekanan pada pemerintah Inggris yang tengah berjuang mengatasi persoalan anggaran serta membebani peminjam.
Merujuk pada Refinitiv, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris (gilts) tenor 30 tahun ada di posisi 5,680% pada hari ini Selasa (2/9/2025) pukul 16.46 WIB. Posisi ini adalah yang tertinggi sejak 6 Mei 1998 atau 27 tahun terakhir.
Imbal hasil mencerminkan tingkat bunga yang diterima investor atas kepemilikan obligasi. Imbal hasil juga berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang naik menandai harga obligasi tengah jatuh karena dibuang investor.
Kenaikan imbal hasil ini menambah "pusing" Menteri Keuangan Rachel Reeves saat menyusun anggaran musim gugur. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berpotensi menciptakan defisit yang lebih besar, yang harus ditutupi melalui kenaikan pajak atau pengurangan belanja.
Obligasi 30 tahun menjadi standar acuan pasar untuk risiko, suku bunga, dan penetapan harga instrumen keuangan jangka panjang. Lonjakan imbal hasil ini bisa berimbas pada sektor lain.
Dalam beberapa minggu terakhir, biaya pinjaman jangka panjang telah terdorong naik akibat kekhawatiran tentang keberlanjutan fiskal dan inflasi yang meningkat.
"Bahkan di pasar yang tertib, kita melihat lingkaran setan yang bergerak lambat: kekhawatiran utang mendorong imbal hasil naik, memperburuk dinamika utang, yang pada gilirannya mendorong imbal hasil naik lagi," ujar Jim Reid dari Deutsche Bank dikutip dari Bloomberg.
Ludovic Subran dari Allianz menyebut situasi Inggris "berbahaya". Biaya pinjaman yang meningkat menambah tekanan pada Perdana Menteri Keir Starmer dan Menteri Keuangan Rachel Reeves untuk mengambil langkah guna memulihkan kepercayaan pasar.
"Yang saya cari saat ini adalah cara untuk meyakinkan pasar bahwa situasi, terutama terkait ruang fiskal yang disebut-sebut £10 miliar ruang fiskal yang hilang adalah sesuatu yang bisa diatasi." Ujar Starmer.
Kondisi Pasar Obligasi dan Pound
Lonjakan imbal hasil obligasi di Inggris yang melonjak ini terjadi di tengah melemahnya pound karena kekhawatiran terhadap keuangan publik Inggris.
Francesco Pesole, analis ING, mengatakan penurunan pound adalah sinyal jelas betapa gentingnya pasar terkait pergerakan obligasi jangka panjang.
Imbal hasil gilts 10 tahun, yang lebih sering diikuti investor, naik 0,03 poin persentase menjadi 4,78%.
Sejumlah analis dan manajer investasi menyatakan penting bagi pemerintah untuk menepati janji pengetatan fiskal agar menghindari penjualan gilts yang masif. Kegagalan reformasi belanja, misalnya reformasi kesejahteraan, meningkatkan kekhawatiran tentang kemampuan Reeves memperbaiki keuangan publik sambil mendorong pertumbuhan.
Ekonom memperkirakan Menteri Keuangan Reeves akan mengumumkan kenaikan pajak musim gugur ini untuk menyeimbangkan anggaran. Perdana Menteri Keir Starmer pekan lalu mengumumkan restrukturisasi besar organisasi Downing Street, yang banyak analis lihat sebagai upaya mengendalikan ekonomi dan menghentikan penurunan peringkat Partai Buruh.
Mohit Kumar, kepala ekonom Eropa di Jefferies mengatakan restrukturisasi ekonomi baru-baru ini tidak banyak mengurangi kekhawatiran investor. Pemerintah sejauh ini menghindari keputusan sulit terkait pemotongan belanja yang diperlukan untuk menata ulang fiskal.
