Sentimen Pekan Depan: Pasar Menanti Data AS, Uji Sinyal The FED

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
24 August 2025 20:00
federal reserve
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia- Pekan terakhir Agustus 2025 dipenuhi beberapa agenda ekonomi penting yang akan membentuk arah pasar global. Investor tentu masih menanti kepastian sinyal pemangkasan bunga dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang rilis di September, sembari menelaah rilis data inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga indikator manufaktur China. Dari dalam negeri, perhatian tertuju pada Rakornas Pengendalian Inflasi dan Ketahanan Pangan pada Kamis (28/8).

The Fed Siap Pangkas Bunga?

Pidato Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole minggu lalu dianggap sebagai sinyal paling jelas bahwa bank sentral akan segera menurunkan suku bunga acuannya. Powell mengakui bahwa meskipun inflasi sudah melandai di 2,7% yoy, pasar tenaga kerja mulai melemah dengan pengangguran naik ke 4,2% pada Juli - tertinggi dalam dua tahun.

Situasi ini membuat keseimbangan risiko ekonomi bergeser. Powell menegaskan kebijakan moneter saat ini masih terlalu restriktif, membuka ruang untuk pelonggaran. Pasar kini memperkirakan pemangkasan bunga pertama sejak Desember 2024 akan terjadi pada rapat 16-17 September mendatang.

Namun, tekanan politik menambah kompleksitas. Presiden Donald Trump secara terbuka mendesak Fed menurunkan bunga lebih cepat, bahkan mengancam independensi Powell. Tarik-menarik antara independensi kebijakan moneter dan tekanan politik inilah yang membuat arah Fed makin penuh drama.

Pasar tak hanya menunggu kata-kata Powell, tetapi juga deretan data ekonomi AS pekan ini. Yang paling disorot adalah estimasi kedua GDP kuartal II (28/8). Konsensus memperkirakan ada revisi pelemahan pertumbuhan, sejalan dengan tanda-tanda ekonomi yang mulai kehilangan momentum.

Di saat bersamaan, Core PCE Price Index Juli akan keluar (29/8). Indeks ini adalah ukuran inflasi favorit The Fed. Jika angka melandai lebih jauh, ruang pemangkasan bunga akan semakin terbuka. Sebaliknya, bila inflasi tetap lengket, The Fed mungkin harus lebih hati-hati dalam menurunkan bunga.

Tak kalah penting, dari AS, pasar juga akan mencermati Pending Home Sales, Chicago PMI, serta survei Michigan Consumer Sentiment. Data ini akan melengkapi gambaran apakah ekonomi AS hanya melambat secara "lunak" atau mulai mendekati resesi.

Pasar Global Ikut Berdebar

Dari Eropa, pekan ini ada rilis notulen ECB dan inflasi awal Italia. Sementara Asia menunggu Tokyo CPI, keputusan Bank of Korea, serta PDB India. Penutup pekan datang dari China dengan PMI manufaktur dan jasa, indikator vital untuk perdagangan global.

Pasar memperkirakan manufaktur masih berada di bawah 50, tanda kontraksi, sementara sektor jasa relatif stabil di area ekspansi tipis.

Angka ini krusial karena manufaktur China adalah tulang punggung rantai pasok global. Pelemahan PMI bisa menekan permintaan komoditas, mulai dari batubara, minyak, hingga CPO, yang sangat berpengaruh bagi Indonesia.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation