
6 Juta Warga RI Pindah Kerja Gara-Gara Gaji Mentok - Kantor Toksik

Jakarta, CNBC Indonesia - Penduduk muda umumnya masih mencari pekerjaan yang paling sesuai dengan harapan mereka, baik dari segi penghasilan maupun kenyamanan. Kebanyakan dari mereka baru merasakan asin dan manisnya dunia kerja, sehingga masih belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan profesional.
Akibatnya, banyak dari mereka yang memilih untuk berpindah-pindah pekerjaan. Melansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat 6,6 juta penduduk Indonesia usia kerja berganti pekerjaan pada 2024. Mayoritas (69,2%) merupakan penduduk usia muda, tepatnya 25-44 tahun.
Mobilitas pekerjaan didefinisikan sebagai pindah lapangan pekerjaan dan atau status pekerjaan sehingga tidak lagi mempunyai ikatan dengan usaha (pekerjaan) atau organisasi tempat bekerja sebelumnya.
Faktor internal seperti ketidakcocokan dengan pekerjaan maupun pendapatan menjadi pendorong utama para pekerja untuk berpindah pekerjaan.
Menurut Laporan Sakernas 2024 milik BPS, perpindahan pekerjaan lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih muda.
Dari seluruh pekerja yang berganti pekerjaan dalam setahun terakhir, 22,7% berusia 15-24 tahun dan 24,7% berusia 25-34 tahun.
Pola ini menunjukkan bahwa stabilitas kerja masih menjadi tantangan di kelompok usia produktif, serta bahwa struktur pasar tenaga kerja nasional belum sepenuhnya mampu menyerap tenaga kerja secara berkelanjutan
Sekitar 5,8% pekerja berusia 25-34 tahun dan 5,4% pekerja berusia 15-24 tahun berganti pekerjaan dalam setahun terakhir. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 35 tahun ke atas, dimana pada kelompok usia tersebut persentase pekerja yang berpindah pekerjaan kurang dari 5,0%.
Dalam laporan ini juga disebutkan bahwa tenaga kerja muda lebih sering berpindah pekerjaan karena alasan internal.
Sebanyak 36,2% pekerja berusia 15-24 tahun beralasan internal untuk pindah kerja, sementara kurang dari sepertiga pekerja berusia 25-34 tahun yang pindah pekerjaan dengan alasan internal.
Sedangkan pada kelompok usia 55 tahun ke atas, hanya 6,2% yang pindah pekerjaan karena alasan internal.
Pada kelompok usia yang lebih matang, alasan perpindahan pekerjaan lebih banyak mengarah ke faktor eksternal atau lainnya. Empat dari sepuluh pekerja berusia 35-44 tahun dan 45-54 tahun pindah pekerjaan karena alasan eksternal.
Sebagai catatan, alasan seseorang pindah pekerjaan dikelompokkan oleh BPS menjadi tiga kategori, yaitu alasan internal, alasan eksternal, dan alasan lainnya.
Alasan Internal adalah alasan pindah kerja karena pendapatan kurang memuaskan dan tidak cocok dengan lingkungan kerja. Alasan eksternal adalah alasan pindah kerja karena PHK, usaha terhenti/bangkrut, dan habis masa kerja/kontrak. Alasan lainnya adalah alasan pindah kerja karena mengurus rumah tangga atau alasan lainnya.
Dari sisi internal, Faktor internal yang mendorong perpindahan meliputi daya tarik pendapatan yang lebih tinggi, ketidaksesuaian dengan lingkungan kerja sebelumnya, seperti masalah lokasi, relasi dengan rekan kerja, dan ketersediaan fasilitas.
Sedangkan pada sisi eksternal, alasan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), kebangkrutan atau penutupan perusahaan, dan berakhirnya masa kontrak juga memaksa tenaga kerja untuk berganti pekerjaan.
Pola ini menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia dan pengalaman kerja, pekerja cenderung lebih stabil dan tidak lagi berpindah karena alasan internal seperti ketidaksesuaian ekspektasi pribadi.
Hal ini semakin menegaskan perlunya sistem transisi kerja yang responsif terhadap kebutuhan usia produktif. Dengan jumlah perpindahan kerja yang besar dan didorong oleh alasan internal maupun eksternal, maka sistem pelatihan ulang (reskilling) dan penempatan kerja berbasis keterampilan harus diperkuat, terutama untuk pekerja usia 25-44 tahun.
Pemerintah pusat dan daerah dapat mengembangkan platform digital layanan ketenagakerjaan yang menyatukan pelatihan, sertifikasi, dan informasi lowongan kerja untuk mendukung transisi yang lebih cepat dan terarah bagi mereka yang mengalami ketidakstabilan kerja.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Â
(mae)