
Harga Minyak Menguat, Pasar Soroti Pertemuan Trump-Zelenskiy

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak dunia bergerak menguat tipis pada perdagangan Senin (18/8/2025), seiring pasar mencermati perkembangan geopolitik antara Amerika Serikat, Ukraina, dan Rusia.
Mengutip Refinitiv pukul 16:20 WIB, harga minyak Brent naik 0,30% ke posisi US$66,05 per barel dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di US$65,85. Sementara West Texas Intermediate (WTI) ikut menguat 0,43% menjadi US$63,07 per barel dari sebelumnya US$62,80.
Jika ditarik ke belakang, pergerakan minyak sepekan terakhir cenderung fluktuatif. Pada 11-15 Agustus, harga Brent sempat bertahan di kisaran US$65-67 per barel dengan volatilitas tinggi.
Brent sempat menyentuh level terendah US$65,63 (13/8) sebelum menguat lagi ke US$66,84 (14/8). Namun, kenaikan itu tidak bertahan lama karena pasar kembali dibayangi ketidakpastian geopolitik dan rencana kenaikan produksi OPEC+.
Pelemahan terbaru ini terjadi di tengah ekspektasi investor terhadap pertemuan berisiko tinggi di Washington antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Pertemuan itu dinilai krusial karena AS mendorong tercapainya kesepakatan damai dengan Rusia yang berpotensi melibatkan penyerahan wilayah.
Para pemimpin Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Prancis Emmanuel Macron, hingga Sekjen NATO Mark Rutte, dikabarkan ikut hadir sebagai bentuk dukungan. Sebelumnya, Trump juga sudah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat lalu dan menyatakan terbuka terhadap tuntutan Moskow agar Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya.
Ketidakpastian arah diplomasi ini menekan risk premium minyak, yang sebelumnya sempat didorong oleh ketegangan geopolitik. Di sisi lain, sentimen pasar juga dibebani oleh rencana OPEC+ meningkatkan produksi mulai September, yang menimbulkan kekhawatiran kelebihan pasokan di saat permintaan global belum pulih sepenuhnya.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), pasar bahkan berpotensi menuju surplus rekor pada 2026 akibat kombinasi pasokan yang membengkak dan permintaan yang melambat. Hingga tahun ini, harga minyak berjangka tercatat sudah anjlok lebih dari 10%, dipicu kebijakan perdagangan Trump serta lonjakan stok dari OPEC+ yang kembali ke pasar.
CNBC Indonesia Research
(emb/șef/emb)