Pekan Ini, Harga Emas Terancam Terkubur Hidup-Hidup di Jackson Hole

mae, CNBC Indonesia
18 August 2025 06:57
emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melemah pada pagi awal pekan ini, Senin (18/8/2025). Investor emas juga dibuat cemas dengan agenda besar pekan ini yakni Simposium Jackson Hole, Wyoming pada Jumat (22/8/2025).

Pada perdagangan Senin pukul 06.22 WIB, harga emas ada di posisi US$ 3.332,52 per troy ons atau melemah 0,7%. Harga emas belum bangkit setelah babak belur pekan lalu.

Harga emas mengakhiri pekan lalu dengan performa mengecewakan. Tekanan datang dari lonjakan inflasi produsen Amerika Serikat (AS) dan sikap wait and see investor menjelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Jumat lalu.

Emas ditutup di US$3.334,99 per troy ons, melemah tipis 0,02% pada perdagangan Jumat (15/8/2025). Pelemahan ini memperpanjang tren negatif dua hari beruntun dengan total penurunan 0,58%. Sepanjang pekan, emas ambruk 1,87%, menghapus kinerja positif dua pekan sebelumnya dan mencatat penutupan terendah bulan ini.

Pelemahan terjadi meskipun dolar AS juga sedang loyo. Indeks dolar (DXY) jatuh ke 97,85, terendah sejak 25 Juli 2025. Biasanya, pelemahan dolar memberi dorongan bagi emas, namun kali ini harga logam mulia tetap tidak mampu bangkit.

1. Fokus Pasar: Powell di Jackson Hole, Risalah FOMC

Pedagang dan investor emas menunggu momen penting pekan ini. Semua mata kini tertuju pada Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang dijadwalkan berbicara di Simposium Jackson Hole, Wyoming pada 22 Agustus mendatang. Powell berada di bawah tekanan besar dari Presiden Donald Trump untuk memangkas suku bunga, di tengah sorotan atas biaya renovasi gedung The Fed.

Pernyataan Powell berpotensi menjadi pemicu besar bagi arah emas berikutnya. Jika ia bernada dovish, harga emas berpeluang menguji kembali level resistensi US$3.439-US$3.451. Sebaliknya, sikap hawkish dapat menyeret harga turun di bawah US$3.310,48, membuka peluang koreksi menuju US$3.268-US$3.120.

Federal Reserve Board Chair Jerome Powell speaks during a news conference at the Federal Reserve in Washington, DC, on May 3, 2023. - The Fed has been on an aggressive campaign of interest-rate hikes since March last year, rapidly raising rates to help target high inflation, which remains above its long-term target of two percent. (Photo by SAUL LOEB / AFP)Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)
Federal Reserve Board Chair Jerome Powell speaks during a news conference at the Federal Reserve in Washington, DC, on May 3, 2023. - The Fed has been on an aggressive campaign of interest-rate hikes since March last year, rapidly raising rates to help target high inflation, which remains above its long-term target of two percent. (Photo by SAUL LOEB / AFP)

 

Investor juga akan menanti risalah rapat Feedral Open Market Committee (FOMC) pada 20 Agustus, serta sederet data global: PMI, CPI Eropa & Inggris, dan housing starts AS. Selain Powell, Presiden ECB Christine Lagarde juga dijadwalkan berpidato, yang bisa memberi tambahan sinyal penting bagi pasar emas.

2. Inflasi, Data Tenaga Kerja, dan Prospek Suku Bunga

Data inflasi produsen (PPI) AS melonjak. Inflasi harga produsen AS secara mengejutkan melambung ke 3,3% (year on year/YoY) pada Juli 2025, tertinggi lima bulan. Sementara tu, secara bulanan melesat 0,9% atau tertinggi sejak Juni 2022.

Inflasi yang masih panas memangkas ekspektasi pemangkasan. Data CME FedWatch menunjukkan ekspektasi pemangkasan kini mengarah 84,5% untuk September, turun dari 95% pada Rabu pekan ini.

Lonjakan ini juga memukul ekspektasi pemangkasan agresif suku bunga The Fed pada September, dari 50 basis poin ke hanya 25 basis poin.

Klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan semakin memperkuat alasan The Fed untuk tetap berhati-hati. Yield obligasi AS bergerak stabil, sementara dolar melemah tipis, namun keduanya belum cukup menjadi katalis emas.

3. Hasil Pertemuan Trump-Putin- Zelensky
Trump telahh menggelar pertemuan dengan Putin pada Jumat pekan lalu.

Pertemuan singkat namun penuh dampak antara Putin dan Trump pada Jumat (15/8/2025) waktu setempat di Alaska menciptakan kejutan besar dalam dinamika geopolitik global.
Dalam hitungan jam, Putin bukan hanya berhasil menghalangi rencana sanksi Washington, tetapi juga membujuk Trump untuk meninggalkan gagasan gencatan senjata di Ukraina, sekaligus meruntuhkan upaya Barat yang selama bertahun-tahun berusaha mengisolasi dirinya.

Di luar Rusia, banyak pengamat menilai Putin keluar sebagai pemenang dari "KTT Alaska", sementara media pemerintah Rusia menggambarkan Trump sebagai negarawan berhati-hati, meski di Barat kritik keras diarahkan padanya karena dianggap tidak siap menghadapi Putin.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dalam konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dalam konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dalam konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)



Setelah Putin, Trump akan menggelar pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky , Senin (18/8/2025). Langkah ini dilakukan di tengah tekanan Trump agar Ukraina segera menerima kesepakatan damai guna mengakhiri perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.
Trump mendorong tercapainya perjanjian damai setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, di mana ia tampak lebih selaras dengan Moskow dalam mendorong perundingan damai tanpa prasyarat gencatan senjata. Trump dan Zelensky dijadwalkan bertemu pada Senin, sementara diskusi intensif terus berlangsung mengenai masa depan Ukraina.

Konflik geopolitik merupakan "makanan bergizi' bagi emas. Harga emas biasanya terbang jika terjadi ketegangan politik. Jika eskalasi melandai maka harganya pun jatuh.

Pembicaraan yang relative damai antara Putin dan Trump jelas kabar buruk bagi emas. Kini publik menunggu seperti apa hasil pertemuan Trump dan Zelensky.

4.Faktor Jangka Panjang Masih Dukung Emas

Secara struktural, prospek emas tetap bullish. Utang global yang terus menanjak, inflasi AS yang masih bertahan di 3,1% yoy, serta pelemahan mata uang utama dunia menjadi faktor pendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Emas bahkan telah mencetak rekor dalam denominasi yen Jepang, poundsterling, dolar Kanada, dan euro, menegaskan statusnya sebagai aset safe haven global.

Bagaimana Gerak Emas ?

Harga emas masih tertekan oleh inflasi produsen AS dan sikap hati-hati investor. Namun, prospek jangka panjang tetap mendukung logam mulia ini. Pidato Powell di Jackson Hole dipandang sebagai katalis utama yang akan menentukan apakah emas bisa kembali menuju rekor baru di atas US$3.500 per ons.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation