Sengit! Begini Adu Kinerja 7 Saham Multibagger Konglomerat

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
19 August 2025 08:30
Para konglomerat di Indonesia, yakni Sugianto Kusuma alias Aguan, Prajogo Pangestu, Frangky Wijadja, dan Boy Thohir makan malam bersama kemarin, Kamis (7/12/2023).
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Daya tarik saham-saham konglomerat RI memang tak pernah memudarkan minat para investor untuk memborongnya. Bagaimana tidak, kenaikan tajam hingga multibagger pun menjadi daya tarik sehingga banyak investor ritel berbondong-bondong memborong saham-saham konglomerat.

Daya tarik saham-saham konglomerat di Indonesia biasanya datang dari kombinasi reputasi, kekuatan modal, dan rekam jejak bisnis mereka. Konglomerat umumnya punya portofolio lintas sektor mulai dari perbankan, properti, agribisnis, energi, hingga consumer goods. Diversifikasi ini membuat pendapatan mereka lebih stabil karena tidak bergantung pada satu industri saja.

Perusahaan di bawah kendali konglomerat biasanya punya aset besar, arus kas kuat, dan akses pendanaan yang mudah, sehingga relatif lebih tahan banting saat ekonomi lesu.

Nama besar seperti Prajogo Pangestu, Bakrie hingga Sinar Mas, dan lainnya sudah dikenal puluhan tahun. Investor ritel maupun institusi sering menganggap mereka "safe haven" di bursa.

Dengan strategi ekspansi agresif namun terukur, konglomerat punya kemampuan untuk menguasai pasar dalam jangka panjang, baik lewat akuisisi maupun inovasi.

Saham-saham konglomerat besar biasanya punya kapitalisasi pasar raksasa dan volume transaksi yang tinggi, sehingga mudah diperjualbelikan. Karena jaringan bisnis dan koneksi kuat, mereka sering terlibat dalam proyek infrastruktur besar atau mendapat keuntungan dari kebijakan tertentu, yang bisa mendorong kinerja saham.

CNBC Indonesia Research telah mencatat 7 saham konglomerat yang mampu mencetak rekor kenaikan harga saham diatas 100% di sepanjang tahun ini.

Lantas apakah kenaikan ratusan persen saham-saham konglo diatas sejalan dengan kinerja keuangannya?

Meskipun mencatatkan kenaika saham hingga multibagger, ternyata terdapat salah satu saham yang justru masih merugi yakni PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA), meskipun memang kerugian turun tipis.

Sementara sisanya mencatatkan kenaikan kinerja keuangan, dan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) belum merilis kinerja keuangan semester I 2025.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation