
Harga Perak Makin Melonjak, Melejit 32% Sepanjang Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas silver alias perak kini mulai menjadi perhatian para investor. Imbal hasil yang diberikan oleh perak tak kalah berbeda dengan kinerja harga emas dunia yang mencapai lebih dari 30%. Bahkan beberapa lembaga keuangan telah menaikkan proyeksi perak.
Pada perdagangan akhir pekan ini Jumat (8/8/2025), harga perak menguat 0,04% di level US$38,32 per troy ons. Penguatan ini menjadi kenaikan harga perak selama enam hari beruntun. Di sepanjang tahun ini harga perak telah mencatatkan kenaikan sebesar 32,73%.
HSBC telah menaikkan proyeksi harga perak untuk tahun 2025, 2026, dan 2027, dengan alasan dukungan kuat dari harga emas yang tinggi dan permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.
Bank tersebut kini memperkirakan harga perak rata-rata sebesar US$35,14 per troy ons pada tahun 2025, naik dari US$30,28 sebelumnya, US$33,96 pada tahun 2026, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar US$26,95, dan US$31,79 pada tahun 2027, dibandingkan dengan US$28,30 sebelumnya.
Meskipun harga perak telah melonjak, HSBC memperingatkan bahwa reli tersebut "lebih disebabkan oleh hubungan perak dengan emas daripada fundamentalnya", dengan rekor tertinggi emas memberikan "tarikan gravitasi yang kuat" pada perak.
Harga emas spot naik 29% sepanjang tahun ini setelah mencapai rekor US$3.500 per troy ons pada bulan April, di tengah perang dagang AS-Tiongkok yang sengit, yang memicu pergerakan ke aset-aset safe haven.
HSBC menyatakan bahwa setelah empat tahun mencatat pertumbuhan tertinggi, permintaan industri untuk perak mungkin sedikit menurun tahun ini, meskipun penurunannya kemungkinan akan terbatas. HSBC menyatakan bahwa permintaan kemungkinan akan pulih pada tahun 2026, didorong oleh sektor-sektor utama seperti industri fotovoltaik dan elektronik.
Namun, permintaan perhiasan dan perak kemungkinan akan semakin melemah karena harga yang tinggi, sementara permintaan koin dan batangan telah tergerus oleh pembelian yang kuat sebelumnya dan harga yang tinggi, tambah bank tersebut.
Di sisi pasokan, produksi tambang perak terus meningkat dengan kecepatan yang moderat, ungkap HSBC.
Model penawaran-permintaan bank memproyeksikan defisit perak sebesar 206 juta ons pada tahun 2025, meningkat dari defisit 167 juta ons pada tahun 2024. Defisit ini diperkirakan akan menyempit menjadi 126 juta ons pada tahun 2026.
HSBC juga menyatakan bahwa melemahnya dolar AS tahun ini, sebagaimana diperkirakan oleh riset HSBC, berdampak positif terhadap perak, sementara perdebatan yang sedang berlangsung mengenai pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan kebijakan bank sentral dapat memengaruhi harga di masa mendatang.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)