
Adu Tinggi Dividen Saham Konglomerat, Siapa Paling Dermawan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham konglomerat memang memiliki daya tarik tersendiri di mata investor, apalagi jika rajin membagikan dividen. Konglomerat biasanya memiliki diversifikasi usaha lintas sektor dari energi, properti, hingga keuangan.
Diversifikasi ini membuat kinerja keuangan mereka lebih tahan terhadap guncangan ekonomi, sehingga mampu menjaga arus kas dan membagikan dividen secara konsisten.
Biasanya emiten konglomerasi umumnya dikelola oleh manajemen berpengalaman dan punya rekam jejak panjang. Investor melihat ini sebagai sinyal kepercayaan dan kelayakan untuk berinvestasi jangka panjang.
Investor, khususnya institusi atau investor ritel jangka panjang, sangat menghargai dividen sebagai sumber pendapatan pasif. Ketika dividen dibagikan secara rutin, saham tersebut menjadi lebih menarik. Dividen yang rutin dibagikan mencerminkan kondisi keuangan yang sehat. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa perusahaan punya likuiditas yang baik, bahkan setelah belanja modal (CAPEX) dan pengembangan usaha.
CNBC Indonesia Research telah mencatat, besaran dividen terakhir dari deretan saham konglomerat terkaya di RI yang masuk dalam jajaran Forbes, siapakah yang paling besar yieldnya?
Terpantau dari data di atas, deretan saham milik Robert Budi Hartono dan Michael Hartono yang memiliki yield dividen cukup menarik diatas 5%.
Saham dividen memang sering menjadi pilihan utama investor, terutama bagi mereka yang berorientasi pada pendapatan pasif dan investasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan secara rutin menjadi sumber pendapatan tambahan bagi investor, tanpa perlu menjual sahamnya.
Saham dividen sangat ideal untuk strategi buy and hold, di mana investor mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham dan juga dividen berkala. Jika reinvestasi dilakukan, dividen bisa bertumbuh seiring waktu dan membantu mengalahkan inflasi.
Dividen juga bisa menjadi sinyal bahwa manajemen yakin terhadap prospek keuangan perusahaan ke depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)