The Fed Masih Ogah Cut Rate, Puluhan Saham RI Ini Terancam Rontok

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
31 July 2025 09:00
Karyawan berdiri dengan latarbelakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Karyawan berdiri dengan latarbelakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini pasar saham Tanah Air harus bersiap menghadapi kabar kurang baik dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS). Lantaran, Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50%. Beberapa sektor pun akan berdampak buruk terhadap keputusan tersebut.

Meskipun The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, akan tetapi keputusan kali ini tidak bulat. The Fed juga masih membuka peluang untuk dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025.

The Fed mengumumkan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (31/7/2025). Ini merupakan kali kelima The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Meskipun The Fed belum memangkas suku bunga saat ini, pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral akan melakukan setidaknya satu pemangkasan tahun ini, bahkan mungkin dua kali sebelum akhir 2025. Pemangkasan pertama diperkirakan dilakukan di September.

Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam konferensi pers pasca-rapat bahwa ini masih merupakan masa-masa awal dari tarif Trump dan dampaknya terhadap ekonomi AS sehingga masih ada banyak ketidakpastian.

Data CME FedWatch Tool menunjukkan sebelum komentar Powell, para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga di September sebesar 64%, namun setelah pernyataannya, kemungkinan penurunan suku bunga seperempat poin turun menjadi 46%.

Sebelumnya, para pelaku pasar telah optimis bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga pada bulan ini. Sehingga beberapa emiten telah merespon kurang baik lebih dulu sebelum The Fed mengumumkan kabar tersebut.

Kabar kurang baik ini pun dapat berdampak buruk pada tiga sektor utama yang rentan terhadap keputusan suku bunga BI mulai dari sektor perbankan, teknologi hingga properti.

Beberapa emiten di sektor tersebut yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemungkinan akan merespon negatif dalam jangka pendek.

Saham Perbankan

Pergerakan beberapa saham perbankan dalam sepekan ini cenderung kurang baik, meskipun Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya menjadi 5,25% pada 15-16 Juli lalu. Turunnya pertumbuhan kredit perbankan pada periode Juni 2025 menjadi 7,7% dari 8,43% pada Mei 2025 telah mencerminkan performa perbankan turun karena turunnya kredit masyarakat yang disebabkan oleh penurunan daya beli.

Keputusan The Fed dalam menahan suku bunga pada bulan ini pun dapat memperburuk kinerja harga saham perbankan secara jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang kembali pada keputusan suku bunga BI dan performa rilis kinerja keuangan semester I 2025.

Saham Teknologi

Saham teknologi yang dikenal sangat rentan terhadap keputusan suku bunga juga memicu performa yang kurang baik. Saat ini beberapa saham teknologi di BEI mencatatkan kinerja harga saham yang cukup baik usai keputusan BI memangkas suku bunga.

Namun, dengan keputusan The Fed dapat memicu berhentinya reli saham-saham teknologi secara jangka pendek. Secara jangka panjang tetap kembali pada keputusan suku bunga BI dan performa rilis kinerja keuangan semester I 2025.

Saham Properti

Beberapa saham properti di BEI telah menunjukkan performa yang baik usai BI memangkas suku bunga pada bulan ini. Akan tetapi, keputusan The Fed dalam menahan suku bunga semalam dapat memutus reli saham-saham properti dalam jangka pendek.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Most Popular
Recommendation