Sri Mulyani Senyum-senyum Lihat Harga CPO Terbang, Cuan Makin Tebal

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 July 2025 11:41
Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga crude palm oil (CPO) kembali mencatat penguatan signifikan pada Juli 2025. Lonjakan harga ini tentu menjadi kabar baik bagi pemerintah karena penerimaan bea keluar (BK) bisa terus meningkat.

Berdasarkan data Refinitiv, harga kontrak CPO tiga bulan hari ini, Senin (28/7/2025) ada di posisi MYR 4.256/ton. Harganya memang melemah 0,4%. Namun, sepanjang Juli, harganya sudah terbang 7%.  Harga CPO juga tidak pernah turun dari level MYR 4.000 sejak 1 Juli 2025.

Kenaikan ini bukan hanya soal sentimen musiman, tapi juga terkait dinamika stok yang menipis, lonjakan ekspor terutama ke India serta ketatnya pasokan minyak nabati global.

Stok Turun, Produksi Menyusut, Ekspor Justru Melonjak

Dalam siaran pers terkini Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada Mei 2025, produksi CPO Indonesia turun 7,01% menjadi 4,165 juta ton, dari 4,479 juta ton pada bulan sebelumnya. Produksi palm kernel oil (PKO) juga turun ke 396 ribu ton. Namun di saat bersamaan, ekspor melonjak 49,75% menjadi 2,664 juta ton, dengan lonjakan terbesar ke India (230 ribu ton), diikuti Afrika (197 ribu ton) dan Uni Eropa (117 ribu ton).

Akibat kombinasi produksi yang turun dan ekspor yang melejit, stok akhir Mei menyusut menjadi 2,916 juta ton, lebih rendah dari stok awal bulan yang mencapai 3,046 juta ton. Penurunan stok inilah yang mempersempit ketersediaan di pasar dan menopang harga.

India Jadi Penggerak Permintaan

Lonjakan harga CPO bulan ini juga didorong permintaan agresif dari India jelang festival Diwali pada Oktober 2025.

Data perdagangan menunjukkan impor India bisa mencapai 2,9 juta ton dalam periode ini. Permintaan ini semakin kuat karena harga minyak kedelai Amerika Serikat masih tinggi, membuat minyak sawit lebih kompetitif.

Tak hanya itu, India dan Indonesia baru saja meneken nota kesepahaman untuk memperkuat kerja sama minyak sawit, sehingga jalur distribusi ke pasar terbesar ini semakin terjamin.

Harga Tertekan Ringgit, Tapi Didukung Minyak Nabati Lain

Selain faktor fundamental stok dan ekspor, penguatan ringgit Malaysia sempat menahan laju kenaikan harga. Namun sentimen positif datang dari kenaikan harga minyak nabati lain, seperti minyak kedelai di Dalian, yang memberikan dorongan tambahan pada palm oil futures.

Dengan harga kontrak Agustus menembus MYR 4.217 per ton, analis menilai momentum bullish bisa bertahan hingga kuartal III/2025, selama permintaan dari India tetap tinggi dan stok global tidak kembali melimpah.

Bagaimana Prospek ke Depan?

Melihat tren ini, ada tiga faktor kunci yang akan menentukan arah harga CPO dalam beberapa bulan ke depan:

Permintaan Musiman India
Jika impor India benar-benar mencapai 2,9 juta ton hingga Oktober, momentum penguatan harga bisa bertahan lebih lama. Namun setelah festival selesai, permintaan berpotensi normalisasi.

Produksi Semester II/2025
Jika produksi Indonesia dan Malaysia mulai pulih pada Agustus-September, stok bisa kembali naik, menekan harga. Namun, cuaca dan isu tenaga kerja di perkebunan masih menjadi risiko produksi.

Persaingan dengan Minyak Nabati Lain
Harga kedelai dan rapeseed akan memengaruhi daya saing minyak sawit. Selama harga kedelai tetap tinggi, CPO masih punya ruang penguatan.

Dalam skenario optimistis, analis memproyeksikan harga CPO berpotensi menembus MYR 4.500 per ton pada akhir tahun, selama stok tetap ketat dan permintaan India kuat. Sebaliknya, jika produksi rebound cepat atau ringgit menguat signifikan, harga bisa kembali ke kisaran MYR 4.200-4.250 per ton.

Kenaikan 6,11% bulan ini cerminan ketatnya fundamental pasar: stok menipis akibat produksi turun, ekspor melonjak ke India, dan harga minyak nabati global yang mahal. Prospek jangka pendek masih bullish, tapi pasar akan tetap sensitif terhadap pergerakan stok dan permintaan pascaperiode festival.

Pemerintah Makin Cuan
Dengan harga CPO yang terus menguat, pemerintah akan diuntungkan. Penerimaan bea keluar diperkirakan akan meningkat tajam.

Sebagai catatan, penerimaan bea keluar sepanjang Januari-Juni dari produk sawit  sudah melesat 553% menjadi Rp 11,18 triliun pada Januari-Juni 2025. Lonjakan terbesar datang dari turunan CPO yang melesat 1.479% menjadi Rp 8,81 triliun.

Bila harga CPO masih terus menguat maka penerimaan bea keluar yang dipungut Kantor Sri Mulyani akan semakin melesat.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation