Penasaran Sama Prospek Dividen ITMG-PTBA di 2026? Cek Di sini!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
17 July 2025 15:30
Ilustrasi (Photo by cottonbro from Pexels)
Foto: Ilustrasi (Photo by cottonbro from Pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham batu bara yang sudah koreksi dalam pasca ex-date dividen membuka peluang baru untuk meliriknya lagi sebagai strategi untuk meraup cuan dividen yang atraktif lagi.

Kami mencatatkan setidaknya ada empat emiten batu bara yang potensial masih bisa memberikan dividen ciamik dari hasil laba sepanjang ini, diantaranya PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR), PT Indo Tambangraya Tbk (ITMG), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Ada juga PT Alamtri Resources Indonesita Tbk (ADRO), meskipun sudah tidak terlalu banyak bisnisnya di batu bara, karena sudah melepas AADI, tetapi masih ada bisnis batu bara kokas dan secara historis terkenal bagi dividen jumbo.

Berikut kita ulas satu per satu proyeksi dividen dari sederet emiten itu tahun depan :

BSSR

BSSR, bisa dibilang emiten tambang batu bara yang paling rajin bagi dividen, biasanya setahun bisa tiga sampai empat kali.

Dari laba tahun lalu saja, BSSR bisa bagikan dividen sebanyak tiga kali, dengan rata-rata yield setiap dibagi mencapai 13,33%. Kalau diakumulasi dividen per share (DPS) senilai Rp457,40 per lembar, jika mengacu pada harga cum date terakhir 18 Juni lalu di Rp4.020 menghasilkan cuan sebesar 11,38%.

Secara historis biasanya BSSR membagikan dividen interim mulai September, jadi sebentar lagi menjadi momentum menarik untuk mulai ikut gairah dari aksi korporasi ini.

Sampai tiga bulan pertama tahun ini, BSSR mencatatkan laba sebesar Rp320 miliar, nilai ini menjadi dasar untuk memproyeksikan laba sepanjang tahun 2025 sebanyak Rp1,27 triliun, dengan potensi earning per share (EPS) sebanyak Rp488,89.

Jika asumsi, payout ratio lebih konservatif dari tahun lalu sekitar 80%. Maka DPS yang dihasilkan bisa mencapai Rp391,11 per lembarnya, dari posisi ini jika dibandingkan harga saham BSSR per Kamis hari ini (17/7/2025) di Rp3960 per lembar, akan menghasilkan yield dividen sebesar 9,87%.

AADI

Berikutnya ada AADI, emiten batu bara yang baru IPO tahun lalu berkat spin off dari induk terdahulunya, ADRO.

Emiten ini bisa dibilang belum membagikan dividen sama sekali, jadi dividen akan dibagikan tahun depan menggunakan hasil laba yang tahun ini.

Menurut prospektus, AADI juga sudah memiliki rencana akan membagikan dividen mulai tahun buku 2025 dengan rasio pembayaran sampai 45%.

Menggunakan pernyataan itu, menggunakan basis laba yang dihasilkan se[anjang kuartal I/2025 sebesar Rp3,2 triliun, kami memproyeksi laba sepanjang tahun kurang lebih akan sebesar Rp12,82 triliun, mengimplikasi EPS Rp1.647.

Dari EPS itu tinggal dikalikasi DPR, akan menghasilkan potensi dividen yang bisa dibagikan pada setiap satu lembar saham senilai Rp741,15. Jika dibandingkan harga saham AADI di Rp6850 per lembar, akan menghasilkan cuan dividen sebesar 10,81%.

ADRO

Berikutnya, ada emiten yang juga dulu masih related dengan AADI, tetapi sekarang masih mengelola batu bara kokas, ADRO.

Dari tahun ke tahun, dividen yang bagikan terkenal jumbo. Namun, untuk laba yang akan dibagikan dari tahun buku 2025 seperti harus manage ekspektasi.

Meski begitu, mengikuti harga ADRO yang sudah turun dalam sejak awal tahun sejak spin off AADI sampai lebih dari 20%, membuat prospek dividen juga tak kalah menarik.

ADRO juga dikenal sering membagikan dividen lebih dari sekali. Biasanya, sekitar bulan Desember atau Januari emiten ini akan memberikan dividen interim terlebih dahulu, baru dividen final diberikan kisaran tengah tahun sekitar Juni atau Juli.

Jika menghitung dari hasil laba per kuartal I/2025 sebesar Rp1,25 triliun untuk memproyeksi laba sepanjang tahun sebesar Rp5,01 triliun, akan menghasilkan EPS sebanyak Rp163,16.

Untuk DPR kami akan memberikan asumsi yang konservatif, karena tiga tahun ini bisa dibilang tahun yang spesial bagi ADRO, banyak aksi korporasi yang dilakukan dari spin off sampai memberikan dividen spesial yang nilainya fantastis, jadi DPR yang dibagi pun sampai ratusan persen.

Kami akan menggunakan asumsi DPR yang dipakai di tahun-tahun normal dari 2022 ke belakang dengan rata-rata 50%. Jadi, ini menghasilkan DPS senilai Rp81,58, dari nilai jika dibagi dengan harga ADRO hari ini di Rp1.830 per lembar, potensi menghasilkan dividen yield sebesar 4,45%.

ITMG

Berikutnya ada emiten tambang batu bara, ITMG yang dari tahun ke tahun terkenal bagi dividen jumbo, secara nilai juga besar, bahkan masuk ke salah satu emiten yang bagi dividen dengan nominal terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Maklum, ini karena harga sahamnya pun mahal. Per hari ini, harga saham ITMG ada di Rp22.500 per lembar.

Setiap tahun, emiten ini rajin bagi dividen dua kali. Untuk interim bisa diberikan kisaran bulan September, sementara dividen final dibagikan setiap April.

ITMG diproyeksi akan mencatatkan EPS sepanjang 2025 sebesar Rp3762. Jika menggunakan konservatif di 60%, potensi dividen per lembar mencapai Rp2.257,2.

Dari proyeksi itu jika dibandingkan terhadap harga saham terkini akan mendapat potensi cuan dividen hingga 10,03%.

PTBA

Terakhir, ada emiten baru bara pelat merah, PTBA. Emiten ini kini berada di bawah naungan holding tambang mineral dan batubara (minerba) MIND ID.

MIND ID yang kini dibawah Danantara, tak menutup kemungkinan akan memacu kinerja PTBA untuk mengupayakan pembayaran rasio dividen tetap tinggi, karena perlu diakui untuk mendanai operasional Danantara yang baru didirikan tahun ini, dividen menjadi saluran pendapatan paling jitu.

Dari tahun ke tahun, DPR PTBA sangat bervariasi, tetapi pernah sangat royal, sampai seluruh laba dibagikan sebagai dividen atau 100% untuk laba tahun buku 2022 dan 2024 silam.

Dengan proyeksi yang lebih konservatif, jika DPR 80% dengan potensi EPS tahun ini sebesar Rp200, akan menghasilkan DPS Rp160. Nilai ini tinggal dibandingkan dengan harga saham PTBA terkini di Rp2.470 per lembar, menghasilkan potensi cuan 6,47%.

Sederet perhitungan ini, perlu dicatat hanya merupakan proyeksi saja dengan asumsi yang lebih konservatif. Realita-nya perusahaan bisa menghasilkan keputusan yang lebih agresif atau mungkin saja bisa lebih hati-hati, mengingat tahun ini harga batu bara juga masih dalam tren penurunan yang membuat result keuangan tidak terlalu semoncer tahun sebelumnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.



(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation