Dunia Tak Pasti, Suku Bunga Makin Terpecah Belah

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
15 July 2025 14:55
cover topik/ suku bunga BI luar
Foto: cover topik/ suku bunga BI luar/ Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Suku bunga global menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang pertengahan tahun ini. Sejumlah bank sentral utama dunia telah mengumumkan arah kebijakan moneternya yang mencerminkan tren pelonggaran yang mulai meluas. Sebagian lagi memilih bertahan bahkan mengerek suku bunga.

Sejak awal 2024, tren penurunan suku bunga mulai terlihat, dipimpin oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB). Pada Juni 2024, ECB memangkas suku bunga dari 4,0% menjadi 3,75%. Pemangkasan berlanjut pada September menjadi 3,5%, lalu turun ke 3,25% pada Oktober, dan ditutup dengan penurunan ke 3,0% pada Desember 2024. Artinya, hanya dalam setahun, ECB telah memangkas suku bunga sebanyak 100 basis poin.

Tren pelonggaran ini berlanjut di 2025. ECB kembali memangkas suku bunga pada Februari, Maret, dan April, hingga berada di level 2,25%. Kemudian, pada Juni 2025, ECB kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke posisi saat ini, yakni 2,0%.

Bank of England (BoE) juga mengikuti langkah pelonggaran serupa. Pada Agustus 2024, BoE menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Pemangkasan berlanjut pada Desember ke level 4,75%. Memasuki 2025, tren pemangkasan berlanjut pada Maret dan Mei, hingga saat ini suku bunga acuan BoE berada di level 4,25%. Sinyal pelonggaran diperkuat oleh mulai meredanya tekanan harga di sektor jasa dan upah di Inggris.

Sementara itu, Federal Reserve (The Fed) baru mulai menurunkan suku bunga acuannya pada paruh kedua 2024. Pada September, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin dari 5,5% menjadi 5,0%.

Langkah tersebut diikuti pemangkasan lanjutan pada November 2024 sebesar 25 basis poin ke level 4,75%, dan kembali turun menjadi 4,5% pada Desember. Sejak saat itu, suku bunga The Fed bertahan di level 4,5% hingga Juni 2025.

Meskipun begitu, langkah The Fed dalam melonggarkan kebijakan moneter dilakukan secara lebih hati-hati dibanding ECB atau BoE. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan tarif perdagangan dari Presiden AS Donald Trump yang menambah tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar. Dalam situasi normal, The Fed mungkin akan memangkas suku bunga secara lebih agresif. Namun, kebijakan tarif menjadi salah satu faktor penahan utama.

Kondisi tersebut membuat arah kebijakan The Fed sulit diprediksi. Meski data inflasi menunjukkan perbaikan dan mulai mendekati target 2%, risiko dari kebijakan fiskal dan perdagangan membuat bank sentral memilih untuk wait and see. The Fed pun terus menyeimbangkan antara menopang pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.

Di tengah situasi ini, muncul spekulasi bahwa Presiden Trump akan menunjuk ketua The Fed yang baru untuk menggantikan Jerome Powell, yang masa jabatannya dimulai sejak 2018. Pasar menilai calon pengganti Powell kemungkinan akan lebih dovish, membuka ruang lebih besar bagi penurunan suku bunga.

Berbeda dengan negara-negara Barat, Jepang mengerek suku bunga.  Langkah ini menjadikan Jepang sebagai pengecualian di tengah tren pelonggaran global.

Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008, pada 24 Januari 2025.

Ini menggarisbawahi keyakinannya bahwa kenaikan upah akan menjaga inflasi tetap stabil di sekitar targetnya sebesar 2%.
BOJ menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya dari 0,25% menjadi 0,5%, level yang belum pernah terjadi di Jepang selama 17 tahun. Hal itu dilakukan dengan pemungutan suara 8-1 dengan anggota dewan Toyoaki Nakamura yang tidak setuju.

Perbedaan kebijakan suku bunga di berbagai negara mencerminkan kondisi ekonomi domestik masing-masing negara serta respons terhadap tekanan eksternal seperti kebijakan perdagangan dan dinamika geopolitik.

Suku Bunga di Negara-Negara Asia

Tren suku bunga global sejak 2024 menunjukkan arah yang semakin longgar, dipicu oleh meredanya inflasi dan perlambatan ekonomi dunia. Bank-bank sentral utama seperti ECB, The Fed, dan BoE telah mulai memangkas suku bunga secara bertahap, menandai pergeseran dari kebijakan moneter ketat yang sebelumnya mendominasi.

Kebijakan pelonggaran ini juga diikuti oleh sejumlah negara Asia, seperti Korea Selatan, China, Singapura, Malaysia, Kamboja, dan Thailand yang turut menurunkan suku bunga acuannya. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan domestik di tengah ketidakpastian global.

Korea Selatan menjadi salah satu negara di Asia yang melakukan pemangkasan cukup agresif. Pada Juni 2024, suku bunga acuan berada di level 3,50% dan secara bertahap diturunkan hingga mencapai 2,50% pada Juni 2025, atau turun sebesar 100 basis poin.

China juga turut melonggarkan kebijakannya. Suku bunga acuan di negara tersebut turun dari 3,45% pada Juni 2024 menjadi 3,00% pada Juni 2025, atau turun sekitar 45 basis poin.

Singapura mencatat penurunan suku bunga yang signifikan, dari 3,50% pada Juni 2024 menjadi 1,70% pada tahun 2025. Malaysia juga menurunkan suku bunga acuannya, dari 3,00% menjadi 2,75%.

Di kawasan Asia Tenggara lainnya, Kamboja menurunkan suku bunga dari 0,88% menjadi 0,45%, sementara Thailand memangkas suku bunganya dari 2,50% menjadi 1,75%.

Sementara itu, Taiwan menjadi salah satu pengecualian di kawasan, dengan tetap mempertahankan suku bunga acuannya stabil di level 2% sepanjang periode tersebut.

Untuk Indonesia sendiri, Bank Indonesia (BI) juga telah mengambil langkah pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuannya. BI memangkas suku bunga dari level tertinggi sejak 2016, yakni 6,25%, menjadi 5,50% hingga Juni 2025.

Langkah ini diambil sebagai respons atas perlambatan ekonomi serta tekanan eksternal yang mereda, dengan tujuan utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik tetap berada dalam kisaran target. Selain itu, pelonggaran ini juga dilakukan secara terukur demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tetap mengendalikan tekanan inflasi ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation