
Euforia Saham IPO Sukses Bangkitkan IHSG, Pesta Berlanjut Hari Ini?

- Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau, rupiah dan IHSG menguat
- Wall Street bergerak beragam di tengah kebingungan investor mengenai tarif Trump
- Negoisasi dagang, perdagangan perdana saham COIN dan CDIA diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Tanah Air akhirnya bergerak senada, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah sama-saham ditutup di zona penguatan. Di tengah hiruk piruk kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pasar keuangan RI justru mampu perkasa.
Kini IHSG tengah berada di area konsolidasi usai keluar dari tren penurunan secara minor trend. Diperkirakan dalam sepekan ini pergerakan IHSG dan rupiah masih terbatas, namun di sepanjang Juli seharusnya IHSG mampu memulai trend bullish karena Presiden Trump pada Senin telah menunda batas waktu tarifnya pada 9 Juli hingga 1 Agustus 2025.
Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4..
Pada perdagangan Selasa (8/7/2025), IHSG ditutup menguat 0,05% di level 6.904,39. Kenaikan ini menjadi penguatan IHSG selama dua hari beruntun.
Sebanyak 308 saham turun, 276 naik, dan 209 tidak bergerak. Nilai transaksi terbilang kembali ramai, yakni Rp10,7 triliun yang melibatkan 16,07 miliar saham dalam 1,07 juta kali transaksi. Sementara itu, kapitalisasi pasar nyaris tidak bergerak di level Rp 12.197,7 triliun.
Mengutip Refinitiv, ada 5 sektor yang berada di zona hijau, yaitu properti (2,62%), utilitas (2,34%), energi (1,21%), bahan baku (1,09%), dan industri (0,02%). Sisanya, finansial, konsumer primer, konsumer non-primer, kesehatan, dan teknologi berada di zona merah.
Sektor finansial berada di zona merah seiring dengan saham BBCA yang menjadi pemberat utama IHSG pada perdagangan kemarin. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyumbang -8,52 indeks poin terhadap penurunan IHSG.
Selain itu dua saham BUMN juga menambah beban IHSG untuk naik, yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar -6,84 indeks poin dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar -6,11 indeks poin.
Sementara itu, sejumlah saham konglomerat menjadi penopang utama IHSG, seperti dua saham Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masing-masing menyumbang 6,76 indeks poin dan 5,7 indeks poin.
Adapun Anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengatakan IHSG masih dalam koreksi, seiring dengan arus modal asing masih deras ke luar dari pasar saham domestik.
Lesunya kinerja IHSG kuartal satu terjadi seiring derasnya aksi jual saham di pasar domestik. Inarno mengungkapkan aksi jual asing (non residence net sell) mencapai Rp8,38 triliun pada bulan Juni dan sejak awal tahun atau sepanjang semester pertama 2025 asing masih mencatatkan net sell Rp 53,57 triliun.
Berdasarkan data pasar, pada periode yang sama tahun lalu net sell asing tidak sampai 15% dari totalnet selltahun ini atau Rp 7,71 triliun.
Tekanan jual asing tahun ini utamanya terjadi pada empat saham bank jumbo. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi emiten dengan net sell asing terbesar sepanjang semester I-2025.
Asing membukukan net sell di saham BBCA senilai Rp 12,68 triliun. Padahal sepanjang Januari-Juni tahun lalu asing net buy Rp 1,64 triliun saham BBCA.
Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan asing banyak meninggalkan saham perbankan seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kinerja kuartal II-2025. "Sampai kuartal II-2025 kelihatannya masih lemah. Pertumbuhan kredit stagnan, laba juga stagnan, prospek pertumbuhan kita turun," katanya.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (8/7/2025) ditutup pada posisi Rp 16.200/US$1 atau menguat 0,15%.
Pergerakan rupiah pada perdagangan kemarin cukup volatile, pada saat pembukaan perdagangan, rupiah sempat turun ke posisi Rp16.265/US$ atau koreksi 0,25%, setelah itu rupiah mulai bergerak naik sampai akhirnya ditutup menguat.
Pasar masih dibayang-bayangi oleh berita terbaru tentang tarif dagang AS yang baru saja diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Trump mengirimkan surat kepada beberapa negara termasuk Indonesia soal penetapan tarif terbaru. Yang mengejutkannya Indonesia dikenai tarif sebesar 32% yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 mendatang.
Hal ini berarti usaha pemerintah Indonesia selama 90 hari negosiasi dengan perwakilan Trump menjadi tidak ada artinya. Secara total terdapat 14 negara yang dikirmkan surat mengenai tarif terbaru ini.
Kekhawatiran atas dampak lanjutan dari kebijakan perdagangan unilateral dan potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar cenderung bersikap wait and see, terutama dalam menyikapi pergerakan mata uang dan imbal hasil obligasi.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Selasa (8/7/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau stagnan di level 6,564%. Pergerakan stagnan ini telah berangsur selama tiga hari perdagangan. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Dari pasar saham Amerika Serikat, bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Selasa atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks S&P turun tipis 0,07% dan ditutup di level 6.225,52. Sementara itu, Nasdaq Composite naik 0,03% dan mengakhiri sesi di 20.418,46. Dow Jones Industrial Average tergelincir 165,60 poin atau 0,37%, berakhir di 44.240,76.
Pelaku pasar kesulitan mengikuti sinyal yang bertentangan dari Trump terkait kebijakan dagang. Pada Senin, Trump memperpanjang tenggat tarif dari 9 Juli menjadi 1 Agustus. Namun di hari yang sama, ia menyatakan bahwa tanggal baru tersebut tidak 100% final.
Namun pada Selasa, Trump mengunggah pernyataan di Truth Social bahwa tidak akan ada perubahan atau perpanjangan atas tanggal 1 Agustus. Pada hari yang sama, Trump juga mengumumkan tarif impor tembaga sebesar 50%.
Aksi pasar Selasa terjadi setelah aksi jual besar-besaran pada Senin, ketika Dow anjlok lebih dari 400 poin akibat keputusan Trump memberlakukan tarif 25% terhadap Korea Selatan dan Jepang. Total ada setidaknya 14 negara yang dikenakan tarif baru oleh Trump pada hari Senin.
Investor kini menanti kejelasan lebih lanjut, dengan banyak yang memperkirakan bahwa tarif akhir nantinya tidak akan seketat ancaman yang telah disampaikan Trump.
"Apa yang kita lihat sejak April adalah pasar mulai melampaui kekhawatiran bahwa tarif akan memberikan dampak buruk signifikan terhadap pertumbuhan, laba, inflasi, dan lainnya," kata Bill Merz, kepala riset pasar modal di U.S. Bank Wealth Management. Kepada CNBC International.
Dia menambahkan sentimen investor telah berubah drastis dalam waktu singkat dan menjadi lebih optimis, sebagaimana terlihat dari harga pasar saham yang mendekati rekor tertinggi di berbagai indeks.
Di sisi positif, saham Nvidia naik 1%, semakin mendekati kapitalisasi pasar sebesar $4 triliun. Namun sektor perbankan menekan pasar, setelah HSBC mengambil sikap lebih berhati-hati terhadap bank-bank besar. Saham JPMorgan dan Bank of America turun 3%, sementara Goldman Sachs melemah hampir 2%.
Kepala Ekonom National Retail Federation, Jack Kleinhenz, mengatakan dampak ekonomi dari tarif dan kebijakan pemerintah lainnya masih sulit diprediksi, bahkan setelah enam bulan berjalan di tahun 2025, menurut
"Kecemasan dan kebingungan kini menjadi sorotan utama dalam perekonomian dan pasar keuangan karena ketidakpastian terhadap kebijakan publik semakin meningkat. Sulit untuk menilai bagaimana perubahan kebijakan akan memengaruhi ekonomi di awal 2025, dan kondisi itu masih berlaku hingga saat ini," katanya dalam sebuah pernyataan kepada CNBC.
Investor masih bergulat dengan perkembangan kebijakan tarif yang bergerak cepat. Presiden Trump pada Selasa menegaskan tidak ada pengecualian terhadap tenggat dimulainya tarif pada 1 Agustus. Sementara itu, Undang-Undang "One Big Beautiful Bill Act" yang ditandatangani Trump pekan lalu turut menambah kekhawatiran investor terhadap arah fiskal negara dan potensi utang pemerintah di masa depan.
"Fundamental ekonomi saat ini tampak solid, tetapi ketidakpastian menyelimuti segalanya," ujar Kleinhenz.
Dia menambahkan ada banyak faktor yang saling bertabrakan terkait tarif, imigrasi, dan deregulasi, dan semua pihak masih mencoba memahami berapa sebenarnya tarif yang akan berlaku.
"Bagaimana dampaknya terhadap inflasi harga produk ritel, dan yang tak kalah penting, berapa lama tarif tersebut akan diberlakukan." Imbuhnya.
Pasar keuangan Indonesia hari ini masih akan dibayangi oleh kebijakan tarif Trump. Kebijakannya yang berubah-ubah bisa emnjadi sentimen negatif pasar.
Sentimen positif hari ini diharapkan datang dari perdagangan perdana dua saham emiten baru yakni PT Cakra Buana Resources EnergiTbk (CDIA) dan PT Bank Coin Indonesia Tbk (COIN). Antusiasme besar saat periode penawaran diharapkan berlanjut pada perdagangan perdana hari ini.
Saat ini IHSG tengah berada di area konsolidasi usai tren penurunan secara minor trend. Hal ini memberikan peluang IHSG dapat menuju bullish trend usai keluar dari zona konsolidasi. Harapan negosiasi RI terhadap tarif yang ditetapkan Presiden Trump bisa menjadi katalis positif bagi pasar keuangan RI.
Berikut beberapa sentimen pasar hari ini:
Keyakinan Konsumen Terjaga
Bank Indonesia mencatat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga pada Juni 2025. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang berada di level optimis sebesar 117,8, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 117,5.
Terjaganya keyakinan konsumen pada Juni 2025 ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE Juni 2025 tercatat sebesar 106,7, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 106,0.
BI mencatat membaiknya IKE Juni 2025 didukung oleh Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI) dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (IPDG).
IPSI dan IPDG berada pada level optimis masing-masing tercatat sebesar 120,2 dan 105,9, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 118,1 dan 104,1.
Sedangkan, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) tercatat di level pesimis sebesar 94,1.
Adapun, IEK Juni 2025 tercatat sebesar 128,9, relatif stabil dibandingkan dengan indeks pada bulan sebelumnya sebesar 129,0.
Tetap terjaganya IEK bersumber dari komponen Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU) dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK) pada Juni 2025 tercatat masing-masing sebesar 129,3 dan 124,1 lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 127,8 dan 123,8.
Sementara, Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) tercatat sebesar 133,2 masih berada pada level optimis meski lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 135,4.
Survei BI yang sama juga mencatat rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) pada Juni 2025 tercatat sebesar 75,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 74,3%.
Sedangkan, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) sebesar 14,1%, lebih rendah dibandingkan dengan proporsi pada bulan sebelumnya sebesar 14,9%.
Adapun proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) pada Juni 2025 stabil sebesar 10,8%.
Kebijakan Tarif Trump
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan para mitra dagangnya untuk merundingkan kesepakatan baru. Jika tidak, mulai 1 Agustus 2025, AS siap menerapkan kenaikan pajak impor sesuai tarif resiprokal atau timbal balik.
Pada Senin kemarin (7/7/2025), Presiden AS Donald Trump telah mengirimkan surat kepada para negara mitra dagang AS. Dalam surat itu, Trump memberi peringatan bahwa mereka akan menghadapi bea masuk yang lebih tinggi dalam waktu dekat jika kesepakatan tidak tercapai.
Trump telah mengirimkan surat resmi kepada 14 negara, termasuk Indonesia, yang mengancam akan mengenakan tarif impor minimal 25% mulai 1 Agustus 2025.
Jika negara-negara tersebut gagal mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Washington sebelum tenggat waktu tersebut, maka kebijakan ini akan diberlakukan secara penuh.
Dalam surat yang dikirim langsung ke para pemimpin negara-negara target dan diunggah ke media sosial, Trump menegaskan tarif tersebut merupakan tanggapan atas defisit perdagangan yang sudah berlangsung lama.
Ia juga menyatakan kesediaannya untuk menyesuaikan tarif, namun dengan syarat negara-negara tersebut harus menurunkan hambatan dagang mereka terhadap produk-produk asal AS.
Menurut surat-surat tersebut, barang-barang yang diimpor ke AS dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia sekarang akan menghadapi tarif 25%. Barang-barang Afrika Selatan dan Bosnia akan dikenakan tarif AS sebesar 30%.
Impor dari Indonesia akan dikenakan bea cukai sebesar 32%. Bangladesh dan Serbia sama-sama dikenai tarif 35% sementara Kamboja dan Thailand ditetapkan untuk tarif 36%, lalu dari Laos dan Myanmar sebesar 40%.
![]() |
Surat yang ditandatangani Trump menambahkan bahwa AS "mungkin" akan mempertimbangkan untuk menyesuaikan tingkat tarif baru lagi. "Tergantung pada hubungan kami dengan Negara Anda," tegasnya dikutip Selasa (8/7/2025).
Surat-surat tersebut adalah yang pertama dikirim sebelum hari Rabu, 9 Juli. Tanggal itu adalah batas negosiasi tarif timbal balik Trump, yang diumumkan April lalu.
Trump menandatangani perintah eksekutif yang menunda batas waktu tarif hari Rabu hingga 1 Agustus. Perintah tersebut mengatakan Trump membuat keputusan itu "berdasarkan informasi tambahan dan rekomendasi dari berbagai pejabat senior".
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan lebih banyak surat akan dikirim dalam beberapa hari mendatang. Belum ada detail lain soal pernyataan tersebut.
Perlu diketahui, semua surat tersebut mengatakan bahwa tarif umum terpisah dari bea masuk sektor tertentu tambahan pada kategori produk utama. Surat tersebut juga mengatakan "barang yang dikirim ulang untuk menghindari tarif yang lebih tinggi akan dikenakan tarif yang lebih tinggi lagi".
RI Gabung BRICS
Bergabungnya Indonesia dan sederet negara lain membuat kekuatan BRICS semakin besar, bahkan jika dibandingkan kelompok negara maju G7 yang didukung Amerika Serikat (AS). BRICS hingga kini telah mencakup 40% dari PDB dunia dan merepresentasikan sekitar 56% populasi global.
Demikianlah disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/7/2025).
"Jadi ini ekonominya terus bertambah, dan kalau kita lihat berdasarkan purchasing power parity, ini juga BRICS itu sudah lebih tinggi daripada G7. Jadi ini yang mendorong bahwa BRICS menjadi bagian daripada Global South dan diharapkan bisa menyuarakan Global South di fora internasional," jelasnya.
Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung perdamaian dunia melalui pendekatan multilateralisme serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum internasional. Indonesia menolak perang dan penggunaan standar ganda dalam tatanan global, serta mendorong reformasi sistem multilateral dan peningkatan keterwakilan negara-negara Global South dalam tata kelola global, khususnya pada institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
BRICS diharapkan dapat menjadi katalis dalam menciptakan multilateralisme yang lebih adil. Indonesia tetap memberikan dukungan terhadap Palestina dan secara khusus mengangkat pentingnya Bandung Spirit untuk dapat dilanjutkan dalam forum BRICS tersebut.
Pertemuan BRICS, ujarnya, bertujuan mempersatukan negara berkembang mengatasi berbagai tantangan yang akan dihadapi. Tata, begitu ia kerap disapa, juga menegaskan dalam pertemuan itu tidak ada dibahas mengenai ancaman yang dilakukan Trump terhadap negara BRICS.
Data Inflasi China
Dari negeri Sang Naga Asia pada pekan ini terpantau akan merilis data inflasi pada hari ini, Rabu (9/7/2025) untuk periode Juni 2025.
Ini cukup penting diperhatikan karena China sudah selama empat bulan beruntun mengalami deflasi. Artinya, daya beli masyarakat di sana bisa dibilang loyo.
Kondisi ini mirip dengan Indonesia, bedanya China menerima hantaman yang lebih kencang soal ketidakpastian tarif Trump, tetapi saat ini sudah lebih mendingin setelah ada kesepakatan tarif sebesar 30% dari sebelumnya ratusan persen dan ada pelonggaran untuk ekspor logam tanah jarah ke AS. Di luar itu, China juga masih menerima efek dari krisis properti yang berkepanjangan.
Untuk periode Juni, indeks harga konsumen China diharapkan stagnan atau 0%. Setidaknya lebih baik dibandingkan tiga bulan beruntun yang kontraksi 0,1%.
Penjualan Ritel RI
Bank Indonesia hari ini akan mengumumkan data penjualan eceran Mei 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 2,6% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 234,0.
Peningkatan kinerja penjualan tersebut didorong oleh Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Makanan, Minuman, dan Tembakau, dan Subkelompok Sandang. Secara bulanan, penjualan eceran pada Mei 2025 diprakirakan mencatat kontraksi sebesar 0,6% (mtm), tidak sedalam kontraksi pada bulan sebelumnya.
Pada April 2025, IPR tercatat sebesar 235,5, relatif stabil dibandingkan dengan IPR periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 236,3 terutama didukung oleh tetap tumbuhnya Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Barang Budaya dan Rekreasi. Secara bulanan, penjualan eceran pada April 2025 terkontraksi sebesar 5,1% (mtm), dipengaruhi oleh penurunan mayoritas kelompok barang seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca-periode Ramadan dan HBKN Idulfitri.
Trump Kenakan Tarif 50% Tembaga
Trump juga mengatakan bahwa ia akan segera mengumumkan tarif dengan tingkat yang sangat, sangat tinggi, seperti 200% untuk impor farmasi.
Perusahaan farmasi dapat diberi waktu hingga satu setengah tahun untuk mulai memproduksi produk mereka di Amerika Serikat sebelum tarif baru tersebut mulai diberlakukan, tambah Trump.
Harga tembaga melonjak ke rekor tertinggi setelah pengumuman mendadak Trump dan mengakhiri hari perdagangan dengan kenaikan 13,12%, pencapaian harian terbaik sejak tahun 1989.
Saham perusahaan tambang tembaga Freeport-McMoRan pun naik 5%, karena investor memperkirakan produsen domestik akan mendapat keuntungan dari kebijakan tarif tersebut.
Tembaga merupakan logam paling banyak dikonsumsi ketiga di dunia, setelah besi dan aluminium. Amerika Serikat mengimpor hampir setengah dari total kebutuhan tembaganya, sebagian besar berasal dari Chile.
Indonesia sebagai produsen tembaga bisa mendapat manfaat dari kenaikan harga ini, terutama jika volume ekspor tetap tinggi. Emiten berbasis tembaga bisa diuntungkan, di antaranya PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Perdagangan Perdana Saham CDIA dan COIN
Hari ini, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indo kripto Koin Semesta Tbk (COIN) akan resmi mengawali perdagangan perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perdagangan perdana kedua saham ini diperkirakan akan menarik banyak investor untuk kembali menambah sahamnya.
Pada Selasa kemarin, PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) dan PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) resmi melantai. Kedua saham langsung menguat tajam dan PSAT langsung menyentuh ARA atau Auto Reject Atas.
Diketahui, CDIA mencatat kelebihan permintaan atau oversubscribed sampai lebih dari 400 kali untuk jumlah lembar saham baru yang ditawarkan sebanyak 12.482.937.500 lembar.
CDIA adalah anak usaha tidak langsung dari PT Chandra Asri Pacific Tbk(TPIA), yang sebelumnya dikenal sebagai PT Chandra Asri PetrochemicalTbk.
Selain itu, IPO COIN sejak dibuka pada penawaran umum Rabu (2/7/2025), mencatatkan minat yang tinggi pada para pelaku pasar.
IPO COIN sudah mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribed lebih dari 70 kali dengan total pemesanan lebih dari 100 ribu calon investor berdasarkan informasi yang CNBC Indonesia Research dapatkan.
IPO COIN menjadi satu-satunya Bursa Berjangka dan Bursa Aset Kripto di Indonesia yang akhirnya go public. Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 22.058.824 lot, dengan persenan total saham sebanyak 15%. Potensi dana IPO sebesar Rp220,6 miliar-Rp231,6 miliar dan potensi market cap setara dengan Rp1,47 triliun-Rp1,54 triliun.
Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:
- Penjualan Ritel RI Mei 2025
- Inflasi China Juni 2025
-
Konferensi pers penyerahan hasil penguasaan kembali kawasan hutan yang dikelola tanpa izin di bidang kehutanan oleh Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan. Turut hadir Jaksa Agung dan Jampidsus selaku Ketua Harian Satgas PKH.
-
Rapat kerja Komisi V DPR dengan Menteri Pekerjaan Umum di ruang rapat Komisi V DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
-
Rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Koperasi di ruang rapat Komisi VI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
-
INDEF menggelar diskusi publik "Penerimaan Loyo, Utang Makin Jumbo" secara virtual.
-
Pencatatan Perdana Saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan.
-
Rapat kerja Komisi XI DPR dengan Ketua DK OJK di ruang rapat Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
-
Launching Vision AI yang akan diadakan di Indosat MX Center, Jakarta Pusat. Narasumber: Director & Chief Business Officer Indosat.
-
Rapat kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan di ruang rapat Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai:
-
EEN - PT Kencana Energi Lestari Tbk
-
IFII - PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk
-
TBLA - Tunas Baru Lampung Tbk
-
BUDI - PT Budi Starch & Sweetener Tbk
-
SMAR - PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
-
INET - PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk
Tanggal Distribusi HMETD:
-
FILM - PT MD Entertainment Tbk
Tanggal DPS (Daftar Pemegang Saham) Dividen Tunai:
-
OMED - PT Jayamas Medica Industri Tbk
-
ASDM - Asuransi Dayin Mitra Tbk
-
GEMA - Gema Grahasarana Tbk
-
GOLF - PT Intra GolfLink Resorts Tbk
-
MICE - Multi Indocitra Tbk
-
MHKI - PT Multi Hanna Kreasindo Tbk
-
BLUE - PT Berkah Prima Perkasa Tbk
-
PNBN - Bank Pan Indonesia Tbk
Tanggal Ex-Dividen Tunai:
-
REAL - PT Repower Asia Indonesia Tbk
-
CHEM - PT Chemstar Indonesia Tbk (terdaftar dua kali)
-
ELIT - PT Data Sinergitama Jaya Tbk
-
GPRA - Perdana Gapura Prima Tbk
-
MAPA - PT Map Aktif Adiperkasa Tbk
-
MAPI - PT Mitra Adiperkasa Tbk
-
WGSH - PT Wira Global Solusi Tbk
-
PART - PT Cipta Perdana Lancar Tbk
-
SMDR - Samudera Indonesia Tbk
Tanggal Ex-HMETD:
-
TOWR - Sarana Menara Nusantara Tbk
-
MINA - PT Sanurhasta Mitra Tbk
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw) Next Article Hari Penentuan! BI Umumkan Keputusan Genting Hari Ini
