Kapas Bisa Jadi Senjata & Diplomasi "Lembut" RI Hadapi Trump

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
04 July 2025 12:40
Ilustrasi Kapas (Pixabay)
Foto: Ilustrasi Kapas (Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan negoisasi tarif dagang. Negoisasi tersebut diperkirakan akan mengubah porsi komoditas ekspor-impor kedua negara. AS diyakini akan meminta kenaikan porsi impor barang dari Amerika Serikat.

Ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menebas barang-barang asal Indonesia dengan tarif 32%, pemerintah RI langsung menyusun siasat. LPG dan minyak disebut-sebut masuk radar tambahan impor.

Namun, bagaimana jika kapas komoditas vital industri tekstil ikut diseret masuk dalam strategi dagang ini?

Per April 2025, data Kementerian Perdagangan menunjukkan nilai impor kapas Indonesia mencapai US$ 48,64 juta, turun tipis 2,14% secara tahunan.

AS saat ini merupakan negara asal kapas terbesar kedua setelah Brasil, dengan kontribusi US$ 15,88 juta atau sekitar 32,6% dari total impor kapas RI. Bila porsi ini dinaikkan, bukan tak mungkin posisi Indonesia di mata Washington akan menghangat.

Sejauh ini, pemerintah hanya menyebut LPG dan minyak sebagai dua komoditas utama yang akan ditambah impornya dari AS. Nilainya tak tanggung-tanggung mencapai US$ 10 miliar lebih.

Namun menurut pengusaha, ada peluang untuk memperluas daftar. Ketua Bidang Industri APINDO Adhi Lukman bahkan menyebut kapas sebagai salah satu komoditas usulan tambahan.  Menurutnya, kapas menjadi salah satu komoditas yang diusulkan untuk dinaikkan impornya dari AS. 

Dari sudut ekonomi, langkah ini cukup rasional. RI mencatat surplus neraca perdagangan terhadap AS sebesar US$ 17,88 miliar pada 2024, sementara AS justru mencatat defisit dengan RI.

Ketidakseimbangan inilah yang disebut-sebut jadi alasan Trump menetapkan tarif tambahan.

Padahal, jika dibandingkan dengan Vietnam yang mencatat surplus hingga US$120 miliar terhadap AS, posisi RI tergolong 'jinak'. "Kita bukan yang paling besar defisitnya dengan Amerika," kata Mari Elka Pangestu, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), dikutip detikFinance (3/7/2025).



Memasukkan kapas dalam paket tambahan impor bisa menjadi langkah simbolik sekaligus strategis. AS dikenal agresif dalam mendorong Buy American Provision yang mensyaratkan bahan baku dari negeri sendiri.

Dengan meningkatkan porsi kapas AS dalam supply chain industri tekstil RI, maka produk ekspor Indonesia ke AS bisa mendapatkan tarif lebih rendah, apalagi jika AS melakukan pelacakan asal bahan baku menggunakan teknologi sertifikasi.

Kapas juga relevan secara sektoral. Tekstil adalah salah satu penopang ekspor Indonesia ke AS dengan nilai lebih dari US$ 4,6 miliar di 2024, jika dijumlah dari pakaian rajutan, bukan rajutan, dan alas kaki. Jika bahan bakunya berasal dari AS, maka posisi tawar RI bisa meningkat secara substansial, bukan sekadar angka dagang formalitas.

Akankah melibatkan kapas dalam diplomasi dagang bisa jadi pintu lunak untuk menggerakkan negosiasi tarif yang sedang macet. Sembari menjaga kepentingan industri dalam negeri, langkah ini juga memberi sinyal bahwa Indonesia siap bermain cerdas di era dagang penuh ketegangan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation