
Hati-hati! Niat Nabung Saham, Buntung Gara-gara Trading Pakai Margin

Jakarta, CNBC Indonesia - Hati-hati dalam menggunakan margin menjadi pelajaran penting yang dipetik dari curhatan warganet yang mengeluhkan niatnya transaksi nabung saham Rp1 juta tetapi berujung utang Rp1,8 miliar.
Mengutip unggahan dalam akun instagram bernama @friendshipwithgod, pemilik akun bernama Niyo menjelaskan bahwa dirinya rutin menyisihkan Rp1 juta per minggu untuk berinvestasi saham di aplikasi Ajaib Sekuritas.
Pada Selasa (24/6/2025), ia melakukan pembelian 9 lot saham BBTN melalui aplikasi Ajaib sekitar pukul 09.54 WIB, dan seperti biasa status transaksi masih antre alias open. Namun, saat kembali membuka aplikasi sekitar pukul 12.37 WIB, Niyo terkejut karena sistem mencatat pembelian saham sebanyak 16.541 lot atau senilai Rp1,8 miliar, yang sudah berstatus matched (berhasil).
Ia menyebut transaksi sebesar itu tidak masuk akal dan mustahil terjadi karena salah input, mengingat batas maksimal pembelian manual biasanya hanya sampai 99 lot.
Ternyata, transaksi tersebut dilakukan menggunakan fasilitas trade limit, yang memungkinkan pengguna membeli saham melebihi dana yang dimiliki dengan tambahan pembiayaan dari sekuritas. Sistem ini menerapkan batas pembayaran selama dua hari bursa (T+2). Bila tidak dibayar tepat waktu, akun pengguna bisa dikenakan pembatasan transaksi hingga dilakukan forced sell untuk menutup utang.
Niyo menegaskan bahwa ia tidak pernah mengaktifkan fasilitas tersebut secara sadar dan merasa tidak melakukan kesalahan input. Ia juga menyebut bahwa rekam jejak transaksinya selama ini konsisten dan bisa ditelusuri.
Setelah menyadari masalah ini, Niyo mencoba menghubungi Relationship Manager Ajaib Prime yang biasa menangani akunnya, tetapi nomor yang bersangkutan tidak lagi aktif.
Ia lalu menghubungi pusat bantuan aplikasi Ajaib, namun tidak mendapatkan solusi, dan akunnya justru dibekukan sementara. Hal ini membuatnya tidak bisa login maupun mengakses portofolionya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Niyo menerima pesan dari dua pihak yang mengaku berasal dari Ajaib, dan dijelaskan bahwa Relationship Manager sebelumnya sudah tidak bekerja di sana.
Akunnya pun akhirnya diaktifkan kembali, meski ia masih belum mendapatkan kepastian jelas soal penyelesaian kasusnya. Pihak Ajaib disebut menjanjikan penundaan jadwal force sell ke 2 Juli, meskipun di sistem masih tertera 1 Juli sebagai tenggat. Sementara itu, Niyo hanya bisa menunggu kepastian di tengah libur panjang pasar.
Pelajaran Penting : Hati-hati pakai Margin
Dari kasus yang dihadapi Niyo, sebagai investor retail kita memiliki pelajaran penting yang bisa dipetik yaitu harus hati-hati dalam menggunakan margin.
Margin itu ibarat "daya dongkrak"dalam investasi saham. Misalnya kamu cuma punya uang Rp1 juta, tapi karena pakai fasilitas margin dari sekuritas, misalnya sebanyak 5 kali, kamu bisa beli saham seolah-olah punya uang Rp5 juta. Sisanya itu "dipinjemin" sama sekuritas.
Syukur kalau harga saham itu naik, tentu kita bakal dapat keuntungan besar, tetapi kalau harga saham turun, yang terjadi ya sebaliknya. "High Risk High Return", prinsip ini tak akan terlepas dari setiap risk asset, termasuk saham.
Memahami arti margin akan membuat kita "aware" terhadap berapa banyak margin yang bisa kita pakai. Berikut tips yang bisa kita terapkan supaya lebih aman pakai margin tanpa khawatir kena margin call :
1. Jangan pakai sampai limit
Pakailah margin itu secukupnya dan jangan pernah dipakai sampai batas limit. Misal modal awal kita Rp10 juta, ada saham A limit margin-nya 10 kali. Maka kita akan dapat limit sampai Rp100 juta.
Idealnya, kita pakai margin itu 30% - 40% saja supaya modal awal kita masih bisa jadi buffet kalau harga saham-nya turun.
Kalau kita menggunakan 30% dari total daya beli Rp100 juta, berarti kita hanya membeli saham senilai Rp30 juta. Dari jumlah itu, Rp20 juta berasal dari fasilitas margin, dan sisanya Rp10 juta dari modal pribadi.
Nah, modal Rp10 juta ini berfungsi sebagai bantalan, jadi kalau harga saham turun sekitar 30% dari harga beli, kita masih punya ruang aman sebelum terkena margin call.
Namun, tentunya kita tak akan menunggu sampai rugi sebesar itu semisal yang terjadi harga saham-nya turun. Kita harus patuhi trading plan yang kita pakai atau setidaknya kita bisa memasang stop loss otomatis.
2. Pilih Saham Likuid dan Tidak Terlalu Volatile
Tips kedua, kita harus memilih saham yang likuid dan tidak terlalu volatile. Perlu diingat saham itu bisa kena Auto Reject Bawah (ARB) berkisar dari 20% sampai 35%, tergantung dari bracket harga saham.
Jangan sampai saham yang kita trading-kan dalam sehari kena ARB, karena risikonya bisa sampai margin call, alias modal kita menguap begitu saja.
3. Jangan terbuai dengan mudah "trik marketing" yang dipakai penyedia layanan.
Trik marketing sering kali menyesatkan, apalagi jika dibungkus dengan kata-kata manis dan iming-iming return fantastis.
Misal di aplikasi Ajaib ini yang menawarkan fasilitas margin hingga 25 kali lipat untuk saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di menu day trading berikut ini. Tertera "Jika harga naik 2,4% = ROE 60%", ditambah dengan klaim bahwa volatilitas hariannya "rendah".
![]() Tampilan beli saham di aplikasi Ajaib Sekuritas |
Sekilas terlihat menarik dan minim risiko. Tapi di sinilah jebakannya. Klaim return 60% itu memang mungkin, kalau seluruh limit margin digunakan. Masalahnya, kalau harga saham justru turun lebih dari 2,4%, kerugiannya bisa jauh lebih besar dari 60%. Seperti yang terjadi pada hari ini, Selasa (1/6/2025) saham BMRI itu sudah turun 2,6%.
Jangankan nunggu sampai ARB, kalau limit margin dipakai habis karena tergoda iming-iming marketing, masuk ke saham sekelas BMRI yang dikenal punya volatilitas rendah pun bisa jadi bumerang. Soalnya, cukup turun 3% saja, uang kita bisa langsung ludes, padahal kelihatannya aman-aman saja di awal.
Jadi meski volatilitas disebut rendah, bukan berarti risikonya kecil, apalagi jika kita terlalu tergoda dan tak memperhitungkan sisi sebaliknya dari potensi return tinggi itu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
