
Tambang China "Dievaluasi" Besar-besaran, Harga Batu bara Melonjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menguat ditopang oleh berkurangnya pasokan di China.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus ditutup di posisi US$ 111,15 per ton arau menguat 3,88%. Penguatan ini memperpanjang laju positif batu bara yang juga menanjak 0,8% pada Jumat pekan lalu.
Sebelumnya,, harga batu bara sempat terperosok sepanjang Selasa hingga Kamis pekan lalu.
Harga batu bara mulai membaik sejalan dengan berkurangnya pasokan di China. Tiongkok adalah konsumen batu bara terbesar di dunia sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan.
Harga batu bara kokas domestik di China naik tipis minggu lalu, didorong oleh pembatasan pasokan akibat pengecekan keselamatan dan lingkungan, serta meningkatnya permintaan dari pabrik baja yang kembali melakukan pembelian.
Pengecekan ini membuat proses penambangan berhenti sementara sehingga pasokan berkurang. Evaluasi besar-besaran tambang di China adalah kegiatan reguler dalam bentuk inspeksi keselamatan, audit lingkungan, maupun penertiban izin-merupakan kegiatan reguler yang dilakukan pemerintah pusat dan lokal, namun seringkali diperketat secara berkala karena alasan strategis.
Evaluasi biasanya dilakukan dua kali, pada musim panas (Juni-Agustus) dan dingin (Oktober-November).
Pemerintah China biasanya meningkatkan pengawasan keselamatan tambang saat musim panas karena tingkat kecelakaan kerja cenderung meningkat akibat suhu tinggi, ledakan gas, atau longsor. Ini juga bertepatan dengan musim konsumsi energi tinggi, sehingga pengelolaan pasokan energi jadi fokus utama.
Selain evaluasi tambang yang mengurangi produksi, adanya permintaan dari pabrik baja juga mendukung kenaikan harga batu bara.
Menurut Sxcoal, stok batubara kasar dari 227 tambang naik +9,6% week-on-week, namun tekanan inventori mulai mereda dan ini mendukung kenaikan harga.
Namun, masih ada kekhawatiran dari analis lain. Pasar mengalami kondisi oversupply dan permintaan yang lesu di sektor baja, sehingga kemungkinan harga belum pulih signifikan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
